Bab 104 Saling Menatap Dengan Lembut   1/    
已经是第一章了
Bab 104 Saling Menatap Dengan Lembut
Bab >04 Saling Menatap Dengan Lembut Setelah Darlene berdiri di depan kompor, dia baru sadar, Yose sedang memapangnya ??menambah bumbu??. "Kenapa, bukankah mau makan telur." Yose dengan nada rendah berkata "Oh oh, segera selesai." Darlene langsung mencuci sayur, beberapa daun bawang, sepotong daging yang dipotong, bersiap-siap memasukannya ke dalam kuali, lalu mengeluarkan 2 buah telur. Tidak lama 2 mangkuk mie sudah penuh dengan sayur dan daging, lalu dihidangkan di meja makan. Yose melihat sejenak mie yang masih tercium aroma dihadapannya pun tidak berkata lagi, mengambil sumpit dengan elegan mulai makan. Darlene juga dengan perlahan memakan mie, tatapannya tanpa sadar melihat ke arah pria, dengan ragu bertanya, "Yose..." "Makan jangan bicara." Suara pria yang dingin terdengar. Darlene pun mengerutkan wajahnya, kenapa ucapan yang dia katakan pada Lina dan Derik, sekarang malah menjadi Yose yang mengatakan padanya, tapi mereka ayah dan anak benar-benar sangat mirip. Selain satu belum dewasa dan satu lagi sudah dewasa, kalau mengatakan mirip, sebenarnya Derik juga sedikit mirip dengan dirinya, seperti tatapannya sama sekali tidak begitu tajam dan mengerikan seperti Yose. Kalau operasi Derik berhasil, seharusnya dia akan tumbuh tinggi seperti Yose, saat itu dia sudah bisa tenang. Tatapan Darlene terlalu membara, terus menatap Yose sampai dia mengerutkan dahi, dia tidak suka tatapan Darlene padanya sekarang, seperti dari menatapnya Darlene bisa melihat orang lain. Orang yang tersembunyi di dalam hatinya, orang yang sangatlah penting, walaupun tidak tahu pria atau wanita, tapi dia bisa memastikan kalau orang itu ada hubungannya dengan dirinya. Demi orang itu, Yose percaya kalau Darlene bisa mengorbankan segalanya. Ini bukanlah perasaan yang menyenangkan. "Sudah cukup belum melihatnya." Pria dengan suara yang semakin dingin, membuat sumpit Darlene bergetar, mempercepat gerakan makannya, walaupun dia juga tidak tahu apa salahnya padanya. Setelah makan, karena Darlene terluka, akhirnya Yose yang membersihkan dapur. Kembali duduk di sofa, Darlene merasa dirinya seperti orang tua, kalau saat ini ada sepiring buah pasti akan sangat sempurna. Akhirnya setelah Yose selesai membersihkan dan kembali, kedua tangannya kosong, wajah Darlene pun terlihat kecewa. Yose ingin berpura-pura tidak melihatnya juga tidak bisa, berkata, "Barusan selesai makan, setengah jam lagi barusan makan buah." "Oh." Darlene pun merasa malu karena ketahuan, mengambil remote untuk menghabiskan waktu. Saat makan tadi, Darlene sudah ingin bertanya pada Yose kapan akan pergi, tapi setelah mencoba beberapa kali tetap tidak ada hasil, dia pun hanya bisa menahannya. Televisi sedang menanyangkan variety show jam 8, Darlene juga tidak benar-benar menonton, hanya terus melihat pria yang ada di sisinya. Langit sudah gelap, matahari sudah terbenam. Kenapa dia masih berada di sini dan tidak pergi. Darlene sudah tidak sanggup, berpura-pura menguap, "Ngantuk sekali....." Dalam hati tidak berhenti menjerit, Yose, cepat pergi, cepat pergi. Yose sepetinya benar-benar mendengarkan kata hatinya, berdiri dari sofa dan langsung menggendongnya kembali ke ranjang kamar, bahkan dengan baik hati menyelimutinya. Senyuman di wajah Darlene juga semakin lebar, en en, sekarang akhirnya sudah bisa pergi. Sayangnya harapannya belum berhasil, setelah Yose menyelimutinya, melepaskan sandal dan berbaring di sisinya. "Yose, bukankah kamu akan pergi?" melihat hal ini Darlene pun secara refleks bertanya. Yose mengangkat alisnya yang indah, dengan nada tenang berkata, "Sejak kapan aku bilang mau pergi." Darlene pun merasa dia sudah mengatakan kata hatinya, buru-buru berkata, "Bukankah sudah malam, aku khawatir diperjalanan tidak aman.." Yose melihat langit yang belum benar-benar gelap, menyadari ekspresinya yang palsu, lalu berkata, "Tidak apa-apa, malam ini aku tinggal di sini." "Apa? Jangan, Yose ranjangku kecil, tidak bisa menampungmu, bagaimana kalau kamu pakai tikar saja, jangan lupa sekarang aku adalah orang yang terluka." Setelah berkata sampai selesai Darlene terlihat sangat berani, dia masih ingat siang hari Yose sepertinya sangat mengalah padanya, kebetulan sekarang dia masih terluka, dia harus menggunakan cara ini. Tapi dia lupa, sudah lewat sudah tidak berlaku. Yose langsung mengabaikan tatapannya, tubuh yang tinggi langsung berbaring di sisinya, tangan yang panjang langsung menariknya kedalam pelukan, dengan nada rendah seperti suara yang keluar dari dadanya, dengan memerintah berkata, "Tidur." Darlene yang mendengar ini pun seperti ada petir ditelinganya, merasa telinga yang menempel pada dadanya bergetar sampai memerah, dengan nada kecil memberontak, "Hei hei, Yose, ini adalah rumahku, kamu melanggar hukum....." "En, apakah perlu melapor polisi untukmu." Yose dengan tenang seperti anak kecil yang keras kepala. Darlene merasa harga dirinya dipermalukan, dengan marah berkata, "Kamu benar-benar mengira aku tidak berani melapor polisi yah!" Lalu satu ponsel mewah ditaruh ditangannya. ".....aku mau ponselku sendiri." Darlene terus menaikkan lehernya dan terus melawan. "Tidak ada password." Yose dengan suara tenang berkata. Tidak ada password, maksudnya menyuruhnya menelepon saja? Darlene menyentuh layar ponselnya, dibandingkan dengan ponselnya yang jelek, ponsel Yose lebih maju dan juga lebih sensitif. Dia hanya sembarangan menyentuh, ponselnya langsung melompat ke desktop, desktopnya kosong, sama sekali tidak ada pesan masuk. Darlene sangat penasaran, pria seperti Yose juga menggunakan wechat, teman baiknya jangan-jangan hanya Jasper kan. Dalam hati dengan sedih berpikir, mungkin juga ada Jane. Tiba-tiba sebuah grup obrolan muncul, diatasnya ada sebuah pesan, rubah, dimana K. Panggilan ini kenapa seperti panggilan yang dia buat untuk Yose? Darlene tidak begitu penasaran sampai melihat privasi orang, mengembalikan ponsel padanya, "Ada pesan masuk." Yose mengambil dan melihatnya, menyentuh 2 kali layar ponselnya, lalu menyimpan ponsel, "Tidak lapor polisi." Darlene mendengus, seperti ulat bulu yang bergerak. "Tidur, besok setelah bangun aku akan menggantikan obatmu lagi." Yose dengan menenangkan mengelus kepalanya. Wajah Darlene memerah, diam-diam memasukkan kepalanya kedalam selimut, dia tidak mungkin tergoda karena ??elusan kepalanya??. "Jangan sentuh aku, aku sudah mau tidur. " suara yang tidak jelas terdengar dari balik selimut. Setelah 5 menit Darlene pun mulai menyesal, tidak hanya selimut ini sangat panas, wajahnya sekarang juga menghadap kebagian pinggang pria, aroma tubuh pria sangat kental. Semakin panas, suara nafas pasti semakin kuar, lalu dia pun melihat uapnya terus menghembus ke arah pria, setelah itu pun dengan terkejut, seperti kelinci yang terkejut dan melompat keluar dari selimut.
已经是最新一章了
加载中