Bab 84 Menerima Diperintah Orang   1/    
已经是第一章了
Bab 84 Menerima Diperintah Orang
Bab 74 Menerima Diperintah Orang "Lina....." Ferlina langsung menghentikan ucapan yang akan dikatakan Darlene, dengan kesal berkata, "Mengerti mengerti, kamu yang terlihat seperti ini cepatlah pulang istirahat." Dia tahu kalau Darlene ini menyuruhnya malam ini ingat pergi menjemput Derik, itu adalah anak kesayangannya, dia mana mungkin lupa. "Terima kasih." Darlene dengan tenang tersenyum. Hendrik membawa Darlene pergi. Jasper sepertinya sudah membuka larangan bicaranya, berkata, "Kenapa aku mencium aroma perzinahan?" "Jaga mulutmu." Ferlina dengan nada pelan memperingatinya, mengambil tasnya dan ingin pergi. Jasper yang dimarahi pun tetap tersenyum dan mengikutinya. Di dalam mobil. Hening. Hendrik yang perhatian pun tidak bertanya, hanya dengan tenang menyetir mobil. "Hendrik, apakah kamu juga merasa aku terlalu ikut campur." Darlene berinisiatif memecahkan keheningan. Hendrik melihat ke depan, dengan nada lembut berkata. "Darlene kamu tidak perlu membuang semua kesalahan pada dirimu sendiri, tidak ada orang yang tidak melakukan kesalahan, dan juga tidak ada orang yang bisa melakukan semua hal baik saja, jadi jangan terlalu memaksa dirimu sendiri." "Aku yang terlalu sesuka hati saja." Darlene menertawai dirinya sendiri, bersandar di tempat duduk dan keringatan, teringat tatapan Yose yang dingin, hatinya pun terasa begitu dingin. "Kita semua tahu niat baikmu, tapi tidak semua niat baik akan berbuah baik, tidak peduli teman yang sangat dekat ataupun pacar, ada hal yang harus menghormati prinsip kita sendiri." Hendrik bukannya tidak tahu kalau Darlene melakukan ini demi Jane, tapi dia merasa walaupun adalah teman yang sangat dekat, juga tidak seharusnya menyetujuinya. Akhrinya setelah membantu, juga tidak akan dianggap baik, dan kemungkinan juga akan disalahkan. Darlene melakukan sesuatu dengan terlalu dikendalikan perasaan, tidak mengerti kejamnya dunia. Darlene tidak meneruskan, tatapannya yang terang ditutupi uap, dia juga sedang menanyakan pada dirinya sendiri, Darlene sejak kapan kamu menjadi begitu tidak berprinsip. Pantas saja Yose berbicara denganmu dengan nada meremehkan seperti itu. Darlene benar-benar menganggap dirinya sebagai penyelamat, tidak, dia sebenarnya adalah orang yang menyedihkan yang tidak bisa melepaskan diri dari rasa bersalah dan keraguan. "Darlene, sudah sampai." Hendrik menghentikan mobil, melihat wajah Darlene yang sedikit pucat, dengan khawatir bertanya, "Darlene, apakah perlu mengantarmu ke atas." "Tidak perlu, Hendrik, hari ini benar-benar maaf, awalnya aku ingin mentraktirmu makan, tidak menduga menjadi seperti ini." Darlene menyodorkan tangan melepaskan sabuk pengaman. "Darlene kamu sudah memberikan tekanan yang terlalu besar pada dirimu sendiri, ini hanyalah masalah kecil, tidak perlu dimasukkan dalam hati, istirahatlah dengan baik malam ini, jangan memikirkan terlalu banyak lagi." Hendrik terkadang merasa dirinya tidak mengerti Darlene, jelas-jelas usianya begitu muda, kenapa terlihat begitu serius, seperti memikul tekanan yang sangat besar. Dia ingat saat disekolah, Darlene selalu tersenyum dan ceria, tatapannya selalu bersinar, seperti bisa menyinari hati orang. Tapi wanita yang begitu cantik itu, 3 tahun tidak bertemu malah hidup dengan begitu sulit. Dia tidak tahu, sebenarnya dia memiliki masalah apa, tapi Hendrik juga tidak akan memaksanya. Suatu hari nanti dia akan menunggu sampai Darlene bersedia mengatakan padanya. "Hendrik, ada apa, kenapa tiba-tiba melihatku seperti ini." Darlene menyentuh wajahnya, mengira saat makan ada sesuatu yang menempel di wajahnya. Hendrik pun tersadar, lalu menyadari tanpa sadar dia melihat Darlene dan melamun, tersenyum lembut berkata, "Darlene, saat tersenyum kamu terlihat sangat cantik, tersenyum lebih cocok denganmu." "Itu, Hendrik aku pergi dulu yah, ada waktu baru aku hubungi kamu lagi. Darlene tidak menduga Hendrik akan tiba-tiba berkata seperti itu, wajahnya pun memerah, asal berkata dan mendorong pintu mobil seperti melarikan diri pergi. Hendrik pun tertawa dan menjalankan mobil lalu pergi. Darlene kembali ke apartment, dengan tidak bersemangat duduk di sofa, terdiam melihat langit, benar-benar satu masalah belum selesai dan satu masalah muncul lagi. -----kring. Nada dering ponsel Darlene berbunyi. Dia sedikit tidak ingin mengangkatnya, dan takut mungkin adalah telepon dari Ferlina, dengan tidak bersemanat mengeluarka ponsel. Melihat yang bergerak adalah panggilan ??Rubah??, Darlene tidak begitu ingin mengangkatnya. Rubah=Yose, ini adalah panggilan yang dibuatnya khusus untuk Yose, rubah yang keji. Hanya saja saat ini Yose bukannya seharusnya sedang bersama dengan Jane, kenapa bisa meneleponnya. Disaat dia asal berpikir, nada dering ponselnya terputus, Darlene mengira Yose sudah menyerah, dia pun kembali melepaskan ponselnya di samping, menganggap seperti tidak pernah mendengar ponselnya berdering. Weng weng, sebuah pesan masuk. Layar yang mengeluarkan cahaya, membuat Darlene ingin mengabaikannya juga tidak bisa. ---aku berikan kamu waktu 3 detik untuk menelepon balik, kalau tidak akibatnya kamu tanggung sendiri. Lihat, pria ini tetap begitu lantang, Darlene sangat ingin membalas pesannya, dengan tidak berdaya mengambil ponsel dan dengan patuh meneleponnya. Darlene dengan kesal menggerutkan dahi, dia tetaplah orang yang bersedia diperinta, setelah diperintah begitu lama oleh Yose, sudah menjadi sebuah kebiasaan. "Kenapa tidak angkat telepon." Yose dengan suaranya yang dingin dan tidak senang berkata. "Tidak kelihatan." Darlene dengan tenang berkta, apalagi dari balik telepon dan tidak harus berhadapan langsung dengan Yose, dia tidak harus begitu patuh. "Tidak kelihatan, bisa begitu cepat menelepon balik, Darlene kamu semakin bodoh yah." Yose dengan dingin mendengus, dengan tidak sungkan membongkarnya. "Yose kamu jangan terlalu keterlaluan." Darlene bisa membayangkan wajah tampan Yose betapa meremehkannya. "Aku keterlaluan, Darlene kenapa kamu tidak merasa hari ini kamu sangat berani." Suara Yose yang dingin terdengar. Matahari diluar jelas-jelas begitu menusuk mata, Darlene pun tetap merasa dingin, "Aku tidak tahu apa yang sedang kamu katakan, kamu meneleponku hanya untuk memujiku yah." Dia menganggap ucapan Yose sebagai pujian, dan juga tidak semua orang bisa menahan ini. Pria di balik telepon mungkin tidak menduga Darlene akan menjawab seperti itu, tiba-tiba terdiam. Darlene mengira dirinya sudah menang, awan di kepalanya juga mulai menghilang, ternyata membuat Yose mengalah adalah hal yang begitu menyenangkan. Setelah begitu lama, suara pria yang dingin pun terdengar, "Darlene, kamu ingin cari masalah yah." Darlene sengaja menjauhkan ponselnya, berpura-pura tidak dengar berkata, "Aduh aduh, aku tidak dengar, signal di sini jelek, lain kali baru bicarakan lagi." "Signal jelek? He, bagaimana kalau kita bicarakan langsung saja." Ucapan Yose yang dingin, langsung menghancurkan Darlene yang tadinya merasa bangga. Darlene juga tidak berpura-pura lagi, dengan dingin berkata, "Katakanlah, aku sedang dengar, tidak perlu berbicara secara langsung." "Besok datang bekerja di kantorku, sebagai asisten sekretarisku." Ucapan Yose yang jelas bagaikan sebaskom air yang menyirami diatas kepala Darlene. 
已经是最新一章了
加载中