Bab 71 Foto Anak Kecil   1/    
已经是第一章了
Bab 71 Foto Anak Kecil
Bab 81 Foto Anak Kecil "Kepala manajemen Wira, sepasang sepatu ini sudah aku periksa dengan seksama, yang dijual duluan juga tidak ada masalah, aku....." Celine disebutkan oleh Darlene, dalam hati pun merasa kesal, wajahnya masih berpura-pura khawatir. "Wakil ketua Celine tidak perlu menjelaskan lagi, masalah ini aku mengerti." Kak Wira melambaikan tangan menyuruh Celine tenang, saat memalingkan kepala melihat ke arah Darlene, tatapannya langsung menjadi tajam. "Darlene, kamu adalah kepala toko, jika ada masalah tentunya kamu yang harus mengurusnya, sekarang kamu sudah membuat toko kita terlihat buruk, bukankah kamu seharusnya memperbaiki diri." Darlene pun marah, ketua manajemen Wira ini jelas-jelas tidak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan, langsung menyalahkan masalah ini padanya, kalau masalah hari ini tidak dibereskan, dia pasti akan disalahkan. "Kalau begitu menurut ketua manajemen Wira, masalah ini seharusnya diselesaikan seperti apa." "Melihat kamu juga sangat berusaha untuk toko, kamu pulang istirahat dulu, setelah aku melaporkan pada pusat, semuanya sesuai dengan keputusan pemimpin, selama ini wakil ketua Celine yang akan menggantikanmu." Ketua manajemen Wira berkata dengan ??Masuk akal??. Celine dengan wajah tidak tahu harus melakukan apa melihat kak Wira, dengan berhati-hati bertanya, "Ketua manajemen Wira, ini tidak terlalu baik kan." Faktanya dalam hati dia sudah sangat senang, tidak sia-sia dia mengorbankan kecantikannya untuk mendapatkan kesempatan ini, asalkan bisa menarik Darlene turun, dia yang akan memegang kendali di toko ini. "Kamu adalah wakil kepala toko, kepala toko sedang istirahat, kamu yang bertugas untuk menggerakkan toko, tidak ada yang salah." Kepala manajemen Wira melihat Darlene yang ekspresinya begitu tenang bertanya, "Kepala toko Darlene tidak akan keberatan kan." "Tidak." Kalau sudah berubah menjadi seperti ini, walaupun dia bersikeras, mereka juga akan menemukan alasan baru, kalau harus tunggu yah tunggu saja. Dia masih sedang khawatir karena tidak ada waktu untuk menemani Derik, palingan dia mengundurkan diri saja, jurusannya bukan manajemen bisnis, tidak berpengaruh besar untuknya. "Kepala toko....." Santi dan karyawan lainnya yang akrab dengan dengan Darlene pun dengan tidak tega memanggilnya. Darlene tersenyum pada mereka, "Aku tidak apa-apa, bukankah kepala manajemen Wira sudah mengatakan, menyuruhku untuk beristirahat sejenak baru kembali lagi." Santi dan yang lainnya mengerti maksud Darlene, tidak mengatakan apapun lagi. Mengenai ibu-ibu yang membuat masalah pun sepertinya langsung berubah, beberapa kata Celine bahkan membuatnya pergi. Celine mengantar ibu-ibu itu pergi, melihat Darlene membawa satu kotak barang dan berjalan mendekat, dia sengaja mengecilkan suara, menggunaka suara yang hanya bisa didengar mereka berdua, dengan sombong berkata, "Darlene ingin bertempur denganku, bermimpilah." "Semoga kamu bisa terus menjadi kepala toko, itu barulah namanya menang." Darlene dengan tidak peduli meninggalkan kata itu, langkahnya tidak berhenti dan pergi. Celine dengan kesal melihat bayangan Darlene, walaupun dia sudah menang, rasa marah itu masih belum terpendam, kenapa, kenapa Darlene bisa begitu tenang, begitu mudah direbut olehnya, apakah dia tidak merasa tidak rela. Wanita palsu! Darlene mengangkat kepala melihat sinar matahari yang menusuk mata, perlahan menerima kenyataan dia diberhentikan tanpa jangka waktu. Begitu cepat pulang tidak cocok, dia lebih baik meletakkan barang dulu. Menyambut kedatangan sebuah bayangan yang tidak asing, "Darlene, kenapa begitu cepat pulang kerja?" "Hendrik, kenapa kamu kemari." Darlene menghentikan langkahnya. "Darlene, kamu..." Hendrik awalnya hanya ingin pergi mencari Darlene, hanya saja perusahaannya tiba-tiba sibuk, barusan dengan tidak mudah menyelesaikan pekerjaannya, ingin menjemputnya pulang kerja sekalian minta maaf, tidak menduga melihat Darlene sedang memegang sebuah kotak keluar. "Hanya diberhentikan saja, tidak ada masalah besar." Darlene dengan santai berkata. Hendrik menyodorkan tangan dan mengambil kotak dari tangannya, dia tahu Darlene tidak ingin mengatakan, jadi dia juga tidak banyak bertanya lagi, "Berhenti juga bagus, kamu bisa bersantai, semalam kamu juga tidak istirahat dengan baik kan." Mengungkit semalam, ekspresi Darlene terlihat aneh, aih, minum bir melakukan kesalah, lain kali dia tidak akan mendengarkan bohongan Ferlina lagi. "Semalam pergi bermain kemalaman dengan teman, jadi tidak beristirhat dengan baik." Darlene melihat Hendrik yang tidak tahu apa-apa, dalam hati pun merasa bersalah. Dia mungkin adalah wanita yang jahat kan, tidak benar-benar putus dengan Yose, masih menerima cinta Hendrik. "Apa yang sedang kamu pikirkan, kenapa tiba-tiba tidak bicara." Hendrik melihat Darlene yang sedikit tidak fokus bertanya. Darlene sadar, tersenyum berkata, "Tidak, tidak apa-apa, mungkin terlalu panas, sedikit tidak fokus." "Darlene, aku bawa kamu pergi merayakan kebebasanmu yah." Hendrik menunjuk kotak yang ada di tangannya. Bukankah hanya bebas, Darlene menganggukkan kepala, "Baiklah, daripada sungkan lebih baik menuruti saja." Sebuah nada dering tiba-tiba terdengar, Darlene dengan merasa bersalah berkata, "Hendrik tunggu aku sebentar, aku angkat telepon dulu." "En." Hendrik menganggukkan kepala. Darlene melihat nama panggilan, juga tidak menghindari Hendrik, langsung mengangkatknya, "Jane, kamu mencariku?" "Darlene, beberapa hari ini kamu pergi kemana saja, kenapa selalu tidak menemukanmu, cepat keluarlah, aku ada urusan mencarimu." Suara Jane yang mengeluh terdengar dari balik telepon. Darlene melihat pria lembut di sampingnya, berkata pada orang yang ada di balik telepon, "Maaf Jane, sekarang aku tidak ada waktu, bagaimana kalau malaman aku baru pergi mencarimu saja." Jane dengan menyedihkan berkata, "Tidak mau tidak mau, Darlene bukankah aku adalah teman terbaikmu, kamu tidak boleh mementingkan pacar, aku sudah sangat sedih." Hendrik melihat ekspresi serba salah Darlene, dari barusan dia mengangkat telepon, Hendrik sudah mendengar suara Jane, tahu kalau Jane mencari Darlene lagi, berinisiatif berkata. "Darlene, kamu pergi dulu saja, setelah dia tidak sedih, kamu baru telepon aku, aku akan pergi menjemputmu." Darlene tahu Hendrik sengaja berkata seperti itu, hanya saja Jane terus mendesak, dia hanya bisa menyetujuinya, "Aku mengerti, aku akan pergi mencarimu sekarang juga." "Darlene aku tahu kamu paling baik, aku tunggu kamu di Caf?? Serein." "En." Darlene menutup telepon, tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada Hendrik. "Darlene tidak perlu menjelaskan, tidak apa-apa, cepat pergi saja, jangan sampai dia menunggu terlalu lama, kalau tidak dia akan mengataimu lagi." Hendrik sangat mengerti sifat Jane. Kalau dia pergi terlambat, Jane pasti akan tidak senang, "Kalau begitu aku pergi dulu, Hendrik." "Apa perlu aku mengantarmu ke sana." Hendrik tidak ingin melewatkan satu kesempatan bersamanya. "Tidak tidak, sangat dekat, aku naik taksi saja." Darlene tentu tidak enak membiarkan Hendrik mengantarnya, memanggil taksi dan pergi. "Darlene, kotakmu." Hendrik barusan ingin mengingatkannya, mobil sudah pergi, dengan memanjakan menggeleng kepala, baiklah, nanti malam baru berikan padanya juga sama saja. Saat Hendrik meletakkan kotak di bagasi mobilnya, foto di dalam terjatuh keluar, Hendrik pun ragu beberapa detik, lalu menyodorkan tangan mengambilnya. Yang terjatuh keluar adalah sebuah foto anak 1 bulanan, wajah yang imut dengan sepasang mata yang besar, mulutnya mengeluarkan balon-balon, terlihat sangat lucu. Kenapa Darlene memiliki foto seorang anak kecil??.. 
已经是最新一章了
加载中