Bab 98 Aku Hanya Mencintainya
Bab 68 Aku Hanya Mencintainya
Sepanjang jalan Jane berkendara dengan kecepatan tinggi, bahkan menerebos lampu merasa dan pulang ke rumah.
??Kreng??, pintu dibuka dengan kuat.
Pelayan yang melihat Jane yang begitu menyedihkan pun terkejut, buru-buru datang bertanya, "Nona besar, ada apa denganmu, kenapa tubuhmu basah, aku segera pergi mengambil handuk untukmu."
"Tidak perlu, dimana ayah dan ibuku." Jane dengan kasar menyingkirkan pelayan di depan.
Pelayan yang melihat Jane yang marah pun tidak berani mendekat, menjawab, "Tuan dan nyonya ada di ruang buku lantai 2."
Tatapan Jane menggelap, mengangkat kaki dan pergi ke lantai 2.
Belum mendekati ruang buku, dia sudah mendengarkan percakapan dari balik pintu.
"Jerome, Jane sudah mengalami banyak penderitaan di luar negri, sekarang kalau dia menyukai Yose, kamu jangan menghalanginya lagi."
Pria mendesah dan berkata, "Sekarang Yose tidak seperti dulu, tidak menduga aku yang sudah begitu lama di dunia ini ada kalanya salah melihat orang, sekarang kalau Jane bisa bersama dengan Yose, aku tentu setuju, hanya takut Yose tidak akan berpikir seperti itu."
"Mana mungkin, bukankah Yose sangat menyayangi Jane, dia juga tidak keberatan dengan hal itu."
"Istri oh istri, tatapanmu terlalu pendek, kamu kira masalah hanya begitu mudah?"
"Jerome, jadi bagaimana dengan Jane.....kalau dulu kita tidak....."
Jane yang berada di luar sudah mendengar semuanya, langsung membuka pintu dan masuk ke dalam, dengan suara keras bertanya, "Ayah, ibu, apa yang kalian lakukan dibalikku selama ini."
"Jane kenapa kamu sudah kembali, ada apa dengan bajumu, siapa yang menyakitimu." Gisella melihat baju Jane yang terkena milktea dengan khawatir mendekatinya.
"Jangan sentuh aku, aku hanya ingin mengetahui kenyataannya." Jane menjerit.
Tatapan Gisella terlihat terluka, menyodorkan tangan dan ingin memegang tangannya pun menjadi kosong.
Jerome yang awalanya masih mengkhawatirkannya langsung dengan ekspresi serius dan memberi pelajaran berkata, "Jane ada apa dengan nada bicaramu, segera minta maaf dengan ibumu."
"Jerome, sudahlah, Jane pasti sudah tertekan, kamu jangan memarahinya lagi." Bagaimanapun adalah dirinya yang mengandung selama 10 bulan dan melahirkannya, Gisella tidak ingin melihat Jane dimarahi.
Tapi Jane sama sekali tidak peduli, dengan bersikeras menjerit, "Ayah, sampai sekarang kalian masih ingin menyembunyikannya dariku, apakah harus menunggu sampai putrimu mati kalian baru ingin mengatakannya."
"Jane jangan asal berkata, kenapa kamu sembarang berkata, apakah kamu ingin membuat ibu sedih?"
Gisella melihat Jane yang menangis pun merasa sedih, suaranya pun seperti menahan nangis, memalingkan kepala melihat suaminya yang terlihat serius, dengan suara tinggi berkata, "Jerome, sudah sampai saat ini, apakah kamu masih ingin menyembunyikannya?"
"Aku hanya memiliki satu putri, kalau terjadi sesuatu padanya, aku tidak akan bisa hidup lagi."
"Ibu.." Jane dengan sedih memeluk gisella dan menangis.
Jerome menggerutkan dahi melihat mereka berdua yang menangis, mendesah dan berkata, "Sudah, sudah, masalah ini juga tidak ada yang perlu disembunyikan, dulu kami melakukan itu juga demi kebaikanmu."
"Ayah apakah kamu mengakui kalau dulu kamu menggunakan posisimu untuk menghancurkan Yose?" Jane tidak menduga dulu orang tuanya benar-benar diam-diam pergi mencari Yose.
Yose adalah orang yang begitu berharga diri tinggi, dia mana mungkin bisa menerima perlakukan seperti ini, makanya meminta putus dengannya saat hampir tamat, karena sedih dia pun meninggalkan tempat ini dan dengan pria luar negri itu..
Semua ini ternyata karena perbuatan orang tua yang paling dia cintai.
"Ayah, ibu, kenapa kalian melakukan ini, kenapa melakukan ini pada Yose, padahal kalian tahu aku begitu mencintainya, kenapa."
Jerome melihat putri yang sangat dia sayangi itu bertanya padanya seperti orang luar, hatinya pun sangat sakit.
"Kenapa, tentu saja karena kamu, kamu adalah kebanggaan keluarga kita, dan juga adalah putriku satu-satunya, sebagai ayah dan ibu kamu rasa apakah kami akan membiarkanmu menikah dengan anak orang miskin?"
"Tapi...tapi....ayah, putrimu benar-benar tidak bisa tanpa dia." Jane berkata, seluruh tubuhnya dengan tidak bertenaga duduk di lantai, orang tua demi kebahagiaan anak melakukan keputusan yang menurut mereka benar.
Apa yang bisa dia katakan, dia bisa mengatakan apa, apakah Yose yang acuh tak acuh padanya karena hal ini.
"Asal, Jane, dari kecil ayah sangat menurutimu, baru membiarkanmu menjadi begitu arogan dan tidak pengertian, aku lihat Yose sama sekali tidak cocok denganmu, besok aku akan menyuruh ibumu mengatur kencan buta untukmu!"
Jerome berpikir, lebih baik membuat putrinya menghapus pemikiran bisa bersama dengan Yose, tidak mengungkit masalah yang dia lakukan pada Yose dulu.
Dengan kesabaran Yose, dia tidak tenang menyerahkan putri satu-satunya pada pria yang begitu tidak tertebak.
"Apa? Ayah, aku tidak mau, aku hanya mencintai Yose, aku hanya akan menikah dengannya." Jane yang mendengar ayahnya akan menyuruhnya pergi kencan buta pun terkejut.
Jerome dengan wajah tegang berkata, "Aku sudah memutuskan, kamu siap-siap untuk kencan buta saja."
Jane memegang tangan Gisella seperti meminta pertolongan, berkata, "Ibu cepat bantu aku menasehati ayah, aku tidak mau pergi kencan buta, aku tidak boleh mengecewakan Yose, Yose adalah harapan terakhirku, ibu putrimu memohon padamu."
"Jane, kamu lebih baik dengarkan ayahmu, ibu pasti akan memiliki orang yang bisa memperlakukanmu dengan baik."
Gisella melihat putrinya yang menangis juga tidak tega, tapi mendengar ucapan Jerome, dia merasa Yose memiliki maksud lain.
Jane terus menggelengkan kepala, tubuhnya mendekat dan dengan marah berkata, "Tidak, aku tidak percaya, kalian salah, karena dulu kalian meremehkan Yose, sekarang karena Yose sudah berhasil kalian menilai dengan presepi buruk kalian, kalian terlalu egois...."
??Piak?? terdengar suara yang garing.
Lengan Jerome melayang diudara, sepertinya asalkan Jane mengatakan ucapan yang memberontak, tamparan ini akan terjatuh lagi di wajahnya.
Jane langsung terkejut karena dipukul, memegang wajahnya dan duduk di lantai, dengan tidak percaya berkata, "Ayah, kamu memukulku, kamu bahkan memukulku...."
Dari kecil sampai besar dia adalah putri kecil di rumah ini, biasa dikatakan dia selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan, orang tuanya juga tidak tega memukulnya, tidak menduga setelah dewasa, dia bahkan dipukul.
Gisella juga tidak menduga suami yang selalu menyayangi putrinya itu akan memukul putrinya, melihat putrinya yang terkejut, dia pun tidak tega, "Putriku, kamu jangan melawan ayahmu lagi, ayahmu melakukan ini untuk kebaikanmu."