Bab 99 Memfitnah Orang
Bab 69 Memfitnah Orang
"Demi kebaikanku? Haha, benar-benar sangat lucu, kalian tahu apa, apakah kalian tahu apa yang aku alami di luar negri sendiri." Jane tiba-tiba tertawa keras, tertawa sampai tidak berhenti, seperti orang gila.
"Jane, ada apa denganmu, kamu jangan menakuti ibu." Gisella sudah mulai kacau, dia dengan tegang melihat Jerome, nadanya yang biasa juga berubah, meneriakinya.
"Jerome, Jane adalah putrimu bukan musuhmu, kenapa kamu tega memukulnya, Jane ingin bersama dengan siapa maka bersama dengan siapa, betapa hebatnya Yose juga masih berada dibawah Keluarga kita."
Jane juga mengira ayahnya akan menyetujui ucapan ibunya.
Tapi tidak tahu mengapa, ayah yang biasanya selalu menurutinya pun bersikeras, tidak bersedia membiarkannya bersama dengan Yose, berkata, "Tidak, Jane lebih baik kamu menyadari apa margamu."
Jane menunduk berdiri dari lantai, mengigit bibir dan matanya terlihat berair.
Dia dengan sedih berkata, "Ayah, kalau kamu tidak membiarkanku bersama dengan Yose, putrimu benar-benar akan mati, apakah kalian tahu, karena perbuatan kalian dulu, apa yang dialami putrimu di luar negeri."
Jerome melihat tatapan Jane yang begitu sedih pun merasa tidak tenang, "Jane.."
"Benar, ayah, dulu aku diperkosa di luar negri, dan juga memiliki seorang putri, sekarang aku barusan dengan tidak mudah menerima seorang pria, pria yang paling aku cintai seumur hidup ini, apakah anda benar-benar ingin memaksa putrimu sampai mati?"
Jane berteriak pada Jerome.
Benar, demi bersama dengan Yose, dia sudah tidak bisa memperdulikan appun, lagian dia memang memiliki seorang putri, hanya menggunakan cara lain saja, asalkan hasilnya sama saja.
Putri yang tidak berguan dan pria itu selamanya tidak akan datang ke china, dia juga tidak perlu mengkhawatirkn apapun.
Gisella pun tidak bisa menerima dan terduduk di lantai, berkata, "Kenapa bisa begitu, kenapa bisa begitu...."
"Aku akan pergi membunuh pria itu." Jerome juga terlihat marah, dia bahkan ingin langsung membunuh ??pelaku?? yang dikatakan Jane itu.
"Ayah masalah yang sudah berlalu aku tidak ingin mengungkitnya lagi, aku hanya berharap kamu bisa merestui aku dan Yose."
Jane mulai dengan lembut memegang tangan Jerome, dengan menyedihkan berkata, "Ayah, apakah kamu khawatir Yose akan membalas dendam pada keluarga kita, asalkan kamu memberikanku waktu, aku pasti akan membuktikan pada kalian kalau Yose tidak memiliki pemikiran itu."
Dia melihat ayahnya hanya diam pun menegasakan, "Ayah, sebenarnya beberapa hari yang lalu Yose sudah melamarku, ingin bertunangan, selama ini aku tidak mengatakannya."
Jerome pun tergerak, "Jane, apakah yang kamu katakan itu benar?"
"En." Jane dengan malu dan sedih menganggukkan kepala, "Asalkan ayah memberikan kesempatan padaku dan Yose."
Kalau bukan karena tahu Jane pernah mengalami hal seperti itu, Jerome pasti tidak akan menyetujuinya bersama dengan Yose, selama 30 tahun ini sudah melatihnya menjadi orang yang hanya melihat kemampuan, walaupun dia hanya memiliki 80% kepercayaan kalau Yose tidak bermaksud buruk.
Tapi 80% cukup untuknya menghabisi musuhnya, bukan karena putrinya, dia pasti ingin menggunakan kesempatan saat Yose belum berdiri tegak di kota ini, menghacurkan bahaya ini.
Sekarang demi putri satu-satunya ini, tidak harus mengalah, "Jane, kalau Yose benar-benar berkata seperti itu, bawa dia makan ke rumah."
"Benarkah ayah, bagus sekali." Jane langsung tersenyum.
"Putri kesayanganku sudah berkata seperti itu, aku mana mungkin tidak setuju." Jerome pun kembali berkata dengan lembut seperti seorang ayah.
"Ayah, kamu paling baik padaku."
"Jane, putriku kamu sudah menderita, lain kali ibu tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu lagi." Gisella mengetahui penderitaan yang Jane alami pun terus meneteskan air mata.
"Ibu, aku sudah tidak apa-apa, asalkan kita sekeluarga bersama sudah sangat baik." Jane berpura-pura dengan tenang berkaat.
"Kamu dari kecil selalu begitu pengertian, terjadi hal seperti itu juga tidak mengatakannya pada kami, cepat katakan pada ibu siapa yang menyakitimu hari ini." Sekarang Gisella sangat tidak tega pada putrinya.
"Tidak, tidak apa-apa ibu."
Gisella melihat Jane yang terdiam, mengira dia tidak ingin membuat mereka khawatir, jadi semakin tidak ingin dia menderita.
"Jane jangan takut, ibu ada di sini, siapapun tidak boleh menyakitimu, beritahu ibu sebenarnya siapa yang melakukan ini padamu."
"Tidak ada, mungkin suasana hati Darlene sedang tidak bagus hari ini, masalah milktea hanyalah sebuah kecelakaan."
Jane sangat pintar dan juga sangat mengerti, kalau dia langsung mengatakan adalah Ferlina yang menyiraminya, ayah dan ibunya pasti akan marah, namun juga tidak bisa melakukan apapun pada keluarganya.
Jadi dia sengaja mengatakannya dan juga tidak langsung mengatakan adalah Darlene, membiarkan orang tuanya yang mengerti sendiri.
"Darlene? Wanita baik yang selalu kamu katakan itu, kenapa dia melakukan ini padamu." Gisella ingat dengan Darlene, terlihat seperti wanita yang baik dan diam, kenapa bisa melakukan hal ini.
Jane mengigit jarinya, berkata, "Aku juga tidak tahu, sepertinya, sepertinya setelah Darlene pergi bekerja di kantor Yose, dia menjadi seperti ini."
Gisella sebagai orang yang berpengalaman mana mungkin tidak mengerti maksud dari ucapan putrinya, di dengan tidak tega menepuk tangannya berkata, "Jane, kamu sudah terlalu baik, makanya disakiti oleh wanita sembarangan, ingat kamu adalah nona besar keluarga kita."
"Tidak bisa dibandingkan dengan wanita biasa, teman yang tidak baik, kita tidak memerlukannya."
"Ibu, Darlene seharusnya bukanlah orang seperti itu." Jane dari luar berpura-pura baik hati dan membantu Darlene berbicara.
"Jane kamu terlalu polos, wanita seperti itu terlihat jelas bukanlah wanita baik, kamu tenang saja, ibu tahu harus melakukan apa."
Jane yang mendengar ibunya sepertinya memiliki keputusan, disaat semua orang tidak melihatnya, dia pun tertawa seperti mencapai keberhasilan.
Darlene kamu berani-beraninya merebut pria denganku, aku pasti akan membuatmu hancur.
"Jane, ibu bawa kamu pergi mengganti baju bersih, hari ini kamu istirahat saja di rumah, besok ibu akan mempersiapkan acara jamuan." Gisellla memapang Jane berdiri.
"Ibu aku bisa sendiri, dan Yose juga tidak pasti besok bisa datang." Mengungkit Yose, wajah Jane pun terlihat malu-malu.
"Janeku sudah malu yah, baiklah, kamu cepat naik ke atas." Gisella masih masih belum selesai bericara dengan Jerome.
Jane berkata pada Jerome yang terdiam berkata, "Ayah, aku naik ke atas dulu yah."
Jerome menganggukkan kepala, dengan tatapan yang penuh kasih sayang berkata, "Dengar ucapan ibumu, hari ini istirhatlah dirumah."
"Aku tahu ayah." Jane yang sudah mencapai tujuannya dengan senang pergi.