Bab 107 Ajakan Pertemuan Gisella
Bab >07 Ajakan Pertemuan Gisella
Selama Darlene beristirahat di rumah, setelah pulang kerja Yose akan datang ke tempatnya, bahkan membuat Darlene berangan-angan.
Seperti hubungan mereka masih seperti dulu, hanya mengganti tempat saja.
Walaupun setiap malam pria itu akan menemani disisinya, Darlene malah merasa hanya tidur seranjang saja, dia dengan berhati-hati menjaga jarak dengannya, tidak membiarkan dirinya menyentuh dan juga tidak membiarkan Yose mendekatinya.
Kantor sama sekali tidak menelepon untuk mendesaknya pergi bekerja, tidak perlu ditanya sudah tahu kalau ini adalah perintah Yose, dia juga sangat santai.
Sayangnya waktu santai selalu begitu pendek, begitu pendek hingga membuat Darlene merasa ini adalah takdir.
Setiap dia merasa tenang, akan ada orang yang mengganggunya, membuatnya kembali ke kenyataan.
Hari ini cuaca sangat gerah, langit juga terlihat berawan, seperti ada sebuah gunung yang menekan diatas kepalanya, membuat hatinya merasa kacau.
Darlene duduk di sebuah cafe, melihat orang yang berlalu lalang, sepertinya melamun.
"Nona Darlene, sudah tunggu lama."
Darlene yang mendengar suara ini langsung berdiri, menganggukkan kepala pada orang yang datang dan dengan sopan berkata, "Bibi Gisella."
Gisella menarik kursi dan duduk di hadapan Darlene, berkata, "Nona Darlene, kamu sebaiknya memanggilku nyonya Gisella."
Darlene pun tersendak, lalu kembali menyapanya, "Nyonya Gisella."
Pelayan juga datang, dengan sopan bertanya, "Nyonya, apakah kamu ingin memesan."
"Segelas kopi." Gisella sambil berkata sambil melihat Darlene, dulu saat Jane membawanya pulang, dia tidak melihatnya dengan jelas, sekarang melihat dengan seksama, wanita dihadapanya ini terlihat cantik, pantasan saja Yose menyukainya.
Pelayan menganggukkan kepala dan pergi.
Tempat didekat jendela hanya tersisa mereka berdua.
Dari awal Darlene sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, hanya saja tidak menduga tatapan merendahkan Gisella begitu jelas dan sama sekali tidak mempertimbangkannya.
"Wajah di lukamu, aku dengar adalah pukulan Jane." Gisella melihat bekas luka di wajah Darlene, dengan nada tenang seperti sedang membicarakan harga sebuah baju.
Atau dimata Gisella dia hanyalah sebuah barang, "Hanya luka kecil."
Gisella mendengus.
Mungkin karena sudah mau hujan, di cafe hanya ada sedikit pengunjung, pelayang dengan cepat mengantarkan kopinya.
Gisella sama sekali tidak bergerak, bagaikan kopi dihadapannya hanyalah sebuah hiasan, dia juga tidak berbicara, hanya melihat Darlene saja.
Darlene tahu ini adalah permainan orang kaya, selalu menatapnya dengan merendahkan, membuatnya merasa lemah, dan menusuk harga diri Darlene.
Tapi dia tidak merasa rendah, dan juga tidak merasa salah, dia sudah melakukan usaha yang seharusnya dia lakukan.
"Tidak tahu ada masalah apa nyonya Gisella mengajakku bertemu."
Gisella tidak memungkiri kalau Darlene adalah wanita yang sangat bisa menahan emosi, tapi ini tidak berarti apapun, "Nona Darlene, aku tidak akan berbasa-basi padamu, aku mencarimu, seharusnya kamu juga mengerti karena apa kan?"
Darlene sangat jelas melihat tatapan meremehkan Gisella, tangannya mengepal dengan erat, perlahan menjawab, "Nyonya Gisella katakan saja."
Darlene dengan santai menjawab, membuat Gisella merasa dia sedang memukul diatas kapas, berkata, "Nona Darlene, apakah baik bertanya lagi padahal sudah tahu, kalau bukan karena kamu melakukan hal seperti itu, apakah Jane akan begitu sedih."
"Hal itu? Masalah apa." Darlene merasa lucu, wanita dengan perawatan baik di hadapannya itu terlihat seperti wanita yang baru berusia 30 tahunan, jelas-jelas sangat marah tapi masih terlihat elegan.
Gisella melihat Darlene yang tidak terpengaruh pun marah, "Nona Darlene begitu tidak tahu diri, tidak tahu apakah karena orang tuamu tidak mengajarimu, atau sama sekali tidak pernah diurus."
Suaranya berbicara sedikit tersendak, dengan nada tidak senang berkata, "Atau seharusnya mengatakan sifat nona Darlene memang selalu begitu tidak tahu sopan santun."
"Nyonya Gisella, aku menghormati kamu adalah seorang yang lebih tua, jadi aku tidak menunjukkan rasa kesal karena ucapanmu, dan juga tidak mempertanyakan padamu karena akulah korbannya, jadi tolong nyonya Gisella menunjukkan sifat yang seharusnya ditunjukkan seorang yang lebih tua yah?"
Saat mengatakan ini, Darlene sambil tersenyum, dia bisa menerima Gisella yang menyalahkannya, tapi itu tidak berarti dia bisa menerimanya menyakiti orang tuanya.
Kalau awalnya Gisella merendahkan Darlene, sekarang dia merasa dia terlalu menganggap remeh wanita ini, dia sama sekali tidak seperti yang Jane katakan begitu penurut, "Nona Darlene sepertinya sudah lupa kalau merusak hubugan orang adalah tindakan orang ketiga yah."
"Walaupun aku benar-benar tidak ingin menjelaskannya, tapi kalau nyonya Gisella sudah bertanya, maka aku akan mengatakannya."
Darlene dengan tenang berkata, "Aku dan Yose memang pernah berhubungan dekat, tapi bukan aku yang merusak hubungan mereka, saat itu Jane dan Yose sudah putus."
"Jadi sekarang kenapa hubunganmu dengan Yose masih begitu tidak jelas ." Gisella merasa wanita di hadapannya bagaimanapun tidak bisa menghindari kalau dirinya adalah orang ketiga.
"Nyonya Gisella terlalu mengkhawatirkan, aku akan menjaga jarak dengan Yose." Darlene menunduk berkata, dia mengira bisa menjelaskan dengan jelas pada Gisella, kelihatannya dia sudah sudah berpikir terlalu banyak.
Kalau ini adalah hasil yang Jane inginkan, dia bisa melakukannya.
Tapi hanya bisa memastikan dirinya sendiri.
"Aku ingat nona Darlene memiliki nenek yang sudah tua di desa, kehidupan pasti sangat sulit kan, Yose memang sangat hebat, siapapun juga ingin menempel padanya."
Gisella tersenyum tipis, berkata dengan sangat kejam, "Nona Darlene adalah orang yang pintar, seharusnya tidak akan melakukan hal yang begitu memalukan kan."
Sepasang tangan Darlene memegang kakinya dengan erat, seperti dengan begitu akan membuat dirinya tidak begitu rendahan, dia benar-benar sudah sangat berusaha, setelah begitu lama, dia kembali menatap Gisella, dengan tenang berkata, "Aku mengerti."
Mengerti sudah melingkup semua ucapan yang ingin Darlene katakan, dia mengerti posisinya, tidak perlu orang lain mengingatkannya.
"Bagus sekali." Gisella merasa cukup puas dengan jawaban Darlene, menyodorkan tangan mengambil cek dari tasnya, mendorong ke hadapan Darlene.
Berkata, "Aku tahu uang ini tidak banyak, anggap untuk membayar luka di wajahmu, semoga nona Darlene tidak mempermasalahkannya."
Hehe, kata yang sangat seenaknya, Darlene melihat cek di depannya sebanyak 50juta, merasa sangat lucu, dia dengan tenang berdiri dari kursi berkata, "Kalau tidak ada masalah lain, aku pergi dulu."
Setelah berkata, tidak menunggu Gisella bereaksi, dia langsung pergi.
Gisella melihat cek di meja, tersenyum, Darlene mengira dirinya tidak mengambil cek ini sudah sangat hebat yah, wanita sepertinya dia sudah banyak menemuinya, dan juga sudah membereskan banyak orang sepertinya.
Kalau Darlene tahu diri sangat bagus, dengan begitu dia akan dengan baik hati melepaskannya, kalau tidak, dia akan memiliki cara untuk membereskan Darlene.