Bab 81 Jangan Pedas
Bab 71 Jangan Pedas
Yose dengan tatapan gelap menatap wajah Darlene yang berpura-pura tenang, hanya satu malam tidak bertemu, wajahnya sudah terlihat begitu buruk.
Tidak peduli betapa bodohnya Jane, dia juga merasakan keanehan suasana ini, tatapannya bersinar, seperti tidak merasakan apapun lanjut berkata, "Darlene, kalian sungguh keterlaluan, makan juga tidak mengajak kami."
Darlene dengan ragu melihat sejenak makanan yang sudah di sentuh, menyuruh mereka makan makanan yang sudah dimakan juga tidak begitu baikkan.
"Jane, kamu juga sudah lihat kalau kami sudah hampir selesai makan, bagaimana kalau lain kali saja, bukankah kalian mau makan, cepatlah pergi." Ferlina melepaskan sumpitnya, tersenyum berkata.
Walaupun dia terlihat sedang tertawa,tapi senyumannya tidak begitu jelas, orang yang mengerti pasti bisa melihat dengan jelas, sebenarnya dia sangat tidak menyambut mereka bertiga.
En, semuanya adalah orang yang membuat orang kesal.
Jane dalam hati pun merasa tidak nyaman, karena ada Yose di sini, dia pun tidak bisa melakukan apapun, hanya dengan tidak rela menelan emosi ini, barusan ingin berkata, ada orang yang sudah duluan mengeluarkan suara, "Tidak apa-apa, kami tidak keberatan, benarkan Yose."
Yose melihat sejenak Darlene yang hanya diam saja pun menganggukkan kepala.
"Yose, tuan Richard, ini tidak begitu baikkan, mereka sudah makan sampai setengah, kalau kita bergabung, bukankah sangat mengganggu mereka." Jane sengaja melihat ke arah Darlene dan Hendrik.
Seperti sedang memperingati mereka kalau mereka sedang berkencan, kalau kita bergabung tidak begitu cocok kan.
Richard tidak menjawab, langsung menarik tempat di samping Ferlina dan duduk, tatapannya malah melihat ke arah Hendrik bertanya, "Tuan Herndrik seharusnya tidak keberatan kami bergabung kan."
Hendrik melihat Richard sejenak, perlahan berkata, "Tidak."
"Yose..."Jane ingin menarik tangan Yose dan manja.
Yose sudah melewatinya dan duduk di samping Richard, dengan nada tenang berkata pada pelayan, "Ganti semua makanan ini."
Melihat Darlene sejenak, lalu menambah, "Jangan pedas."
??Kreng?? terdengar suara, seiring dengan suara itu wanita yang kacau berkata, "Maaf, tidak hati-hati menyenggol cangkir."
Darlene terlihat kacau, demi menyembunyikan kekacauannya, dia pun menarik tisu, sembarangan mengelap, air teh pun mengalir ke bawah.
Yose, bahkan tahu kalau dia tidak makan pedas.
Melihat ke arah Chinese food yang merah, dia bahkan tidak begitu makan, karen teman baiknya dan Hendrik bisa tahan makan pedas, jadi dia pun tidak banyak berkata lagi.
Satu tangan panjang yang bersih pun mengambil setumpuk tisu ke hadapan Darlene, dengan suara yang lembut berkata, "Darlene, kamu tidak apa-apa kan."
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa." Darlene mengangkat kepala melihat ke semua orang yang melihatnya, seketika dia pun terdiam.
Jane melihat ke arah Yose, dengan malu berkata, "Darlene aku benar-benar kagum padamu, Hendrik benar-benar perhatian padamu."
Darlene teringat hal yang semalam Yose memaksanya untuk menyetujuinya di sofa, tertawa dan tidak menjawab, dari depan terlihat pria sepertinya sedang tersenyum.
Hanya saja saat dia dengan serius melihatnya, Yose tetap terlihat dingin.
Ternyata dirinya salah.
Ferlina malah mencibirkan bibir, wanita ini sama sekali tidak menyembunyikan, dan juga adalah sebuah kehebatan, tatapan Yose pun terlihat sangat buruk.
"Bagaimana kalau ganti ruangan yang lebih besar saja." Hendrik melihat Darlene yang duduk dengan tidak tenang pun mengajukan.
"En, ganti tempat yang lebih besar juga bagus." Richard setuju.
Ferlina tidak mengerti apakah kulit muka pria di sisinya ini terbuat dari batu, semalam dia sudah mengatakan dengan jelas, hari ini dia masih menganggap seperti tidak ada apapun yang terjadi.
Jadi awalnya bertiga pun menjadi berenam, diganti dengan ruangan yang lebih besar.
Jane membelakangi orang-orang dan menunjukkan tatapan pada Darlene.
Darlene pun menganggukkan kepala, memperlambat langkahnya dan berjalan di paling belakang.
Jane menggandeng tangan Darlene dengan begitu dekat berkata, "Darlene, kamu temani aku ke toilet sebentar yah."
"En." Darlene pun melihat ke arahnya dan menganggukkan kepala.
Ferlina dengan tidak senang menggerutkan dahi, saat ingin ikut, dia pun melihat Darlene menggelengkan kepala ke arahnya, benar-benar setelah melahirkan sebuah roti, sikapnya pun ikut seperti roti, sembarangan di remas orang.
Jane dengan senang menarik Darlene ke kamar mandi.
Setelah sampai di toilet, Jane buru-buru bertanya, "Darlene, hal yang aku ingatkan padamu, apakah kamu sudah membantuku menanyakannya?"
"Be, belum." Dia barusan menyetujui Jane 2-3 hari yang lalu, dia masih belum memiliki persiapan diri, jadi belum menanyakannya.
Jelas-jelas meminta bantuan orang, Jane malah mulai mengeluh, "Darlene ada apa denganmu, hanya menelepon saja begitu sulit yah, padahal aku sudah menunggu beberapa hari."
"Maaf??.." Darlene menunduk dan menyembunyikan kesulitannya.
"Sudahlah sudahlah, aku tidak menyalahkanmu, tapi Darlene, bukankah sekarang adalah kesempatan yang tepat, sebentar lagi kamu pura-pura menanyakannya saja." Jane terlihat bersemangat.
Bertepatan dihadapan semua orang, Yose pasti tidak akan mempermalukannya, dan orang yang bertanya adalah Darlene, bagaimanapun Yose juga tidak akan kesal pada dirinya.
Walaupun mungkin Darlene akan sedikit kasihan, tapi bukannya Darlene adalah teman baiknya, demi teman hal kecil ini dia seharusnya tidak akan menyalahkannya kan.
Darlene menggigit bibir, dengan serba salah berkata, "Jane, kamu berikan sedikit waktu padaku lagi yah."
Dia benar-benar tidak bisa menanyakan di hadapan begitu banyak orang.
"Darlene apakah kamu menganggapku sebagai teman." Jane tiba-tiba berbicara dengan serius.
"Tentu saja." Tapi karena adalah teman, jadi bisa seenaknya mengajukan permintaan yang menyulitkannya?
"Kalau kamu menganggapku sebagai teman, teman memerlukan bantuan kecil kamu seharusnya tidak akan menolak kan, Darlene aku tahu aku sedikit buru-buru, tapi aku benar-benar sangat memperdulikan Yose, aku tidak bisa kehilangan dirinya."
Jane menarik tangan Darlene, dengan sedih berkata, "Darlene, kamu seharusnya mengerti perasaanku kan."
Iya, dia seharusnya mengerti, tapi siapa yang mengerti betapa sedih dirinya, Darlene kembali melihat Jane, menganggukkan kepala berkata, "Baik, aku bantu kamu."
"Darlene aku tahu kamu pasti tidak akan menolakku, terima kasih banyak." Jane dengan senang bersorak, menarik tangan Darlene dan berjalan ke arah ruangan.
Darlene memaksa dirinya tertawa dan mengikutinya, apakah dia benar-benar akan menanyakan pada pria itu.
Memikirkan jawaban yang mungkin akan diberikan Yose, hatinya mulai terasa sakit.
"Kami sudah kembali." Jane mendorong pintu dengan tersenyum berkata.
"Darlene, cepat duduk." Ferlina tidak menghiraukan Jane, menyodorkan tangan menyuruh Darlene kemari.
"En." Darlene melepaskan tangan Jane, menunduk dan berjalan ke tempat duduk yang ditunjuk Ferlina.
Mengangkat kepala meyadari di sisi kirinya adalah Ferlina, di sebelah kanannya tiba-tiba menjadi Yose, Hendrik malah duduk di samping Richard.
Setelah menerima tatapan tidak berdaya dari Hendrik, Darlene pun dengan tatapan bertanya melihat ke arah temannya, apa yang dia lakukan, kenapa Yose ada di sampingnya?
Ferlina berpura-pura tidak mengerti dan mengabaikan pertanyaan Darlene, hehe, dia memang sengaja.