Bab 75 Sofa Adalah Sebuah Alat   1/    
已经是第一章了
Bab 75 Sofa Adalah Sebuah Alat
Bab 85 Sofa Adalah Sebuah Alat Pria yang ada di atas tubuhnya sama sekali tidak memberikannya waktu untuk mempertimbangkan. Darlene hanya membenci kenapa hari ini dia memakai rok keluar, sekarang malah memudahkan tangan besar pria yang keji ini. "Yose, kamu, dimana kamu meletakkan tanganmu." Darlene tidak bisa menahan dan menjerit. Pria yang pasti mati, bahkan melepaskan......... Jari telunjuk Yose yang panjang mengait dalamannya, tatapannya terlihat heran. Darlene melihat pria yang tampan dan marah, dengan polos menatap dalamannya, Darlene pun merasa sudah hampir gila, suaranya pun keluar dari celah giginya, "Yose beraninya kamu melihat barangku!!" Dia benar-benar sudah sangat ingin menangis, dalaman ini adalah pemberian Ferlina, awalnya selalu berada di bagian bawah, hanya saja hari ini dia mencuci semua baju, menyadari tidak ada yang bisa dipakai, jadi karena terburu-buru dia hanya bisa memakai ini. Sialnya Yose malah datang kemari. "Jadi hari ini kamu hanya memakai tali ini keluar." Yose dengan suara serak dan mengerikan berkata. Memikirkan Darlene seharian memakai dalaman yang bahkan tidak termasuk kain ini, dalam hati pun merasa marah. "Tidak, tidak, aku memakai panties luaran! Apakah kamu tidak tahu." Dia benar-benar takut dengan siksaan pria ini, walaupun tidak rela, dia tetap menjawab dengan jujur. Tatapan Yose yang gelap bersinar, berkata, "Aku tidak percaya." "...." Darlene hampir menjerit. Hanya saja pria yang ada di atas tubuhnya sama sekali tidak memberinya kesempatan. Dengan lantang menekannya, disaat dia terdiam, kaki yang panjang pun masuk di antara kakinya, tubuhnya pun memasuki tubuh Darlene. Darlene menarik nafas, dengan marah melototi pria yang ada diatasnya, Yose benar-benar liar, sama sekali tidak mengatakan dan langsung masuk, benar-benar membuatnya kesakitan. Yose sepertinya juga tidak begitu nyaman, dahinya pun mengeluarkan keringat, bersandar di telinganya berkata, "Santailah, kamu ingin menggunakan cara ini untuk memprotes yah." Karena tegang, Darlene pun menghempit dengan lebih ketat lagi. Yose seperti mendapatkan pertanda, tidak peduli dan memulai gerakannya, "Aku hormati maksudmu." "Um um um...." Darlene sangat ingin menangis, sepasang tangannya yang diikat sama sekali tidak ada kekuatan untuk melepaskan, dan dia juga tidak bisa melepaskan diri dari pria diatasnya. Tidak tahu apakah Yose benar-benar marah atau dia menggunakan alasan marah untuk menyiksa Darlene. Menggunakan sofa sebagai alat, membuat Darlene memperagakan berbagai gerakan, terkadang, Darlene harus menggerahkan tenaga untuk menahan di sofa, terkadang juga harus bersandar di sandaran, terkadang harus duduk di kakinya. "Yo, Yose, pelan sedikit...." Akhirnya suara Darlene juga ikut serak dan lembut, tidak tahu sudah menangis berapa kali, sayangnya pria seperti robot yang tidak tahu apapun, dengan kasar memasukinya, dan memasukinya lagi. Darlene seperti rumput yang berada di tengah badai, berelak kekiri dan kanan, tidak ada sandaran dan hanya bisa menerima pelampiasan nafsu yang membuatnya hampir mati tenggelam. Semalaman tidak tidur. Saat matahari terbit, Darlene terbangun dari ranjang, menyadari dirinya sudah berada di dalam kamar, tempat di sampingnya malah sudah kosong. Cahaya matahari yang menusuk mata masuk melewati kain jendela, jatuh di jarinya, seperti bintang yang sedang menari di jarinya. Darlene terlihat melamun, tiba-tiba mendesah, membalikkan tubuh yang tegang, bagaikan mayat, kedua mata tidak bersemanat melihat langit-langit. Apa maksud Yose ini, sudah beberapa malam datang mencarinya, akhirnya tidak ada hasil. Kalau dia tidak berhasil membuatnya pergi karena marah, maka dia harus menyerahkan tubuhnya. Semakin begitu, hatinya semakin kacau. Rasa yang tidak bisa menggapai ini membuatnya kacau. "Bang bang bang" pintu diketuk dengan kuat beberapa kali. "Darlene, cepat buka pintu." Darlene mendengar suara orang yang datang, dia pun tidak memiliki suasana hati untuk meratapi nasib lagi, langsung duduk di ranjang, membuka selimut dan ingin turun dari ranjang, kedua kaki bergetar seperti sudah rusak, hampir berlutut di lantai. Dia pun mengetuknya, "Yose dasar bajingan." Begitu tidak mudah sudah memiliki sedikit kekuatan, Darlene pun buru-buru memakai baju tidur dan ingin pergi membuka pintu, tiba-tiba seperti teringat sesuatu, melihat ke arah sofa. Bajunya dan dalaman itu ada di sana, dia hampir saja melupakan itu. Wajah Darlene memerah dan kembali. Orang di luar pintu sepertinya sudah tidak sabar, nadanya dengan tidak senang berkata, "Darlene, kamu ingin membuang anakmu yah, apakah kamarmu menyembunyikan pria liar, tidak berani membiarkan orang lain tahu." Dan suara yang lebih kecil, dengan imut bertanya, "Tante apa itu pria liar." Darlene tersenggol dan hampir terjatuh, apa yang sedang Lina katakan, Derik masih begitu kecil, dia buru-buru membungkus baju di sofa dengan mat, lalu melemparkan ke dalam lemari. Lalu berpura-pura tidak terjadi apa-apa membuka pintu. "Lina, Derik, kalian sudah datang yah." Walaupun Darlene ingin berpura-pura seperti baru bangun tapi tatapan Ferlina begitu tajam, mana mungkin tidak menyadari kalau dia sengaja menahan nafas, "Apa yang kamu lakukan, kenapa begitu sesak." "Tidak." Darlene berpura-pura tidak mendengar maksud dari ucapannya, menggandeng tangan kecil Derik dan masuk. "Ibu, ini sudah siang loh." Derik dengan suara imut berkata. Darlene mengelus kepalanya, dengan lembut berkata, "Semalam ibu terlalu lelah, jadi tidur kesiangan, apakah Derik sudah makan?" "Tante sudah membawaku pergi makan." Derik menepuk perut kecilnya yang bulat sambil berkata. "En, Derik patuh sekali." Darlene menggandeng tangan Derik dan duduk di sofa. "Darlene, katakan dengan jujur padaku, apakah semalam....." Darlene langsung menghentikan pertanyaan temannya itu, dengan serius berkata, "Lina, Derik masih ada di sini." Ferlina mendesah dan tidak berkata lagi, berjalan ke arah sofa. Darlene pun merasa lega, Ferlina bertanya lagi, "Darlene, dimana mat sofamu, kenapa hilang." Mat sofa ini Ferlina yang menemaninya pergi beli, semalam saat datang masih ada. "Oh, itu, mat itu sudah kotor, aku mencucinya." Wajah Darlene memerah, berpura-pura tenang berkata. "Cuci?" Ferlina mengangkat alis, bangkit dan berkata, "Iya, kalau begitu aku pergi lihat coraknya dulu, hari itu aku tidak melihat dengan jelas, aku juga ingin membelinya." Darlene langsung menarik Ferlina, buru-buru berkata, "Aku tidak cuci di rumah, aku membawanya ke laundry." Ferlina menyodorkan tangan menyentuh dahi Darlene, dengan berlebihan bertanya, "Darlene apakah kamu demam, kenapa wajahmu begitu merah." "Tidak, tidak apa-apa, aku hanya sedikit panas, barusan bangun, kalian duduk dulu, aku pergi cuci muka dan gigi dulu." Setelah berkata, Darlene pun masuk ke kamar mandi. Ferlina seperti memikirkan sesuatu melihat bayangan Darlene yang melarikan diri, tersenyum sinis. Menggunakan lutut untuk berpikir pun sudah tahu apa yang terjadi pada Darlene semalam. Cih, tidak menduga, Yose yang dari jauh terlihat tidak bisa dimainkan itu ternyata begitu liar. Orang benar tidak bisa di nilai dari tampang yah.
已经是最新一章了
加载中