Bab 102 Seumur Hidup Ini Jangan Pernah Berpikir Bisa Terbebas Dariku
Bab >02 Seumur Hidup Ini Jangan Pernah Berpikir Bisa Terbebas Dariku
Yose perlahan duduk di sisi Darlene, gerakannya sangat lembut dan sengaja menurunkan tangan Darlene yang menutupi wajahnya, wajah yang awalnya putih menjadi penuh dengan bekas luka yang berdarah, wajahnya juga bengkak dan dapat terlihat pembuluh darah.
Luka di samping mulutnya sudah berkerak, warna merah gelap terlihat semakin jelas.
Setiap sisi terlihat begitu mengejutkan, walaupun dia sudah mempersiapkan diri, tapi hatinya tetap tergerak, tatapannya yang gelap seperti bisa menghancurkan segalanya.
Hatinya seperti ditusuk, begitu sakit hingga membuatnya menggerutkan dahi.
"Aku tidak apa-apa, hanya luka ringan saja." Darlene yang melihat tatapan Yose menggelap yang sedang melihat luka di wajahnya, tidak ingin membiarkan Yose melihat dirinya seperti ini, dia pun memalingkan wajahnya.
Yose dengan lantang membuka baju Darlene, ternyata kulit putih itu dipenuhi dengan luka, walaupun sudah diobati, tapi melihatnya tetap membuat orang terkejut.
Dia juga tidak tahu dia datang dengan perasaan seperti apa, hanya saja melihat luka ini, reaksi pertamanya adalah ingin melakukan segala hal agar wanita itu membayar semua ini dengan 10 kali lipat.
Kalau bukan karena akal sehatnya memberitahukan padanya untuk tidak boleh gegabah dan menghancurkan rencana yang sudah dia rencanakan selama ini, ini bukan hanya kerja kerasnya, adalah kerja keras semua orang.
"Maaf."
Tatapan Darlene menjadi tegang, sepasang tangan memegang bantal dengan kuat, takut dirinya tidak berhati-hati dan melampiaskan semua rasa sedihnya di hadapan pria ini.
Dia benar-benar sudah terlalu lapar, kenapa bisa mendengar suara Yose meminta maaf.
Tapi matanya sudah dipenuhi dengan air mata.
"Aku sudah lelah, aku ingin tidur, pergilah."
Darlene mengira dia bisa dengan mudah melewati malam ini, bisa menganggap tidak ada apapun yang terjadi, kalau bukan Yose muncul, dia sudah beranggapan seperti ini.
Tapi Yose malah muncul dan mengatakan ucapan ini.
Yose melihat dia yang terus menghindari tatapannya, menyodorkan tangan dan memeluknya dengan lembut, lalu dagu berada di bahunya, dengan nada serak berkata di samping telinganya, "Darlene, kenapa kamu begitu bodoh."
Bahkan menghindar juga tidak bisa, kenapa harus terluka.
Darlene mengigit bibirnya, perlahan berkata, "Ini adalah utangku padanya."
"Lain kali jangan begitu lemah lagi." Ditempat yang tidak bisa dilihat Darlene, tatapan pria yang dingin itu terlihat sangat mengerikan.
"Yose, kalau kamu benar-benar demi kebaikanku, maka lepaskanlah aku, atau sekarang kamu bisa mengatakan syarat ketigamu." Menghadapi pria yang tiba-tiba menjadi lembut, Darlene merasa tidak biasa.
Dia hanya ingin membawa Derik pergi melakukan operasi, pergi jauh-jauh dari tempat ini.
Tangan Yose yang memeluk Darlene pun menjadi semakin erat, nafas yang keluar dari hidungnya menjadi kasar, "Darlene, kamu benar-benar begitu ingin pergi."
Begitu tidak sabar ingin pergi dari sisinya.
Darlene menggerakkan bibir, tatapannya pun menjadi dingin, bukan hanya karena dia tidak ingin maka dia bisa tinggal, bukan hanya karena dia mau, semua masalah ini bisa diselesaikan.
Lalu dia mendengar dirinya bertanya, "Apakah kamu akan berpisah dengan Jane?"
Suasana hening menggelilingi mereka.
Ternyata, dia tetap mendapatkan jawaban ini, Darlene merasa luka dihatinya kembali dikoyak lagi, darah menetes dan membuatnya begitu kesakitan sampai sulit bernafas.
Tapi dia tetap bersikeras mengatakan sepatah kata demi kata, "Yose, kalau kamu tidak bisa melakukannya, kalau begitu tolong lepaskan aku, aku juga tidak ingin terluka lagi."
Hatinya sudah penuh dengan luka, tidak bisa dengan mudah diobati.
Yose mengira Darlene tidak ingin terluka karena dirinya lagi, tapi dia memiliki alasan untuk tidak mengatakannya, namun menyuruhnya untuk melepaskannya juga tidak mungkin, kalau sakit, maka sakitlah bersama.
Paling tidak sakit berarti di dalam hati Darlene masih ada dirinya.
"Darlene menyerahlah, seumur hidup ini jangan pernah berpikir untuk terbebas dariku."
Ucapan Yose ini bagaikan ucapan sepasang kekasih yang terdengar di telinga Darlene, seperti sedang menahan hal yang begitu mengerikan, tubuhnya pun gemetaran.
"Jadi kalau tidak bisa terbebas dariku, maka berusahalah memperkuat dirimu, menjadi kuat agar bisa melawanku." Suara Yose yang jelas memasuki telinga Darlene, langsung menusuk ke dalam hatinya.
Darlene dengan begitu sulit berkata, "Yose, kalau bukan karena aku tahu kamu tidak menyukaiku, aku benar-benar akan mengira ucapanmu ini sedang menyatakan cinta padaku."
Tatapan Yose bersinar, dengan cepat sinar itu pun menghilang, dia hanya memeluk Darlene dan tidak mengatakan apapun.
Darlene juga tidak pernah berpikir kalau pria ini akan memberikan jawaban padanya, ini hanyalah ucapannya menertawai dirinya sendiri saja, tidak bisa melarikan diri dari kenyataan, maka dia harus mendapatkan hal yang seharusnya dia dapatkan.
"Aku tidak ingin membiarkan Jane tahu kalau aku dan kamu masih berhubungan."
"Baik."
Darlene tiba-tiba menyadari daya tahan seseorang, tidak ada paling sakit, hanya ada semakin sakit, walaupun dari awal dia sudah mengetahui jawabannya, dia tetap merasa sakit.
Dia berusaha membuat suaranya terdengar tenang, "Aku berharap bisa secepat mungkin menyelesaikan syarat ketiga."
Ini adalah tujuan akhirnya, asalkan menyelesaikan 3 syarat itu, cek akan cair, dia pun bisa membawa Derik meninggalkan pria iblis ini.
Yose mulai ragu, dia mengerti wanita di dalam pelukannya ini memiliki tujuan sendiri, tapi melihat luka pada tubuhnya, dia tidak tega untuk menolaknya, "Baik, tapi bukan sekarang."
"En, tapi aku harap jangan terlalu lama." Darlene dengan tidak tenang menambahkan.
"Darlene sebenarnya kamu memiliki urusan penting apa yang ingin kamu lakukan, kamu bisa mengatakannya padaku." Yose tidak tahu kenapa dia begitu bersikeras.
"Ini adalah urusanku." Jadi Darlene tidak berharap Yose menanyakannya.
Yose mengalah, "Aku tidak akan menanyakannya, tapi sekarang kamu bisa membiarkanku membawamu ke rumah sakit kan."
"Aku tidak mau." Darlene mengingat kenangan buruk saat dia pergi ke rumah sakit hari itu pun langsung menolak.
Yose sepertinya juga teringat saat itu membawanya ke rumah sakit dan reaksinya sangat marah, dia pun mengalah lagi, "Tidak mau ke rumah sakit juga boleh, tapi harus membiarkanku memakaikan obat lagi padamu."
"Tidak perlu, Ferlina sudah menggantikan obatku." Darlene tidak ingin menunjukkan luka ditubuhnya pada Yose.
Yose dengan wajah berkompromi berkata, "Kalau kamu tidak setuju, semua yang kita katakan tadi juga akan dibatalkan."
Darlene mengigit gigi, pria ini jelas-jelas sedang mengancamnya, dia hanya bisa dengan tidak rela berkata, "Baik, tapi kamu tidak boleh asal."
Yose terdiam sedetik, bersandar di telinganya yang sensitif, dengan suara serak berkata, "Tenang saja, aku tidak tertarik pada SM."
"Yose!" Darlene pun berteriak. Pria ini benar-benar tidak tahu malu, preman, brengsek!