Bab 72 Aku Setuju
Bab 82 Aku Setuju
"Darlene, kamu pelan sekali, aku sudah menunggumu 5 menit." Jane mencibirkan bibir seperti sedang manja dan juga mengeluh.
Darlene menjelaskan berkata, "Sedikit macet, jadi terlambat."
"Sudahlah, sudahlah, cepat duduk, ada yang ingin aku katakan padamu." Jane tidak mempermasalahkan.
Darlene menarik kursi dan duduk, "Jane, ada apa kamu begitu buru-buru mencariku?"
Pelayan datang menulis pesanan, dia hanya memesan segelas air.
Jane terdiam dalam pemikirannya, tangannya memegang sendok dan mengaduk kopinya, dengan wajah khawatir berkata, "Darlene, kamu juga tahu kalau aku akan bertunangan dengan Yose."
Tatapan Darlene terdiam sejenak, perlahan menganggukkan kepala, "En."
Karena tahu, jadi dia dengan kekananak-kanakan pergi minum bir, tidak menduga dia malah mabuk, namun tidak berhati-hati malah berakhir dengan Yose.
"Tapi aku tetap merasa tidak senang, dan rasa tidak senang ini membuatku semakin tidak tenang."
Jane mendesah, menahan dagu dan melihatnya, "Setelah hari itu Yose mengatakan akan bertunangan, aku sudah menunggu selamanya dan tidak ada kelanjutanya lagi."
"Kamu tidak menelepon dan menanyakan padanya?" Darlene sama sekali tidak ingin mendengar segala masalah mengenai Yose dan Jane, tapi Jane adalah teman baiknya, dia tidak bisa menolak curhatannya.
"Bagaimana mungkin aku meneleponnya, aku adalah seorang wanita, aku juga perlu muka." Jane dengan kesal berkata, dalam hati juga merasa sakit.
Terkadang dia juga akan merasa dirinya menyakiti diri sendiri, padahal sangat sedih, tapi harus berpura-pura tidak peduli.
"Kalau saat kuliah aku sangat percaya diri, tapi sekarang aku benar-benar tidak bisa memastikan, Darlene, aku benar-benar takut Yose sudah menyukai orang lain."
Sebagai wanita yang paling arogan, dia juga memiliki hal yang tidak bisa dia katakan, disekitarnya banyak ??teman?? yang dari depan terlihat baik dan dibelakangnya sangat ingin melihat kehancurannya.
Jadi setiap kali dia ada masalah, dia akan mencari Darlene untuk curhat.
Darlene juga tidak tahu harus bagaimana menenangkan Jane, hanya bisa terdiam saja.
Pelayan bertepatan menghidangkan segelas air, menghentikan percakapan mereka.
Setelah pelayan itu pegi, Jane mulai berkata lagi, "Darlene kamu tidak tahu, hari ini aku pergi mencari Yose, dia bahkan terlambat, ini adalah hal yang tidak pernah terjadi."
"Be,benarkah?" tangan Darlene yang ada di gelas pun memegang dengan semakin erat.
"Kamu tidak tahu betapa pentingnya pekerjaan bagi Yose, dan dia juga memiliki case penting yang harus diurus, kamu bilang siapa yang begitu hebat membuatnya tidak memperdulikan pekerjaannya."
Tidak, tidak benar, dia tahu betap Yose peduli dengan kantornya, didalam matanya selain pekerjaan, tidak ada masalah lain lagi, termasuk 3 tahun ini dia beberapa kali sakit Yose juga tidak pernah tahu.
Jadi dia sama sekali tidak percaya kalau Yose terlambat karena dirinya, pasti karena ada masalah lain yang mengulur waktunya.
Darlene mengambil gelas dan meminumnya, membasahi tenggorokan berkata, "Pria selalu mementingkan pekerjaan, pasti akan tidak memperhatikanmu."
"Darlene, kenapa kamu membantu Yose berbicara, aku lah teman baikmu." Jane dengan tidak senang berkata.
Darlene melepaskan gelasnya, mata yang jernih melihat ke matahari di luar jendela, tidak tahu sedang memikirkan apa, "Jane, kalau kalian sudah bersama, kalau begitu berikanlah kepercayaan pada satu sama lain, dia seharusnya adalah pria yang menepati janji."
"Memang benar, tapi ada beberapa wanita yang tidak tamu malu yang melihat Yose dan akan terus berusahan mendapatkannya, dan sekarang adalah wanita yang tidak aku ketahui, ditambah sikap Yose yang selalu berubah-ubah denganku, kamu rasa apakah aku bisa tidak khawatir?"
Jane seperti melampiaskan melepaskan sendok di tangannya.
Sendok dan mulut cangkir berlaga dan mengeluarkan suara yang garing.
Menggejutkan Darlene sampai tangannya kebas, benar, hubungannya dan Yose yang tidak jelas ini, ditatapan Jane adalah seorang wanita yang tidak tahu malu.
Tapi dia tidak ingin, tidak ingin seperti ini, dia juga ingin memutuskan hubungannya dengan Yose, hanya saja siapa yang ingin mendengarkannya.
Dia tidak pernah memiliki hak untuk memilih, juga tidak ada kemampuan untuk menyelesaikannya.
"Darlene, ada apa denganmu, kenapa aku merasa hari ni kamu sangat aneh." Jane hanya memperdulikan diirnya yang tidak senang, akhirnya baru menyadari kalau cara bicara Darlene hari ini sangat aneh.
Darlene menarik tatapannya, wajahnya pun tersenyum, "Tidak, bukannya aku selalu seperti ini."
"Benar juga, tapi Darlene, menurutmu aku harus bagaimana." Jane melihat ekspresi Darlene yang tidak aneh pun tidak lanjut bertanya lagi, dan memutar topik kembali pada dirinya lagi.
"Aku juga tidak tahu harus bagaimana......" Darlene berkata dengan jujur, dia sama sekali tidak bisa menggubah keputusan pria itu.
Jane tiba-tiba memegang tangan Darlene, dengan senang melihat nya berkata, "Darlene, aku sudah memikirkan sebuah ide bagus."
"Ide apa?" Darlene dengan heran bertanya.
"Kamu bantu aku menanyakannya saja, Darlene aku tahu kamu paling baik padaku, pasti tidak akan menolakku kan." Jane dengan menyedihkan melihatnya, seperti kalau dia tidak setuju maka dia melakukan hal uang sangat buruk saja.
Hati Darlene tiba-tiba terasa sakit, menyuruhnya pergi tanyakan pada Yose..
Jane melihat Darlene terdiam, melambaikan tangannya, dengan nada manja berkata, "Kamu hanya perlu membantuku mencari tahu apakah Yose memiliki wanita diluar atau tidak, tolong yah."
"Aku tidak dekat dengannya, Jane kamu sebaiknya suruh orang lain yang tanyakan saja." Dia tetap tidak bisa bersikap dengan tenang.
"Bagaimana bisa, saat kuliah kita sama-sama kenal dengan Yose, walaupun beberapa tahun ini kalian tidak berhubungan, tapi dia seharusnya ingat denganmu, Darlene kamu jangan menolak yah."
Darlene menyembunyikan tatapan, dengan nada biasa berkata, "Jane, ini adalah masalah kalian berdua, aku sebagai orang luar menanyakan hal ini tidak begitu cocok."
"Huh, Darlene kamu tidak ingin membantuku yah, dulu kamu bilang akan memperlakukanku dengan baik, sekarang hanya menyuruhmu membantuku menanyakan satu pertanyaan saja kamu tidak mau." Jane dengan marah melepaskan tangan Darlene.
Darlene membuka mulut dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan.
"Darlene kamu terlalu membuatku sedih, aku adalah teman baikmu atau bukan." Jane mengira Darlena akan langsung menyetujuinya, tidak menduga dia sudah mengatakan sama begitu Darlene tetap bersikeras.
"Jane, hal lain aku bisa membantumu, masalah ini aku benar-benar tidak bisa..."
Jane tidak menunggu Darlene selesai berkata, langsung memotong ucapannya, "Kamu hanya alasan, hanya menyuruhmu membantuku menanyakan saja, juga bukan menyuruhmu melakukan apa, hal kecil seperti ini kamu bahkan tidak mau membantu, kamu memang tidak menganggapku sebagai teman."
Jane langsung menyalahkannya, tangan Darlene yang ada di bawah meja pun menjadi erat dan dilepaskan lagi, berulang kali, barusan memakasakan diri untuk tenang.
Dia mendengar suaranya yang sedih menjawab, "Baik, Jane, aku setuju."
Aku akan menanyakan pada pria itu, sebenarnya betapa dia mencintaimu.