Bab 97 Perubahan Besar   1/    
已经是第一章了
Bab 97 Perubahan Besar
Bab 67 Perubahan Besar Sepertinya sudah melihat jelas apa yang dikatakan Jane, Ferlina tersenyum berkata, "Tidak percaya, pulang dan tanyakan sendiri saja." Orang-orang pun langsung berubah, benar-benar perubahan besar. Mereka mengira orang yang terluka itu adalah orang ketiga, ternyata orang tua dari wanita yang memukul itulah yang menghancurkan pria itu, dan saat itu mereka juga sudah berpisah. Jadi wanita yang terluka itu dipukul dengan percuma. Orang-orang dengan antusias mulai berkata, "Benar-benar keterlaluan, zaman sekarang ini tidak melihat sampai akhir tidak akan mengetahui apa kebenaran sebenarnya." "Kalau itu adalah aku, dari awal aku sudah mulai memarahinya, wanita itu benar-benar bodoh, dipukul dengan percuma oleh orang lain." "Apakah kalian tidak menyadari, wanita yang memukul itu benar-benar memukul tanpa memikirkan hubungan pertemanan mereka, aku rasa tidak hanya masalah merebut pacar saja, mungkin saja adalah balas dendam atau cemburu, wanita selalu seperti itu." "Plak plak, asal berkata saja, wanita itu yang begitu." Jane tidak tahu sudah ketahuan atau tidak bersedia mempercayai ucapan Ferlina, membalikkan tubuh dan meninggalkan tempat itu. Dia harus pulang dan menanyakannya dengan jelas, kalau masalah ini tidak benar, dia pasti akan membalas Ferlina dengan berkali-kali lipat. "Sudah melarikan diri, cepat bubar." Mery sudah melarikan diri disaat Jane pergi. Orang-orang pun bubar, hanya tersisa Ferlina yang memapang Darlene yang penuh dengan luka. "Aku antar kamu ke rumah sakit dulu yah." Ferlina barusan hanya terus marah dan tidak menyadari kalau seluruh tubuh Darlene penuh dengan luka, ditambah dengan rambutnya tertutup, tidak terlihat dengan jelas. Kebetulan begitu dia menundukkan kepala, melihat wajahnya sudah bengkak dan lehernya juga ada banyak luka cakaran, dia pun langsung marah, "Kurang ajar, sikeji itu benar-benar kejam, aku pergi membunuhnya saja." Darlene perlahan berkata, "Lina, aku ingin pulang ke rumah." Dia sangat lelah, tidak peduli badan ataupun hati, semuanya sudah tidak tertahan lagi "Tidak boleh, kamu seperti sekarang ini mana boleh pulang begitu saja, pergi ke rumah sakit untuk mengobati dulu baru pulang." Ferlina dengan tidak setuju berkata, Darlene bisa menahan ini, dia tidak bisa, tunggu saja, dia memiliki banyak kesempatan untuk mencari masalah dengan keluarganya. Tentu saja yang membuat masalah ini adalah sibrengsek Yose itu, orang pertama yang harus dia habisi adalah dia. "Aku tidak apa-apa, hanya luka luar saja, setelah istirahat beberapa hari akan sembuh, Lina tolong besok kamu bantu aku pergi meminta izin." Wajahnya ini paling tidak harus beberapa hari baru bisa mengempeskan. "Kamu bodoh yah, saat ini masih memikirkan hal itu, kalau bukan karena kamu sudah terluka, aku bahkan ingin memukulmu lagi." Ferlina sambil dengan berhati-hati memapangnya, sambil berkata, "Aku sudah mengatakan berani kali padamu, kamu tidak berhutang apapun pada wanita itu, kenapa kamu harus dipukul begitu saja dan tidak membantah?" "Tidak apa-apa Lina, anggap aku mengembalikan padanya." Darlene dengan lapang dada berkata, tapi begitu berkata dia pun mengenai luka di bibirnya, begitu kesakitan. "Lihatlah, ini adalah akibatnya." Kenapa ada orang yang keras kepala sepertimu, membuat sebuah pemikiran sendiri, ucapan orang lain sama sekali tidak di dengar. Ferlina merasa dirinya tidak mati karena marah dengan si keji Jane itu, tapi akan segera mati karena marah dengan Darlene. "Lina, ingat bantu aku minta izin yah..." Darlene tidak lupa memperingati. "Aku tahu." Ferlina sudah mulai tidak sabar, bukankah hanya seorang asisten kecil. Darlene tersenyum, tidak berkata. Ferlina akhirnya pun tidak bisa melawan kerasa kepala Darlene dan mengantarnya pulang ke apartmennya kecilnya, dia pun pergi ke toko obat untuk membeli obat anti infeksi dan bengkak, lalu pulang mengobatinya. "Lina, bisakah kamu pelan sedikit?" Darlene sudah hampir merusak bantal yang dipegangnya. "Kamu masih tahu sakit yah, saat dipukul kenapa kamu tidak tahu menghindar." Ferlina memang berkata seperti itu, tapi tenaganya juga menjadi lebih pelan. Darlene pun terdiam, sakit juga hanya bisa ditahan. Setelah setengah jam kemudian, Ferlina sudah selesai melakukan semuanya, "Apakah malam ini aku perlu menyiapkan makan malam untukmu." "Tidak perlu, waktu sudah hampir tiba, kamu cepat pergi jemput Derik, beritahukan padanya kalau hari ini aku ada urusan dan tidak bisa pergi melihatnya." Darlene tetap paling mengkhawatirkan anaknya. Ferlina sengaja berkata, "Omong kosong, apakah aku akan membawa seorang wanita yang mukanya bengkak seperti babi dan mengatakan padanya ini adalah ibunya? Aku juga takut kamu akan mengejutkan kesayanganku." Darlene pun melihatnya sejenak, "Lina, aku tahu hatimu baik, hanya saja mulutmu lebih jahat, tidak apa-apa, aku sudah terbiasa." "Malas berbicara denganmu, aku mau pergi menjemput putraku dulu." Ferlina pun langsung berdiri, mengambil barangnya dan pergi, sebelum keluar dia juga tidak lupa memperingati, "Malam ingat pakai obat." "Aku tahu." Darlene pun merasa terharu. Setelah Ferlina pergi, senyuman paksa Darlene pun menghilang, dia tidak perlu menyentuh juga tahu betapa bengkak wajahnya, rasa panas dan perihnya masih terasa sampai sekarang. Sekarang lutut yang ditendang Jane juga masih sakit. Darlene dengan berhati-hati menarik bajunya, tersenyum pahit, ternyata tubuhnya juga ada banyak bekas biram, untung saja Ferlina tidak melihatnya. Kalau tidak, dengan sifat Ferlina pasti akan pergi merusuh ke rumah Jane. Darlene hanya bisa memakaikan obat sendiri, dia barusan menyodorkan tangan ingin mengambil obat, tidak hati-hati juga menggerakkan punggungnya, dia pun merasa keringat dingin mengalir, jadi punggungnnya juga tidak terkecuali? Keliahatannya Jane benar-benar tidak bisa memaafkannya. Darlene hanya bisa memakaikan obat di tempat yang bisa dia obati sendiri, bagian punggung yang tidak bisa dia obati, dia hanya bisa membiarkan luka perlahan membaik sendiri. Setelah memakai obat, Darlene sudah mengeluarkan keringat dingin beberapa kali, dengan berhati-hati kembali berbaring di sofa, tidak bisa bergerak lagi. Hanya saja tidak lama berbaring, ada telepon yang masuk. Darlene hanya bisa dengan perlahan mengambil ponselnya, untungnya sebelum Lina pergi, dia dengan perhatian mengeluarkan ponselnya, kalau tidak dia benar-benar harus bangkit lagi. "Halo, Hendrik kamu mencariku yah." "Darlene, ada apa denganmu." Suaranya terdengar lemah, Hendrik pun bertanya. "Aku sedang flu." Darlene berpura-pura batuk, hampir lupa kalau Hendrik adalah pria yang perhatian. "Kamu tidak apa-apa kan, apakah sudah pergi mengambil obat ke rumah sakit." Hendrik langsung dengan perhatian bertanya. "Hanya flu biasa saja, besok seharusnya sudah sembuh." Darlene takut Hendrik terus bertanya lagi, buru-buru mengubah topik, "Oh iya, Hendrik kamu mencariku ada masalah apa." Hendrik perlahan berkata, "Aku dengan malam ini ada film yang bagus, ingin menanyakan padamu apakah mau pergi nonton bersama." "Maaf Hendrik, hari ini aku mungkin tidak bisa pergi, beberapa hari lagi aku baru menemanimu ke sana yah." Darlene dengan tidak enak menolaknya. "Tidak apa-apa, kesehatan lebih penting." Hendrik melihat tiket yang sudah dibeli yang ada ditangannya, diam-diam membuangnya ke dalam tong sampah di samping kakinya. Darlene pun berbasa-basi dengan Hendrik, lalu menutup telepon. 
已经是最新一章了
加载中