Bab 92 Tante Ketika Makan Dan Tidur Tidak Boleh Berbicara   1/    
已经是第一章了
Bab 92 Tante Ketika Makan Dan Tidur Tidak Boleh Berbicara
Bab 62 Tante Ketika Makan Dan Tidur Tidak Boleh Berbicara "Sudahlah, kalau begitu kalian jaga baik-baik rahasia kalian, cepat datang makan." Darlene pun tersenyum tidak berdaya. Ferlina pun kembali cerita seperti biasanya, menarik Derik yang dengan wajah polos berjalan ke arah meja makan. Ferlina menatap makanan yang harum dan menggoda diatas meja makan, bersorak, "Darlene, ada apa dengamu hari ini, memasak begitu banyak makanan enak." "Aku pikir besok membawa makanan ke kantor, kebetulan ruang istirahat ada kulkas, tidak takut rusak, dan aku melihat ada banyak rekan kerja yang juga membawa makanan, Ferlina, apakah kamu mau aku mempersiapkan untukmu juga." Darlene menjelaskan berkata. "Tidak perlu, makanan setelah dipanaskan di microwave rasanya berbeda, lebih baik makan makanan segar saja." Ferlina langsung menggunakan tangan mengambil tahu 4 musim dan memasukkannya ke dalam mulut. Sambil makan sambil dengan tidak jelas berkata, "Darlene kemampuan memasakmu semakin baik, siapa yang menikahimu benar-benar sangat beruntung." Setelah Ferlina mengatakan, dia pun merasakan suasana menjadi aneh, tersenyum kaku dan berkata, "Kalau tidak menikahlah ke keluargaku, biarkan aku menikmati keberuntungan ini?" "Tante, saat makan tidak boleh berbicara." Derik duduk di kursinya dan berkata. Wajah Ferlina memerah, dengan patuh duduk dan makan. Darlene pun tertawa, Derik yang terlihat seperti anak dewasa kecil ini benar-benar membuat orang semakin menyayanginya. "Sudah dengar belum, Ferlina, kamu bahkan lebih buruk dari Derik." Ferlina mendesah dan tidak berkata lagi, mengambil sumpit dan mengambil makanan. Darlene tahu dia merasa malu, jadi tidak berkata lagi. Mereka bertiga pun makan dengan tenang. Darlene lanjut membereskan dapur, lalu memotong buah dan mengantarnya ke ruang tamu, melihat mereka berdua yang duduk bersama menonton film kartun, dia pun tertawa. Dengan tidak berdaya memperingati, "Jangan terus menonton saja, makan buah." "Aku tahu, ibu." Derik pun menusuk apel dan mengigitnya. Ferlina bahkan tidak memalingkan kepala dan menganggukkan kepala, setelah itu mulai memukul sofa dan terus tertawa. Darlene sudah tidak tahu harus mengatakan apa, kalau orang yang menyukai Ferlina melihat wanita yang mereka disukai tertawa terbahak-bahak seperti ini, tidak tahu apa yang akan mereka pikirkan. Dia melihat Ferlina masih sedang tertawa pun melihat ke arah televisi, bukankah hanya manusia dan seekor babi, lelucon ini sungguh tidak lucu. "Tante, air ludahmu bahkan sudah muncrat keluar." Derik dengan merasa tidak suka bergeser. "Maaf, maaf, aku tidak bisa menahan, orang itu benar-benar bodoh." Ferlina tertawa sampai air mata sudah hampir keluar. Derik dengan nada imut berkata, "Tante, kamu kekanak-kanakan sekali." Ferlina langsung tidak senang, memegang tubuh kecil Derik, kekuatan tangannya sangat lembut, dalam hati merasa kagum, kulit anak kecil benar-benar bagus, sangat mulus seperti susu. "Lihat kamu berani meremehkan tante lagi atau tidak." "Tante jangan menggeliku." Derik ikut tertawa, dia juga ingat meminta tolong dengan Darlene, "Haha, geli sekali, ibu, tolong." Darlene yang melihat waktu sudah lumayan malam, dia pun ??menyelamatkan?? Derik dari Ferlina berkata, "Sudah bermain sampai keringatan, ibu isikan air dulu untukmu, sebentar lagi pergi mandi dan tidur." "Aku tahu ibu." Derik dengan patuh menganggukkan kepala. Ferlina hanya bisa menikmati keseruan ini sendiri. Setelah Darlene selesai mengisi air, dia pun membawa Derik pergi mencuci rambut, membantunya mengelap keringat, menggeringkan rambut dan menggendongnya kembali ke kamar. Membuka lampu remang di samping ranjang, Derik masih dengan bersemangat melihatnya. "Tidak bisa tidur?" Darlene kembali duduk di ranjang. "En." Derik pun menggeser kepalanya, memberikan sebuah tempat untuk Darlene. Darlene dengan memanjakan melihatnya, memiringkan tubuh dan berbarik di sisinya berkata, "Derik, ibu bacakan cerita dongeng untukmu yah." "Baik."Derik menempel di sisi Darlene, dengan nyaman menutup mata, aroma tubuh ibunya sangat harum, dia ingin menempel pada ibunya seumur hidup. Darlene mengambil sebuah buku dari meja, dengan lembut membacakan untuknya. "Dulu ada seorang putri salju...." Setelah Darlene selesai menceritakan cerita putri salju, menundukkan kepala dan melihat anak kecil dipelukannya, tidak tahu sejak kapan dia sudah tertidur, bibir yang lembut menghisap dan menghembus, bulu mata yang lentik dan terlihat ada bayangan. Tampang Derik belum terbentuk dengan utuh, terlihat tidak begitu tajam seperti Yose. Darlene terdiam sejenak, segera menyembunyikan perasaan di matanya, perlahan turun dari ranjang, melihatnya sejenak lalu keluar dari kamar. Televisi di ruang tamu masih memutarkan film kartu yang lucu, lampu sudah ditutup, wanita yang awalnya sedang bersandar di atas sofa, sekarang sudah berbaring dan tidak menonton televisi lagi, bertanya, "Derik sudah tidur yah." "En." Darlene menghampirinya dan duduk, menemaninya menonton televisi. Mata Ferlina juga ikut menonton televisi, kepalanya belum berputar dan berkata, "Darlene, kamu terus mengulur untuk pergi, apakah karena kamu memiliki perjanjian dengan Yose." Darlene menyembunyikan gemetar di bulu matanya, "Ferlina, kenapa kamu berpikir seperti itu." "Semua mata orang yang tidak buta bisa melihatnya, kamu benar-benar dikuasai oleh Yose, aku tidak percaya kalau kamu adalah wanita yang akan terus mengganggunya, satu-satunya penjelasan untuk hal ini cuman ada ini." Ferlina tidak bodoh, dia hanya tidak ingin Darlene berada di situasi yang sulit. "Lina, aku tahu batasan, dan aku akan segera mengatakan dengan jelas pada Yose." Dia hanya perlu melakukan persyaratan terakhir Yose saja. Asalkan dia menahan sedikit lagi. "Aku takut sebelum kamu mengatakan dengan jelas padanya, kamu sudah disakiti sampai mati oleh sikeji itu, kamu rasa kamu bisa menyembunyikannya berapa lama." Ferlina melihat Darlene yang duduk tidak jauh darinya. Sinar televisi menyinari wajahnya yang pucat. Sebenarnya orang yang paling tertekan adalah Darlene, tapi dia juga suka menyembunyikan semuanya didalam hati. Sebagai teman dia juga sangat tidak berdaya. Darlene tersenyum pahit berkata, "Asalkan bisa membawa Derik pergi operasi, semuanya akan berlalu, bukankah ini adalah hal yang seharusnya aku terima?" "Kentut, apa namanya hal yang seharusnya kamu terima, apakah kamu masih tidak tahu bagaimana sifat sikeji itu, egois, wanita yang bisa melakukan apapun demi dirinya sendiri." Nada Ferlina meninggi, lalu mengecil kembali, seperti rasa marah yang tidak berdaya berkata, "Kamu tidak mempertimbangkan untuk dirimu sendiri, juga harus mempertimbangkan demi kesayanganku, aku tidak peduli lagi padamu, kalau sikeji itu menyakiti Derik, aku tidak akan membiarkannya begitu saja." "Lina, Derik adalah batas terakhirku." Tatapan Darlene terlihat tajam, nadanya dengan serius berkata. Tidak peduli Jane ataupun Yose, siapapun tidak boleh menyakiti Derik, dia pasti akan mengorbankan nyawanya. Ferlina merasa lega, masih tahu betapa berharganya Derik, untung saja belum bodoh sampai tidak tertolong.
已经是最新一章了
加载中