Bab 79 Berjalan Bertiga Pasti Akan Canggung   1/    
已经是第一章了
Bab 79 Berjalan Bertiga Pasti Akan Canggung
Bab 89 Berjalan Bertiga Pasti Akan Canggung Setelah Ferlina selesai berkata, dia juga tidak melihat ekspresi pria itu, membalikkan badan dan tidak berhenti lalu pergi. Jijik yah? Sekarang Jasper membuatnya merasa jijik, tatapan Jasper seperti menertawai dirinya sendiri, tubuh yang tinggi bersandar di pintu, diam melihat bayangan orang yang pergi begitu saja. Ferlina memberitahukan pada dirinya sendiri untuk tidak boleh lemah, tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama, hanya saja tidak peduli berapa kali dia menghapusnya, air mata tetap tidak terkendali dan terus mengalir. Dia barusan dengan tidak mudah keluar dari jurang yang dalam itu, dia tidak ingin mengingat hari-hati yang menyakitkan itu lagi. Ferlina saat suasana hatinya buruk akan pergi ke bar untuk minum bir, setelah membuat dirinya mabuk, dengan tidak sadar kembali ke apartmennya, melihat sejenak kamar Darlene dan Derik. Dengan perlahan berjalan ke arah kamarnya sendiri. Dalam hati diam-diam mengingat hal yang dia buat untuk Darlene. Demi mengelabui si Jasper bajingan itu, dia sudah berusaha sekuat tenaga, besok, besok dia pasti harus membuat Darlene membayarnya. Pagi hari saat bangun, Darlene melihat sepatu Ferlina dilepaskan di depan pintu, sepertinya sangat malam baru pulang, jadi tidak pergi mengetuk pintu memanggilnya. Derik menggucek mata dan wajahnya yang baru bangun tidur, dengan nada imut berkata, "Ibu, hari ini bukannya harus pergi ke sekolah." Darlene menarik tatapannya kembali, mengelus kepalanya berkata, "En, ibu pergi buat sarapan dulu, apakah Derik bisa mengganti baju sendiri." "En, tidak masalah." Derik memakai sandar bebeknya yang lucu ??Da da da?? berlari kembali ke kamar. Darlene tersenyum, memakai celemek dan mempersiapkan sarapan untuk Derik. Setelah dia selesai memasak, Derik sudah dengan patuh duduk di atas kursi, melihat dia yang imut, Darlene pun merasa lucu. ??Plak?? terdengar suara, pintu kamar pun terbuka dari dalam, Ferlina memakai baju tidur dan keluar, melihat Darlene menghidangkan sarapan, dengan malas berkata, "Darlene, siapkan untukku juga yah, aku sudah lapar." "Tenang saja, aku ada siapkan untukmu, bertepatan kamu bangun, ayo maan bersama." Ferlina menganggukkan kepala kembali pergi ke sisi Darlene. "Tante, bau." Derik memencet hidungnya dan berkata. Darlene dengan khawatir melihat sejenak kearah kamar mandi, tubuh Ferlina ada bau alkohol yang berat, sampai pagi masih belum hilang, semalam dia lagi-lagi minum sangat banyak bir. Dalam hati walaupun mengkhawatirkan teman baiknya, dia tetap menghidangkan sarapan ke meja, dengan lembut memerintahnya berkata, "Derik makan sendiri dulu yah, ibu sebentar lagi baru kemari." "En en." Derik menganggukkan kepala. Darlene tetap khawatir dengan Ferlina, berjalan kedepan pintu kamar mandi dan mendengar suara orang di dalam yang tidak berhenti ingin muntah, dia pun khawatir dan memukul pintu, "Ferlina, kamu tidak apa-apa kan, cepat bukan pintu dan biarkan aku masuk." Dari dalam terdengar suara menyiram air, tidak lama, ada orang yang membuka pintu, dengan nada malas berkata, "Darlene pagi-pagi kamu tidak bisa membiarkan orang masuk kamar mandi yah." Darlene melihat Ferlina yang berpura-pura tenang bersandar di samping pintu pun berkata, "Kamu jangan pura-pura bodoh lagi, semalam kenapa minum begitu banyak bir." "Aku bisa ada masalah apa, demi mengelabui Jasper, aku sudah berusaha sangat keras, kamu harus membalasku." Ferlina berjalan ke arah wastafel, satu tangan memegang sikat gigi, satu lagi mengambil odol gigi dan menaruhnya diatas sikat gigi. Menyikat gigi menghadap kaca. "Lina, kalau kamu tidak apa-apa, kamu juga tidak akan...." minum sampai begitu mabuk baru kembali, sama seperti 8 tahun lalu saat Jasper pergi, membuat orang khawatir. "Aku minum bir juga sudah bukan pertama kalinya, tidak perlu begitu berlebihan, kamu keluar dulu, aku masih harus menyikat gigi, nanti baru bicarakan lagi." Ferlina mendesak Darlene keuar, kumur dan mengeluarkan busa dari mulutnya. Darlene melihat dia tidak ingin mengatakan pun tidak memaksanya, membalikkan tubuh dan pergi, membiarkannya sendirian. Ferlina melihat wanita yang tidak tidur semalaman di kaca, mendesah, ternyata wanita yang sudah berusia tidak bisa dibandingan dengan anak gadis lagi, hanya tidak tidur semalam, wajah sudah terlihat begitu buruk. Kelihatannya dia seharusnya mengikuti kata situa, mencari seorang pria untuk menikah dan melahirkan anak. Setelah Darlene menjaga Derik selesai makan, Ferlina dengan pelan duduk di kursi dan mulai makan. "Aku antar Derik ke sekolah dulu, sisanya nanti kamu yang bereskan." Darlene keluar dari kamar dan membawa tas kecil. "Aku tahu."Ferlina melambaikan tangan berkata. Darlene dengan tidak berdaya melihatnya sejenak, menggandeng Derik dan keluar. TK Matahari tidak jauh dari tempat tinggal Ferlina, Darlene membawa Derik ke sana hanya perlu jalan kaki selama 10 menit sudah sampai. "Derik, nanti malam ibu baru datang menjemputmu yah, ada masalah apa ingat katakan pada guru, mengerti kan." "Ibu, aku mengerti, kamu cepat pergi, aku pergi sekolah dulu yah." Derik melambaikan tangan berkata. Sebelum pergi, Darlene dengan suara kecil memperingati, lalu dengan khawatir pergi. Setelah Darlene mengantar Derik, dia pun kembali ke apartmen, lalu melihat Ferlina berbaring di sofa, dengan bosan memegang romote dan tidak berhenti mengganti chanel. "Lina, kamu hari ini tidak keluar yah?" Biasanya dia sangat jarang berdiam di rumah. "Tidak ingin bergerak, hari ini di rumah saja." Ferlina sama sekali tidak mengangkat kepala dan berkata. Mereka berdua berbicang, "Darlene, sekarang kamu sudah tidak kerja, apa rencanamu." "Cari pekerjaan baru lagi." Darlene dengan realistik berkata, dia tidak begitu bodoh menunggu panggilan, itu masih tidak tahu harus menunggu sampai kapan. "Benar juga, gaji pekerjaanmu itu walaupun tidak buruk, tapi setiap hari begitu lelah lebih baik tidak perlu kerja, sekarang tidak perlu aku mengatakan kamu juga tidak perlu pergi lagi. Ferlina tiba-tiba tertarik, langsung duduk di sofa, kedua mata dengan bersinar melihatnya, "Darlene bukankah kamu ingin mencari pekerjaan." "En, apakah kamu ada saran?" Darlen membuka laptop, ingin mencari apakah ada bidang yang dia sukai di internte, dan mengirim lamaran. "Ada, ada." Ferlina menganggukkan kepala, "Kakakku kekurangan 1 sekretaris, bagaimana kalau kamu kerja di tempat kakakku saja." Darlene menghentikan gerakan di tangannya, mengangkat tangan melihat Ferlina yang senang, dengan heran dan tidak mengerti berkata, "Lina, kenapa kamu menyuruhku pergi ke tempat kak Richard, apakah kamu memiliki rencana kotor." "Tidak, bukankah ini demi kebaikanmu?" apakah dia menunjukkannya dengan begitu jelas? Darlene semaki curiga melihatnya, "Lina, kita sudah kenal begitu lama, kamu tidak akan melakukan hal yang bersalah padaku dan tidak berani mengatakannya kan." "Mana mungkin, hanya menjadi sekretaris saja, bukanlah hal sulit, ada kakakku kamu masih takut masalah apa." Ferlina mendekat dan berkata. Sambil dalam hati berkata, kak, demi kamu aku sudah bersiap mati untukmu, kamu jangan sampai melewati usahaku begitu saja. "Memang benar, tapi aku tidak ingin bergantung pada relasi untuk masuk, dan aku selalu merasa aneh." Bisa bekerja kantoran tentu saja baik, waktu kerja sangat tetap, gaji juga tidak rendah, hanya saja berkeja di tempat kak Richard, Darlene merasa sedikit aneh. 
已经是最新一章了
加载中