Bab 91 Menjemput Derik Pulang Sekolah   1/    
已经是第一章了
Bab 91 Menjemput Derik Pulang Sekolah
Bab 61 Menjemput Derik Pulang Sekolah Di dalam ruangan, Jane dengan manja menggandeng lengan Yose, dengan nada manja bertanya, "Yose, bagaimana hubunganmu dengan Darlene, Darlene adalah teman baikku loh, kamu tidak boleh menyakitinya yah." Yose melihatnya sejenak, mengeluarkan satu kata, "Teman?", menyodorkan tangan mengambil jas dan berjalan keluar. Jane pun terkejut, apa maksud Yose, apakah sedang menanyakan padanya benar-benar menganggap Darlene sebagai teman baik atau tidak yah? Tidak tahu kenapa, dia tiba-tiba merasa tidak tenang, Yose tidak mungkin menyadarinya kan, dia menyembunyikannya dengan begitu baik, bahkan..... Jane tersadar, Yose sudah hampir berjalan kedepan pintu, dia buru-buru mengejarnya, tidak berani asal bertanya lagi. ??Tit tit?? klakson mobil berbunyi. Ferlina menyodorkan kepala, memanggil wanita yang terlihat tidak fokus, "Darlene kamu mau pergi kemana." "Tidak, tidak pergi kemana-mana." Darlene mengangkat kepala menyadari dirinya sudah kelewatan, menarik pintu mobil dan masuk ke dalam. Ferlina melihat Darlene yang terlihat aneh, "Kenapa terlihat seperti sedang berjalan sambil tidur." Lalu dengan serius bertanya, "Apakah pasangan kekasih itu mempersulitmu lagi." Saat dia mengendarai mobil keluar, sepertinya dia melihat Yose dan Jane keluar bergantian. "Tidak, waktunya sudah tiba, ayo kita pergi menjemput Derik dulu." Darlene tidak ingin Ferlina khawatir, mengubah topik berkata. "Huh, kamu teruskan menjadi roti saja." Ferlina mendengus, mengendarai mobil dan pergi. Derik adalah murid TK, perlu guru mengkonfirmasi identitas keluarga dulu baru boleh dijemput. Dari jauh sudah melihat siroti kecil yang imut sedang melihat kesana kemari di depan pintu, saat melihat Darlene, dia pun melambaikan tangan berkata, "Ibu, aku ada di sini." "Derik, ibu dan tante datang menjemputmu." Suasana hati Darlene yang tegang, setelah melihat wajah Derik yang imut pun menjadi tenang. Setelah melakukan konfirmasi, Darlene pun menggandeng Derik, "Derik cepat ucapkan selamat tinggal dengan guru." "Guru Carin selamat tinggal." Derik dengan suaranya yang imut berkata. Guru Carin yang melihat wajah kecil yang serius pun tersenyum, "Selamat tinggal Derik." Darlene juga mengucapkan selamat tinggal pada guru, baru pergi. "Sayang, apakah TK menyenangkan?" Ferlina menggandeng tangan kecil bertanya. Derik mencibirkan bibir, dengan suara imut berkata, "Tidak terlalu menyenangkan." "Kenapa." Darlene juga dengan tidak mengerti bertanya. "Mereka terlalu kekanak-kanakan, mengganggu orang." Derik menggerutkan dahi berkata. "Haha, itu karena Derik terlalu imut." Ferlina sudah tidak bisa menahan dan tertawa. Darlene memikirkan pemandangan itu pun merasa lucu, dengan sabar berkata, "Derik, itu adalah reaksi karena teman-teman menyukai Derik, Derik tidak boleh mengecewakan niat baik teman-teman." Derik terdiam beberapa detik, dengan terpaksa bertanya, "Ibu aku tahu." Darlene pun tertawa karena ekspresinya yang kesal, jelas-jelas hanyalah anak kecil, malah suka berlagak dewasa, ini pun membuatnya terlihat semakin lucu. "Ayo, bawa Derik si anak dewasa kecil ini." Ferlina melakukan gerakan berangkat. "Ayo pulang." Derik juga menggerakan lengan kecilnya, dengan senang berkata. Melihat Derik begitu ceria, Darlene memeberitahu dirinya sendiri, semua keteguhan dan semua hal yang dia alami sangat pantas. Karena Derik, Ferlina juga ikut beruntung, sekarang ada yang memasak makan malam, hanya perlu duduk dan menunggu makan saja. "Derik, apakah kamu akan menikahi wanita yang tidak bisa memasak?" "Tidak." Kepala Derik berada di pinggiran sofa, melihat ke arah dapur dan menjawab tanpa memalingkan kepala. Ferlina dengan tidak menyerah bertanya lagi, "Jadi kalau adalah seorang wanita yang cantik, tidak bisa memasak, bagaimana menurutmu?" Derik melihat sejenak tatapan Ferlina yang berharap, perlahan dengan serius menjawab, "Tidak akan." Ferlina pun merasa dirinya terluka, dia tahu tidak seharusnya mempermasalahkan dengan anak kecil, tapi dia pun tidak bisa menahan dan bertanya, "Kenapa?" "Tante, tidakkah kamu merasa setelah pulang ke rumah dan orang yang memasak, perasaan ini sangat baik?" Derik menjawab. Ferlina tidak bisa menjawab, setelah pulang kerja ada orang yang memasak dan menunggu dirinya, perasaan ini memang sangat baik, tapi dia tidak bisa memasak, tapi dia segera mencari alasan untuk menenangkan dirinya sendiri. "Derik, sebenarnya wanita hanya perlu kecantikan saja, memasak seharusnya diserahkan pada orang lain saja." Derik membuka mata yang besar, menatapnya, "Tante, kamu sedang mencari alasan untuk dirimu sendiri yah?" Wajah Ferlina yang begitu tipis pun merah karena dilihat oleh seorang anak kecil berusia 4 tahun, "Derik, kamu masih kecil, tidak mengerti masalah orang dewasa." Mata Derik melihat ke atas, dengan wajah berpikir berkata, "Tante aku rasa aku lebih mengerti." "Kamu ngerti apaan, coba katakan." Ferlina tidak ingin memberikan tekanan pada anak kecil, jadi dia merasa dia seharusnya mendengar apa yang ingin anak ini katakan. "Aku tahu, tampangku lebih mirip dengan ayahku yang brengsek itu, aku juga tahu kalau ibu sangat menderita karenaku, sebenarnya aku benar-benar tidak keberatan kalau ibuku mencari seorang pacar." Derik dengan suara imut seperti sedang mengatakan sesuatu hal yang biasa. Tapi terdengar di telinga Ferlina, seperti sebuah petir, tidak hanya terkejut, dan juga merasa sangat tidak tega. Suaranya tanpa sadar menjadi lembut, "Derik kenapa kamu berkata seperti ini." "Sangat mudah, karena terkadang ibu akan menatapku sambil melamun, terkadang juga akan bersembunyi sendirian di kamar memakai obat, aku melihat semuanya." Derik dengan sedih menjawab. Ferlina mengikuti Derik, menempelkan wajahnya di sofa, melihat ke arahnya, "Apakah ibu tahu kalau kamu mengetahuinya?" "Tidak, aku tidak ingin ibu khawatir." Derik menggelengkan kepala. Ferlina terdiam beberapa detik, dengan ragu bertanya, "Derik apakah kamu benar-benar tidak ingin tahu siapa ayahmu, kalau kamu ingin tahu, ibumu pasti akan memberitahukannya padamu." "Tidak." Derik meluruskan kepalanya, lalu melihat lagi ke bayangan yang sedang sibuk di dapur, mulutnya bergerak dan berkata. "Kalau ayah benar-benar mencintai ibu, dia tidak akan membiarkannya bersedih, ibu juga tidak akan menyembunyikan keberadaanku pada ayah, kenapa aku menginginkan seseorang yang tidak pernah aku temui dan juga adalah orang yang menyakiti ibu." Ferlina menyadari dia benar-benar tidak seharusnya memandang rendah anak kecil berusia 4 tahun ini, kemampuan penalarannya membuatnya tidak bisa membantah. Anak kecil ternyata memang adalah kelompok yang paling sensitif di dunia ini, walaupun kamu tidak mengatakan, hatinya yang sensitif juga bisa merasakannya. Setelah Darlene selesai memasak makanan terakhir, dia pun melihat 2 kepala yang bersandar di sofa, dengan bercanda berkata, "Kalian sedang mengatakan apa, kenapa suasana begitu serius." "Ini adalah rahasia diantara kami, benarkan Derik." Ferlina mengedipkan mata padanya. "En." Derik juga menganggukkan kepala dengan kuat. 
已经是最新一章了
加载中