Bab 77 Keluar Dengan Terlihat Terkejut   1/    
已经是第一章了
Bab 77 Keluar Dengan Terlihat Terkejut
Bab 87 Keluar Dengan Terlihat Terkejut "Kentut, aku menggunakan kepolosanku selama 28 tahun sebagai taruhannya, kalau tidak mempertaruhkan hal yang lebih besar, untuk apa aku bertaruh." Ferlina dari luar terlihat sangat berani dan terbuka, sebenarnya dia sedikit pemalu. Darlene mengigit gigi dan menganggukkan kepala, "Baik, tapi aku juga mau menambah 1 syarat." "Katakan." Ferlina dengan tidak peduli barkata. "Kamu tidak boleh menipuku, dan tidak boleh mencari mencari pria yang lebih tua." Karena ada anak kecil, Darlene pun mengatakannya dengan cara yang lebih halus, dia tentu tidak percaya Ferlina akan sembarangan mencari pria dan menyerahkan dirinya. Dari dirinya yang tidak pacaran selama 8 tahun, 80% karena dia belum melupakan Jasper. Ferlina melihat Darlene yang mengeluarkan cara ini, dia pun berpikir beberapa detik, dan menganggukkan kepala, "Tidak masalah." Dia udah mengatakannya, dalam hati pun merasa sedikit menyesal, tapi dia tidak mungkin menyesalinya, bukankah hanya satu selaput, bukanlah kerugian besar. Mereka bertiga sudah cukup beristirahat, mulai berbelanja lagi. Derik melihat sebuah sudut buku, diluar duduk banyak orang dewasa dan anak kecil yang sedang membaca buku di sana, langkah kakinya juga ikut berhenti di sana. Darlene juga melihat sudut buku itu, ibu yang memahami anaknya pun langsung mengerti maksud Derik, membawanya ke sana, "Derik suka membaca buku apa, kita bisa membelinya dan bawa pulang membacanya." "Ibu, benarkah?" Derik dengan senang bertanya. "En, kamu suka yang mana, pergi lihat sendiri saja." Darlene melepaskan tangan membiarkan Derik memilihnya sendiri, sudut membaca buku ada beberapa baris lemari buku, semuanya adalah buku yang disukai ank kecil. "En." Derik dengan senang berjalan ke arah lemari buku. Darlene mengikuti Ferlina duduk di kursi yang tidak jauh untuk beristirahat, matanya pun melihat ke arah Derik, memastikan Derik ada di dalam pandangannya. Sebuah bayangan yang tinggi duduk di samping Ferlina, menunjukkan senyuman menggoda pada mereka berdua, "Ikan kecil, Darlene, kebetulan sekali bertemu kalian di sini." Darlene dan Ferlina langsung menjadi tegang, secara refleks ingin melihat ke arah Derik, namun menahannya. Yang paling tegang tentu adalah Darlene, dia mana mungkin menduga, mereka berdua sudah datang ke tempat yang begitu jauh masih bisa bertemu dengan Jasper, dia diam-diam melihat ke sekeliling, ingin melihat apakah masih ada orang lain atau tidak. Untungnya Yose tidak ada di sini. "Darlene, kamu sedang mencari apa?" Jasper mengangkat alis bertanya, 2 orang ini terlihat sangat aneh, seperti takut dia melihat sesuatu, tatapan yang tajam sedang bersiap-siap melihat ke sekitar. Ferlina duluan menjeriti pria yang ada di sampingnya, "Cari kepalamu, kenapa kamu ada di sini, dan siapa yang menyuruhmu memanggilku ikan kecil." Jasper pun terkejut, lalu menunjukkan senyuman yang keren, "Ikan kecil, ini adalah takdir, lihatlah begitu aku datang langsung bertemu denganmu." "Iya, takdirkan, aku mengerti, tapi aku tidak menginginkannya, aku merasa jijik." Ferlina sengaja melarikan maksudnya. Jasper juga tidak marah, hanya tersenyum melihatnya, "Aku tidak merasa jijik denganmu sudah cukup." Ferlina melototinya, "Singkir." Darlene sudah tidak tenang, ingin pergi mencari Derik tapi juga khawatir jika terlalu jelas akan disadari oleh Jasper, dan takut Derik sudah selesai memilih buku dan datang, lalu kelihatan oleh Jasper. Tidak peduli yang mana juga bukanlah hal yang ingin dilihat olehnya. "Darlene, kamu begitu tegang, apakah ada yang perlu aku bantu?" Jasper berinisiatif berkata, tatapannya melebihi ketajaman mata orang yang biasa. Tatapan Darlene bersinar, tersenyum berkata, "Aku tidak memerlukan bantuanmu, tapi aku merasa kamu lebih memerlukan bantuan orang lain kan." Tatapan Darlene menunjuk Lina yang sudah marah itu. Ferlina mengikuti ucapan Darlene, langsung berdiri dari tempat duduknya dan menutupi tatapan Jasper, "Jasper kamu masih tidak cukup dipukul yah, masih berani muncul di hadapanku." "Ikan kecil, kamu...." Jasper belum selesai berkata, sudah menerima satu pukulan lagi, kalau bukan karena reaksinya yang cepat, mungkin matanya akan menjadi mata panda. "Aku menyuruhmu memanggilku ikan kecil yah, aku menyuruhmu memanggilku ikan kecil yah!" Ferlina sambil berkata, sambil memberikan pukulan dengan cepat. Sodoran tangannya di depan Jasper seperti hanya bermain saja, dia sama sekali bisa dengan mudah menghindari. "Ikan kecil, ini tidak seperti dirimu, ada masalah apa yang membuatmu begitu tegang, aku sangat penasaran." Jasper menahan tangan Ferlina, memegang dan tidak melepaskan, dengan senyuman melihatnya, perlahan berkata, "Bisakah kamu memberitahuku, Darlene?" Darlene pun tersendak, tidak menduga Jasper begitu sulit di hadapi, kehebatan otaknya memubuat orang terdiam. "Mungkin kalau kamu membiarkan Lina memukulmu, dia akan memberitahukannya padamu." Dia hanya berpura-pura bodoh, hanya berharap Lina bisa membuat Jasper pergi secepatnya. Ferlina menunduk, langsung menarik tangannya dari pegangan Jasper, dengan galak melototinya, berkata pada Darlene dan melangkah pergi. "Darlene, hari ini aku tidak ada suasana hati berbelanja lagi, lain kali baru katakan saja." Darene melihat pria yang masih duduk diam bertanya, "Apakah kamu tidak mau mengejarnya, 8 tahun, Lina menunggu dengan begitu menyedihkan, kamu seharusnya mengerti kan, kak Jasper." Jasper dengan serba salah mendesah berkata, "Darlene, kita bicara lagi kalau ada kesempatan." Setelah berkata dia juga ikut bangkat, mengejar ke arah Lina pergi. Darlene yang melihat mereka berdua sudah pergi pun mendesah, barusan dia benar-benar terkejut, hampir saja ketahuan. "Ibu, ada apa denganmu." Derik membawa 2 buah buku, dengan heran melihat Darlene yang sesak. Darlene menenangkan nafasnya, tersenyum berkata, "Ibu tidak apa-apa, Derik sudah selesai memilih buku yah?" "Sudah." Derik tersenyum menjawab, berhenti sejenak dengan heran bertanya, "Ibu, dimana tante?" Kenapa dia tidak melihat tante. "Tanta ada urusan jadi pulang dulu, ibu bawa kamu pergi bayar yah, setelah itu kita pergi beli sayur, malam ini ibu akan membuatnya udang kesukaanmu yah." Darlene sengaja mengubah topik pembicaraan. Mendengar makanan enak, Derik juga tidak mempermasalahkan masalah kepergian Ferlina lagi. Darlene dengan takut membawa Derik yang sudah selesai membeli sayur dan pulang ke apartmen Ferlina, kunci itu diberikan Ferlina padanya setelah dia menjemput Derik kemari, agar memudahkan dia keluar masuk. Setelah dia selesai memasak, Ferlina juga masih belum pulang, awalnya dia ingin menelepon bertanya padanya, setelah itu dia pun memikirkan Jasper masih ada di sana, dan membatalkan keputusan ini. "Derik, cuci tangan dan makan." "Baik ibu." Derik pergi ke kamar mandi dan menginjak bangku lalu mencuci tangan, tidak lupa menarik handuk kecil untuk mengelap tangan. Darlene melepaskan celemeknya, barusan ingin menggendong Derik duduk di bangku. Derik menggeleng kepala berkata, "Ibu, aku bisa duduk sendiri." Darlene terdiam sejenak, tersenyum menganggukkan kepala, tidak menduga Derik yang begitu kecil sudah begitu hebat. Tapi melihat Derik yang menggoyangkan pantat kecil dan dengan terpaksan memanjat ke atas kursi, akhirnya Darlene pun menopan pantat kecilnya dan dia barusan bisa duduk. Wajah Derik yang dipegang pantatnya pun memerah, wajah temban menjadi pink. Melihatnya membuat orang ingin mencubit pipinya, hanya saja tangan Darlene sedang mengupas udang, membuatnya menghentikan pemikiran ini. 
已经是最新一章了
加载中