Bab 73 Masalahku Tidak Ada Hubungannya Denganmu   1/    
已经是第一章了
Bab 73 Masalahku Tidak Ada Hubungannya Denganmu
Bab 83 Masalahku Tidak Ada Hubungannya Denganmu "Darlene, aku tahu kamu paling baik padaku, tidak akan menolak pemintaan kecilku ini, barusan aku hanya ingin mencobamu, kamu seharusnya tidak akan marah padaku kan, Darlene?" Mendengar Darlene setuju, ekspresi marah Jane langsung berubah menjadi senyuman. "En." Darlene memaksakan diri untuk tersenyum, hanya dirinya yang paling jelas, senyuman ini betapa sulit. "Masalah itu aku minta bantuanmu yah, aku tunggu kabar baikmu." Jane mengedipkan mata berkata. "Baik." Darlene menganggukkan kepala. ........ "Jadi kamu dengan bodohnya melakukan hal yang begitu menjengkelkan ini!" Ferlina dengan marah berjalan bolak balik di ruang tamu, dia benar-benar sangat ingin mengambil sekop untuk membuka kepala Darlene, melihat apakah didalam tertutup kapas. Jane sikeji itu jelas-jelas ingin memanfaatkan Darlene, dan yang membuatnya semakin marah adalah Darlene bahkan menyetujuinya. "Lina kamu jangan marah, hanya masalah kecil saja...." melihat tatapan Lina yang galak, suara Darlene begitu kecil, begitu kecil sama sudah hampir tidak terdengar. Ferlina tiba-tiba melembutkan suaranya menjeri, "Darlene...." "En??" Darlene dengan tidak mengerti melihatnya. "Otak adalah barang yang hebat." Ferlina lanjut berkata. Jadi? Darlene terlihat heran. "Jadi kamu tidak ada otak makanya menyetujuinya melakukan hal seperti ini." Ferlina langsung berjalan ke hadapan Darlene, sangat ingin menyodorkan tangan dan mengetuk kepalanya, setelah berpikir ini sedikit merusak penampilan, dia pun tidak jadi melakukannya. "Aku ada otak." Darlene dengan suara kecil menjelaskan. "Darlene kamu katakan sekali lagi padaku!" orang yag ada otak akan dibodohi hingga menyetujui melakukan hal seperti ini. Darlene tidak berbicara lagi, dia tahu Ferlina mengkhawatirkan dirinya, tapi dia benar-benar tidak bisa menolak permintaan Jane, tidak hanya karena adalah teman, dan juga merasa bersalah. "Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana mengataimu, kamu iku dengan Yose selama 3 tahun, aku hanya membuka sebelah mata, karena kalian berdua sama-sama tidak ada pasangan, mungkin saja tiba-tiba menjadi pasangan benaran." Ferlina mendesah, tubuhnya bersandar di sofa, sepasang tatapan menatap ke lampu gantung yang ada di atas kepala. "Kenal denganmu begitu lama, pemikiranmu berbeda dengan orang biasa, aku tahu kenapa kamu menyetujuinya, tapi Darlene, kamu tidak perlu merasa bersalah pada wanita itu, karena kamu tidak berhutang apapun padanya." Ferlina menarik tatapannya dan melihat ke arah wanita di sampingnya berkata, "Apakah kamu mengerti?" Darlene melihat Ferlina dengan tatapan serius, menunduk dan menganggukkan kepala, "Aku mengerti." "Baguslah kalau kamu mengerti, pergi tolak dia." Tidak menyiayiakan nasihatnya semalaman. Darlene menggelengkan kepala, "Ini adalah hal terahir." "Kamu...sudahlah terserah kamu ingin bagaimana saja, aku mau pergi istirahat dulu." Ferlina sangat marah, berpikir dan menggelengkan kepala lalu kembali ke kamarnya sendiri, saat hampir tiba di kamar dia pun berhenti sejenak. Tidak memalingkan kepala dan berkata, "Darlene kalau kamu tidak ingin,maka belajarlah untuk menolak, kalau tidak, orang yang akan terluka adalah dirimua sendiri." Tubuh Darlene membeku, mendengar suara pintu di tutup, dia pun kembali duduk. Dia mengerti satu-satunya cara agar dirinya tidak perlu merasa bersalah pada Jane adalah memutuskan hubungannya dengan Yose, sekarang dia tidak bisa sama sekali merasa tidak bersalah. Ruang tamu yang hening, hanya terlihat bayangannya di bawah lampu, sama sekali tidak bisa melarikan diri. Setelah begitu lama, Darlene mengangkat tubuhnya yang lelah dan berjalan ke kamar lain. Di dalam kamar yang gelap ada sebuah lampu remang di samping ranjang, menyinari wajah kecil yang imut dan tidak bersalah di atas ranjang. Dan juga adalah satu-satunya penyemangatnya. Darlene berjalan ke sisi ranjang dan duduk, menyodorkan tangan menaikkan rambut yang ada di dahinya, dengan tatapan yang lembut melihat wajahnya yang sedang tertidur, hatinya pun menjadi lembut. Sayangnya malam ini dia tidak bisa tinggal. Darlene mencium dahinya yang berish, dengan lembut berkata, "Selamat malam, mimpi indahlah Derikku." Setelah pulang dari apartment Ferlina, sudah hampir jam 12. Darlene tiba-tiba teringat dia belum mengatakannya pada Hendrik, buru-buru menggeluakan ponsel, menyadari ponselnya dari tadi sudah tidak ada baterai. Dia pun dengan kesal menepuk kepalanya, benar-benar tidak tahu apa yang dia pikirkan setiap hari. Dia sebaikan cepat pulang mengisi baterai dan mengirim pesan pada Hendrik. Darlene masih belum berjalan ke lift, di depan pintu berjalan keluar seorang pria yang tinggi, dia sedang memegang sebuah kotak. "Darlene, kamu sudah pulang yah." "Hendrik, kenapa kamu ada di sini." Darlene terkejut. "Karena ponselmu tidak aktif, jadi aku menunggumu di sini." Hendrik berkata dengan sangat normal. "Menungguku? Sudah beitu malam kamu tidak perlu sengaja datang kemari, ponselku tidak ada baterai, jadi, maaf, sudah membuatmu khawatir." Darlene sama sekati tidak menduga Hendrik akan datang menunggunya, dan menunggunya sampai jam 12 malam. "Tidak apa-apa, melihat kamu kembali aku sudah tenang, ini adalah kotakmu, aku mengantarkannya untukmu." Hendrik dengan wajah tersenyum seperti matahari yang hangat di musim dingin, membuat hati orang hangat. Mata Darlene sedikit lembab, "Hendrik sebenarnya kamu tidak perlu menungguku di sini, besok aku barusan pergi mengambilnya juga sama saja." Perhatian pria malah membuatnya semakin tersiksa. Menjerit tanpa suara didalam hati. ---- Darlene apa yang kamu lakukan, hubunganmu dengan Yose yang tidak jelas dan malah membuat Hendrik terus mengkhawatirkanmu. "Tidak apa-apa, hanya masalah kecil, melihat kamu pulang aku pun merasa tenang." Hendrik tidak memberitahukan pada Darlene kalau dia sudah meneleponnya sebanyak 30 kali, setiap kali pun mendengar suara operator yang dingin. Dia sangat khawatir, tapi semuanya sudah tidak penting, yang penting Darlene sudah pulang dengan selamat. "Terima kasih Hendrik." Darlene mengambil kotak yang ada di tangannya, mendesak berkta, "Sudah sangat malam, kamu cepat pulang istirahat, besok siang aku akan mentraktirmu makan sebagai permintaan maaf." Darlene tidak bisa menatap matanya, takut akan membuatnya melihat rasa kacau dan bersalah yang ada di matanya, begitu akan membuat Hendrik yang mengkhawatirkannya merasa sangat buruk. "Baik." Hendrik tersendak sejenak, perlahan menganggukkan kepala, "Darlene kamu juga cepat istirahat." "En." Darlene melihat mobil Hendrik pergi barusan membalikkan tubuh dan kembali ke apartmenya. Hanya saja setiap langkah begitu tidak bertenaga, bagaikan ditahan oleh batu, begitu berat hingga membuatnya tidak bisa bernafas. Darlene dengan tidak fokus mengeluarkan kunci dari tasnya, masih belum menusukknya ke dalam pintu, dari belakang terdengar suara yang dingin. "Darlene, kamu benar-benar membuatnya kagum, kalau begitu tidak tega, kenapa kamu tidak membawanya kembali, huh?" Tangan Darlene yang memegang kunci pun menjadi tegang, karena terlalu menggeluarkan tenaga, tangannya pun menjadi pucat, gerakan ini berlangsung tidak sama 2 detik. Dia berpura-pura tidak ada apa-apa dan lanjut membuka pintu, "Masalahku tidak ada hubungannya denganmu." Tidak ada hubungan? Bagus sekali, Yose mengedipkan matanya yang dingin, saat Darlene belum masuk, dia pun menariknya ke dalam, sambilan menendang pintu. "Bang" terdengar suara yang keras, begitu lama terdengar di telinga Darlene. Dia pun dengan marah melototi pria di hadapannya, "Yose apa yang kamu lakukan."
已经是最新一章了
加载中