Bab 109 Tenang Saja, Dia Tidak Akan Menolakmu
Bab >09 Tenang Saja, Dia Tidak Akan Menolakmu
Ferlina ikut menggila dengan Darlene, setelah lelah bermain, mereka berdua lalu pulang mandi.
Baju dan yang lainnya dilempar ke samping, satu orang memegang kopi, menikmati siang yang hening.
Kalau Ferlina tidak berbicara, Darlene akan merasa lebih baik.
"Katakanlah, siapa yang menyakitimu."
"Tidak ada yang menyakitiku." Tatapan Darlene bersinar, berpura-pura bodoh menjawab.
Ferlina menyodorkan tangan yang panjang dan putih dihadapannya untuk melihatnya, berkata, "Darlene, lihatlah bagaimana kuku yang aku buat hari ini."
Darlene melihat kukunya, menelan ludah berkata, "Eh..kelihatannya sangat bersinar."
Terutama berlian yang bersinar ditempat yang tidak ada sinar matahari.
"Aku juga sangat puas, tapi kalau putus sangat sayang." Ferlina dengan berlebihan mendesah.
Darlene langsung mengert dengan maksud teman baiknya, dan ikut mendesah, "Lina, apakah kamu tidak bisa berpura-pura tidak mengetahui apapun?"
Ferlina melihat ke arahnya, "Tidak, kalau aku tidak menanyakannya lagi, suatu hari aku akan menemukanmu di rumah sakit jiwa dan juga tidak merasa aneh."
Darlene dengan tenang memalingkan kepala melihatnya, "Aku sedang mencari jati diriku, seperti lebih mendekati alam."
"Darlene sejak kapan kamu memiliki kemampuan berbohong." Mendekati alam, kenapa tidak membuka semua baju saja.
"Juga tidak begitu berlebihan, hanya nyonya Gisella yang mencariku untuk curhat." Darlene mengatakannya dengan tidak jelas, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
Terdengar suara Ferlina mengigit gigi, "Kenapa kamu tidak bilang kalau nyonya Gisella mengajakmu minum kopi, dan juga bersiap-siap membawamu pergi ke tokyo untuk melihat salju dan bulan, membicarakan puisi dan kehidupan bersamamu."
"Haha, ini juga boleh." Darlene teringat gambaran itu dan merasa sangat lucu.
"??." Ferlina sudah tidak bisa mendekskripsikan perasaannya saat ini dengan kata-kata, tidak hanya Darlene yang tertekan, bahkan dirinya sudah mulai tidak normal.
"Darlene, bagaimana kalau nanti kita pergi ke rumah sakit Empat."
"Kesana ngapain, apakah ada kerabatmu yang masuk rumah sakit." Darlene dengan tidak peduli berkata.
Ferlina melihat keanehan Darlene, tatapannya pun terlihat khawatir, "Darlene aku lihat kamu benar-benar sudah sakit."
"Aku tidak apa-apa, tidak demam, tidak sakit, lukaku juga sudah sembuh, besok aku sudah bisa kerja." Selain luka dibatinnya yang tidak terlihat, dia benar-benar sangat baik.
Ferlina ikut dengan Darlene bersandar di sofa dan melihat kedepan, "Kamu begitu cepat sudah mau bekerja."
"Iya, kalau minta izin lagi tidak begitu baik." Saat sendirian dia lebih mudah asal berpikir.
Hening sejenak, Ferlina kembali bertanya, "Kamu benar-benar tidak ingin mengatakannya padaku apa yang dikatakan Gisella padamu."
"Hanya hal-hal itu saja." Darlene menyedup kopi yang ada di tangannya, dengan malas berkata.
"Benar juga." Ferlina juga ikut menyedup kopi dan terdiam sejenak lalu menambah, "Apakah dia memiliki sebuah cek padamu."
Darlene dengan jujur berkata, "Ada, tapi nilainya hanya 50 juta."
Ferlina berkata, "Kelihatannya Yose tidak begitu berharga."
"Iya." Darlene menganggukkan kepala menyetujui.
Yose dengan mudah setuju memberikanya 500 juta, 50 juta untuk membeli Yose memang terlalu murah.
Lagi-lagi menjadi hening, setelah itu sama-sama berkata, "Rendahan."
Mereka berdua saling menatap, terhadap kekompakan mereka, mereka pun tertawa.
Ferlina pun berkata, "Aih, kalau aku bisa melahirkan seorang anak perempuan, sekarang menjodohkan anak kita masih sempat kan."
"Kalau Derik suka, menunggu 10 tahun lagi juga tidak apa-apa, masalah perasaan tidak bisa dihalangi dengan usia." Darlene dengan kasihan menepuk bahunya, bagaimanapun membicarakan hal ini dengan ??wanita sisa?? yang berusia 28 tahun, memang membuat orang tidak tega.
Haha, kenapa dia malah ingin tertawa.
"Darlene, kalau ingin tertawa, tertawalah, menahan mudah terkena penyakit dalam." Ferlina berkata.
"Haha, aku bukan benar-benar ingin tertawa, kamu yang menyuruhku tertawa, dan aku ingin kita memiliki sebuah taruhan, kamu sudah kalah kan." Darlene tertawa sampai tangan juga bergetar, kopi juga hampir tumpah.
Ferlina dengan senang berkata, "Huh, taruhan belum selesai kan, dan saat itu kamu tidak mengatakan kamu ingin apa, jadi taruhan itu tidak sah."
"Memikirkan aku yang berusia 25 tahun sudah seperti orang tua yang menjaga tubuh, cepat berikan goji berry, jujube dan longan padaku." Darlene berkata dan memukul dadanya sambil batuk.
Dia yang terlihat begitu sombong membuat Lina tidak bisa tenang, "Darlene kamu sudah berani yah, berani-beraninya menertawaiku!!!"
"Lina aku hanya bercanda saja, bercanda, jangan marah, cangkir itu sangat mahal." Darlene buru-buru melompat dari sofa dan pergi jauh-jauh, kasihan ??sandera?? di tangannya.
"Bukankah ini adalah penghargaan hari ulang tahun sekolah yang selalu kamu simpan di dalam lemari selama bertahun-tahun, aku ingin kamu sangat menjaganya." Ferlina melihat Darlene yang terlihat tidak tega, perlahan menyentuh cangkirnya, ekspresinya seperti sedang menghada pria yang dia cintai.
Benar-benar sangat memalukan.
"Lina, ada apa kita katakan baik-baik, bisakan kamu melepaskan cangkir itu dulu?" Darlene memang sangat menyayangkannya, cangkir itu baginya adalah sebuah kenangan yang berbeda.
Ferlina tersenyum berkata, "Aku bisa melepaskannya, begini saja, besok kamu bantu aku mengatakan pada Yose untuk menerima wawancaraku saja."
"Apa? Kamu ingin mewawancarai Yose?" Darlene terlihat tidak mengerti, kenapa Ferlina ingin mewawancarai Yose, ada apa yang perlu diwawancarai darinya?
Ferlina menyindirnya berkata, "Kamu kira aku ingin mewawancara si gunung es itu, sekarang bukannya aku bekerja dibidang ini, berada di bidang ini, walaupun aku sangat tidak bersedia, tapi aku Ferlina adalah orang yang begitu memulai akan melakukannya sampai selesai."
"Setelah mengatakan begitu banyak omong kosong, bisakan kamu mengatakan intinya?" Darlene dengan kesal bertanya.
Ferlina menganggukkan kepala, "Baik, aku akan mengatakan intinya, orang yang berada di cover majalah bulan ini adalah Yose."
"Kenapa harus dia." Darlene masih tidak mengerti.
Ferlina mengayunkan bahu berkata, "Aku juga tidak tahu, apakah otak pimpinanku ada masalah, dia merasa Yose adalah satu-satunya orang yang berhasil dalam usia muda di kota ini, dan tampangnya sangat tampan."
"Jadi kenapa kamu tidak langsung mengatakan pada Yose saja." Malah mengatakan begitu banyak padanya.
"Aku sudah menanyakannya, dia menolak."
Ferlina dengan jujur menjawab Darlene, seketika Darlene tidak tahu harus mengatakan apa, terdiam sejenak lalu berkata: "Dia menolakmu, mungkin juga akan menolakku."
Ferlina tersenyum penuh makna berkata, "Tenang saja, dia tidak akan menolakmu."