Bab 82 Tangan Di Bawah Meja Makan
Bab 72 Tangan Di Bawah Meja Makan
Jane merasa tidak nyaman dengan tempat duduk ini, tapi karena orang yang ada di samping adalah teman baiknya yang paling dia percayai, dia pun menahan rasa sedikit tidak nyaman itu.
Darlene pun merasa canggung, nafas pria yang tidak bisa dihiraukan terus mengarah padanya, tangan yang berada di bawah meja pun semakin mengepal dengan erat.
Tiba-tiba tubuh Darlene bergetar, seluruh tubuhnya menjadi tegang, Yose, Yose bahkan seperti tidak ada apapun yang terjadi menarik tangannya.
Dan juga dihadapan begitu banyak orang, walaupun dibawah meja tidak ada orang yang menyadari, tapi sudah cukup membuat Darlene tegang sampai ingin menjerit.
"Darlene, ada apa denganmu, kenapa ekspresimu terlihat seperti terkejut." Ferlina dengan heran melihat Darlene yang punggungnya membeku, seperti sedang disihir oleh orang dan tidak bisa bergerak lagi.
"Tidak, tidak, aku hanya sedang memikirkan masalah lamaran."
Darlene sangat ingin menarik tangannya keluar dari tangan pria, tapi setelah mencoba beberapa kali tetap tidak berhasil, hanya bisa membiarkannya memegangnya.
Kenapa dia memiliki perasaan seperti berselingkuh di balik suaminya!
Dibandingkan dengan rasa gugupnya, Yose malah terlihat begitu tenang, seperti orang memegang tanganya bukanlah dirinya, tapi orang lain.
Apakah dia tidak khawatir Jane menyadarinya?
Darlene dalam hati mengutuk Yose, palsu! Keji! Brengsek!
Jane yang tidak mengerti pun bertanya, "Lamaran, lamaran apa, Darlene bukannya kamu masih bekerja di toko sepatu."
Darlene merasa sedikit tidak nyaman dengan perumpamaan Jane, setelah di pikir-pikir, mugkin ini memang sifat Jane, jadi dia pun tidak mempermasalahkannya, "En, ada sedikit masalah, aku sedang mencari pekerjaan baru."
Darlene tidak mempermasalahkan, tidak berarti Ferlina juga tidak keberatan, dia dengan dingin berkata, "Jane, Darlene bukan bekerja di toko sepatu apaan, bagaimanapun dia adalah kepala toko di toko bermerek dunia, bukan toko sepatu kecil jalanan."
Seperti merek terkenal dunia ini, terhadap menjunjung tinggi kemampuan penjual, apalagi dengan usia begitu muda sudah menjadi kepala toko.
Si orang bermuka dua itu tidak tahu, tapi dia tahu betapa Darlene bekerja keras demi pekerjaan ini.
Jane dengan wajah merah dan menggerakkan bibir melihat Darlene meminta bantuan, "Aku juga tidak begitu mengerti, Darlene kamu tidak akan menyalahkanku kan."
"En." Darlene menggelengkan kepala berkata, dengan menenangkan melihat teman yang ada di sisinya.
Ferlina dengan kesal menyindirnya, kalau Darlene bersedia dipijak, dia bisa mengatakan apa lagi.
Jane demi menjaga mukanya, dia pun mendekati Yose, dengan lembut berkata, "Yose, aku dengan bukankah sekarang dikantormu kekurangan asisten, aku rasa kemampuan Darlene bisa menempati posisi itu."
Yose melihat sejenak Darlene yang tegang, pergi bekerja di kantornya, ide ini tidak buruk.
Darlene pun menolak, "Tidak perlu, besok aku akan pergi interview."
Bercanda apaan, menyuruhnya pergi bekerja di kantor Yose, bukankah itu berarti mencari mati sendiri, dan juga adalah tempat yang tidak dia pahami, memikirkan itu saja membuatnya khawatir.
Ferlina yang mendengar di samping pun tertawa.
"Darlene kalau kamu tidak keberatan bisa pergi bekerja di perusahaanku, kebetulan aku juga kekurangan seorang sekretaris." Hendrik yang berbicara selalu membuat orang nyaman, tidak berlebihan dan juga tidak memberi tekanan.
Benar, Darlene hampir saja menyetujuinya, kalau bukan karena tangan besar di bawah meja memegangnya dengan semakin erat, dia pasti akan menyetujuinya, sekarang dia hanya tersenyum menolak.
"Hendrik, tidak perlu, aku sudah menyetujui Ferlina untuk pergi melamar ke kantor kak Richard." Saat ini dia hanya bisa menggunakan kak Richard sebagai pelindungnya.
Ferlina mengangkat alis, kapan ada hal seperti ini, kenapa dia tidak tahu, tapi Darlene berkata seperti itu, dia tentu sangat senang.
Hendrik yang melihat Darlene sudah menyetujui Ferlina, dia pun tidak enak berkata lagi, tatapan lembut terlihat kecewa.
"Sayang sekali yah, aku kira kamu bisa pergi ke kantor Yose, dengan begitu aku akan lebih mudah mencarimu." Jane dengan menyayangi berkata.
Kalau Darlene pergi bekerja di kantor Yose, dia bisa menggunakan alasan ini untuk pergi mencari Yose.
Semuanya karena si Ferlina itu, selalu merusak rencananya.
Mereka berdua benar-benar tidak cocok.
Ferlina lagi-lagi menyindirnya, selalu mengatakan hal buruk, mengatakan agar lebih mudah mencari Darlene, bukannya agar dia memiliki alasan mencari Yose.
Saat ini pelayan bertepatan menghidangkan makanan, masalah pekerjaannya untuk berakhir.
Melihat meja yang penuh dengan makanan ??yang tidak pedas??, wajah Ferlina pun terlihat buruk, "Yose apa yang kamu lakukan, datang ke restoran Chinese food tidak makan pedas, jadi untuk apa kamu datang kemari."
Yose yang mendengar ucapannya ini pun tidak senang dan menggerutkan dahi, berkata pada pelayan, dengan suara dingin berkata, "Berikan dia sebotol cabai."
Ferlina pun tidak bisa menahan dan menarik nafas, jadi dia menggunakan sebotol cabai untuk menenangkannya?
Jasper pun menunduk dan tertawa, selain di tempat Richard dia bisa melihat Lina mengalah, tidak menduga dengan Yose, dia juga begitu beruntung bisa melihatnya.
Makanan hari ini sangat berharga.
"Tertawa apaan, bagaimana makan, aku mau yang pedas, sayur yang dimasak dengan minyak cabai."
Ferlina sangat ingin berteriak, tapi karena tatapan Yose yang dingin, rasa marahnya pun tanpa sadar meredup.
Yose yang pantas mati, kenapa begitu mengerikan seperti si pria tua di rumahnya itu!
"Lina, makan terlalu banyak cabai mudah panas dalam, akan tumbuh jerawat, Yose juga demi kebaikan kita." Jane berpura-pura baik hati berkata.
Ferlina tidak berani berteriak ke arah Yose, tapi terhadap Jane dia sama sekali tidak peduli, melototinya berkata, "Aku tidak peduli, kalau bukan karena Yose yang menyuruhnya jangan membawa makanan pedas, apakah kamu akan begitu, aku ingat dulu kamu juga sangat bisa makan pedas kan."
Jane seperti kelinci kecil yang terkejut dan bersembunyi di belakang Yose, dengan wajah menyedihkan berkata, "Lina, aku hanya demi kebaikan kita semua, kenapa kamu mengataiku seperti ini."
Darlene yang melihat Ferlina marah, buru-buru menenangkan, "Bagaimana kalau menyuruh pelayan membawakan beberapa masakan yang pedas saja."
Ferlina mendesah dan setuju.
Pelayan yang berada di samping pun ketakutan, setelah mendapat perintah, dia pun pergi seperti melarikan diri, tamu di dalam ruangan ini sangat menakutkan, dia sebaiknya jangan melakukan kesalahan.
Makan ini pun berlangsung dalam suasan canggung.
Tangan Darlene pun diam-diam menggerahkan tenaga, satu jari demi jari ingin memindahkan tangan Yose, setiap kali dia mengira akan berhasil, seseorang akan dengan mudah memegangnya kembali.
Dia sudah hampir gila.
Untungnya saat semua orang mengambil sumpit, dia langsung melepaskan tangannya.
Kalau mengatakan orang yang sama sekali tidak terpengaruh di sini, hanya ada 2 orang, satu adalah Jasper yang terus mengeliligi Ferlina.
Satu lagi adalah Yose yang tidak begitu berbicara, namun auranya menekan seluruh suasana ini.
Bahkan Hendrik yang biasanya begitu lembut pun terlihat tidak fokus.
Makanan enak di hadapan Darlene seperti makanan hambar yang susah ditelan.