Bab 94 Mery
Bab 64 Mery
Hari senin, Hary tidak menerima rantangan dari Darlene.
Karena Darlene minta izin.
Hari itu juga adalah hari dimana Darlene tidak ingin mengingatnya seumur hidup ini.
Siang hari, dia menerima telepon dari Jane, mengajaknya keluar jalan-jalan, mengatakan ingin menebus masalah beberapa hari yang lalu.
Darlene tidak bisa menolak, menganggukkan kepala menyetujui.
Kebetulan Ferlina juga istirahat di rumah, Derik juga sudah diantar ke sekolah, dia juga bosan, jadi juga ikut pergi.
Mereka bertiga janjian bertemu di tempat teramai di kota Leidong, Jane masih belum datang.
Ferlina sudah duduk selama setengah jam, mengeluh berkata, "Benar-benar keterlaluan, benar-benar mengira dirinya adalah ratu yah, semua orang harus menunggunya."
"Sudahlah Lina, mungkin karena weekend jadi lebih banyak orang, kita tunggu lagi saja." Darlene pun menjelaskan.
"Kamu tunggu di sini, aku pergi beli milk tea, kamu ingin minum apa." Cuaca yang begitu panas, tenggorokkannya sudah hampir berasap.
Darlene juga merasa haus, "Bawakan satu botol air untukku saja."
"Kamu benar-benar berbeda dengan orang lain, air putih tidak berasa." Ferlina memang berkata seperti itu, tapi dia tetap pergi dan membelikan untuknya.
Darlene tahu kalau teman baiknya itu hanya memiliki mulut yang keras, tapi hatinya baik.
Tidak lama setelah Ferlina pergi, Jane pun tiba.
"Darlene maaf sudah membuatmu lama menunggu, kamu juga tahu wanita kalau keluar sangat merepotkan." Jane mengatakan maaf, tapi wajahnya sama sekali tidak merasa bersalah.
Darlene hanya tersenyum berkata, "Tidak apa-aoa, Ferlona barusan pergi membeli air, kita tunggu dia sebentar dulu yah."
Jane yang mendengar Ferlina pergi membeli air pun tidak senang berkata, "Lina benar-benar tidak sabar, aku barusan terlambat sebentar saja dia sudah tidak mau menungguku, memang Darlene kamu yang paling baik padaku."
Kata sebentar yang Jane katakan, tidak hanya beberapa menit, tapi sudah lewat 40 menit, tapi Darlene tahu sifat Jane selalu seperti itu, jadi dia pun tidak mempermasalahkannya.
Lalu membantu teman baiknya berkata, "Lina juga ikut denganku menunggumu, kamu sabar sedikit dan tunggu dia yah."
"Mall ini begitu besar, Darlene bagaimana kalau kamu menemaniku jalan-jalan sebentar, kita sekalian mencari Ferlina." Dia tidak akan menunggu siwanita menjengkelkan itu.
Jane berkata dan menarik tangan Darlene, berjalan ke arah tempat yang ramai.
"Tidak begitu baik kan, bagaimana kalau Lina tidak menemukan kita." Darlene pun mengikuti Jane dengan terpaksa.
Jane dengan tidak peduli berkata, "Ada apa, dia juga bukan anak kecil, harus orang menjaganya, dan kita juga tidak pergi jauh."
Darlene menghadapi keras kepala Jane pun hanya bisa mengalah, tapi dia tetap bersikeras untuk berjalan di samping saja.
Jane pun hanya bisa menyetujuinya, melihat toko yang dia suka, dia pun menarik Darlene ke dalam.
Dibandingkan mengatakan Jane mengajak Darlene keluar jalan-jalan, lebih tepatnya adalah menarik seseorang untuk membantunya mengangkat barang.
"Darlene, apakah menurutmu gaun ini cantik?" Jane memakai gaun putih dan berputar di hadapan Darlene.
Darlene melihat 4-5 plastik yang ada di tangannya, tidak ada satupun adalah barangnya, terdiam sejenak dan menganggukkan kepala, "En, cantik."
"Aku sudah tahu, Yose pasti akan menyukainya juga." Jane dengan senang berkata, lalu dengan arogan berkata pada penjual, "Tolong bungkus 2 baju yang saya coba tadi."
"Baik, nona." Pelayan toko bertemu dengan wanita yang begitu loyal, mana mungkin mempermasalah hal ini padanya.
Tangan Darlene pun bertambah 2 plastik lagi, dahinya pun mulai berkeringat, walaupun plastik itu tidak berat, tapi sangat banyak, dia pun sedikit kelelahan membawanya.
Jane sepertinya barusan melihat Darlene yang kelelahan, dengan baik hati berkata, "Darlene, kita cari tempat untuk istirahat dulu yah."
"En." Darlene menganggukkan kepala, kalau memegang begitu banyak barang lagi, dia juga sudah tidak tahu lagi, tidak tahu apakah Lina sudah membeli milktea atau belum.
Seorang wanita berpakain bunga-bunga menghampiri mereka, "Aduh, bukankah ini adalah Jane dan Darlene."
"Kamu adalah Mery? Mery, benar adalah kamu yah, lama tidak bertemu." Jane langsung mengenali wanita yang ada di depannya adalah teman kuliahnya dulu, saat itu selain Darlene, teman wanita yang dekat denganny adalah Mery.
"Iya aku, Jane ingatanmu benar-benar baik." Mery yang bertemu dengan Jane juga sangat senang, saat tatapanya melihat ke arah Darlene pun menjadi penuh makna.
Darlene pun menjadi tidak nyaman karena dilihat olehnya, Mery ini saat kuliah sudah tidak menyukainya, selalu mempersulitnya, sekarang setelah tamat beberapa tahun, juga selalu begitu padanya.
Sampai sekarang Darlene bahkan tidak tahu kesalahan apa yang dia lakukan padanya.
Mery dengan nada aneh berkata, "Darlene kenapa kamu tidak berbicara, kita sudah begitu lama tidak bertemu, bukankah kamu sudah terlalu dingin."
"Tidak, hanya saja tidak ingin menganggu kalian berdua melepas rindu." Darlene dengan tenang menjawab.
Mery melihat tangan Darlene yang penuh dengan belanjaan, berkata, "Apanya yang tidak rindu, aku rasa kamu malu kan."
"Mery apa yang kamu katakan, apa salah Darlene padamu." Jane dari luar terlihat membantu Darlene, sebenarnya dia terlihat sedang mencari tahu apa maksud ucapan Mery.
"Jane kamu masih belum tahu kan, apa yang teman terbaikmu lakukan dibalikmu." Mery menatap wajah Darlene yang pucat, dengan sombong tersenyum, dia akhirnya sudah mendapatkan kesempatan untuk balas dendam.
Awalnya Darlene tidak mengerti, setelah dia melihat tatapan Mery yang terlihat senang, dia langsung mengerti kalau Mery pasti mengetahui sesuatu.
Tidak, tidak boleh.
"Mery, kamu jangan????"
Mery langsung memotong ucapan Darlene, "Darlene tolong kamu simpan wajahmu yang berpura-pura baik itu, semenjak kuliah sampai sekarang aku sudah cukup melihatnya, setiap kali aku akan berpikir, kenapa di dunia ini ada wanita yang begitu tidak tahu malu sepertimu."
"Kamu benar-benar mengotori kata teman baik."
"Mery kenapa semakin kamu mengatakan aku semakin tidak mengerti." ekspresi Jane juga mulai memburuk, insting memberitahunya, kenyataan yang dikatakan Mery, ada hubungannya dengan pria yang paling dia pedulikan.
Mery menatap Jane, dengan kasihan berkata, "Jane, kamu masih belum tahu kan, Darlene adalah wanita yang bermuka 2, setelah kamu keluar negri dia pun menggoda kakak kelas, Yose."
Jane dengan marah menarik tangan Mery, dengan suara keras bertanya, "Apa, tidak mungkin, Mery katakan dengan jelas."
Ini tidak mungkin, Darlene masih menyemangatinya untuk mengejar Yose, mana mungkin dari dulu sudah bersama dengan Yose.
Orang disekitar yang mendengar suara ribut pun menghentikan langkah, melihat ke arah mereka.
Mery sepertinya berharap semakin banyak orang mengelilingi mereka, suaranya pun ditinggikan, membuat semua orang mendengar dengan jelas, "Jane, kamu bisa menanyakan padanya sendiri, dulu setelah acara wisuda, apakah dia memapang kakak kelas Yose ke hotel."