Bab 111 Keputusan Akhir   1/    
已经是第一章了
Bab 111 Keputusan Akhir
Bab >11 Keputusan Akhir "Paman, aku baik-baik saja." Darlene tetap tesenyum santai. Ada beberapa tamu yang masuk, "Bos, tolong buatkan 3 mangkul mie daging sapi dan tambah 1 kg daging sapi." "Paman pergi sibuk saja dulu, jangan sampai tamu menunggu terlalu lama." Darlene tahu paman ingin menanyakan sesuatu padanya, dia pun mengubah topik. Paman hanya mendesah, memalingkan kepala dengan semangat berkata pada tamu itu, "Mie daging sapi akan segera siap." "Ibu, aku sudah selesai makan." Derik menepuk ringan perut kecilnya berkata. Darlene menarik tisu dan membantunya mengelap mulut berkata, "Baik, ibu bawa kamu pulang kerumah." "En en." Derik tersenyum dan menganggukkan kepala. Darlene memandikan Derik dan menemaninya bermain, setelah dia tidur barusan pergi. Saat dia sampai di depan kompleknya, dia malah bertemu dengan orang yang tidak diduga. "Darlene, kamu tidak akan keberatan kalau aku menunggumu pulang kan." "Hendrik kenapa kamu datang kemari." Darlene mengira dia tidak melihat pesan diponselnya, ingin mengambil ponsel dan melihat apakah ada telepon darinya yang tidak dia sadari. Hendrik sudah menyadari pemikirannya, dengan lembut berkata, "Darlene tidak perlu lihat ponsel, aku tidak meneleponmu." Setelah dia pergi, perusahaan tiba-tiba terjadi masalah darurat, harus langsung pergi keluar kota, beberapa hari ini dia juga sangat sibuk, setiap malam dia selalu melihat ponselnya. Walaupun hanya sebuah pesan, dia terus menerus mengecek, tapi sama sekali tidak ada pesan dari Darlene. Dia memberitahu dirinya untuk lebih sabar lagi, mungkin Darlene sangat sibuk dan tidak ada waktu mengirim pesan, hingga dia pulang ponsel juga sama sekali tidak ada pesan, dan langkah kakinya sudah sampai dibawah apartmennya. Saat melihat Darlene, Hendrik barusan mengerti rasa rindu di dalam hatinya betapa membara. "Hendrik, beberapa hari ini kamu sangat sibuk kan." Darlene tidak tahu bagaimana menghadapi tatapan Hendrik yang panas itu, sedikit tidak percaya diri dan menghindari tatapannya. "En, ada sedikit masalah, jadi tidak menghubungimu." Hendrik melihat Darlene, dalam hati merasa sedih, apakah beberapa hari ini dia pergi terjadi hal yang sangat penting, membuat hubungan mereka berdua kembali ke semula lagi. Dialah yang tidak cukup baik, atau Darlene tidak pernah membiarkan dirinya mendekat. "Tidak apa-apa, Hendrik wajahmu terlihat tidak begitu baik, beberapa hari ini kamu pasti tidak beristirahat dengan baikkan, cepatlah pulang istirahat." Darlene juga tidak tahu kenapa dirinya begitu canggung, hanya saja menghadapi tatapannya, dia selalu merasa ingin menghindar. Dan Hendrik sudah beberapa hari tidak menghubunginya, dia bahkan tidak menyadarinya. "Aku tidak apa-apa, hanya ingin datang melihat keadaanmu." Kenyataannya Hendrik barusah turun dari pesawat, bagasi saja belum diletak dan langsung menyetir mobil kemari, hanya ingin menemui orang yang dia rindukan. "Aku baik-baik saja, besok aku akan pergi bekerja." Angin meniupi wajah Darlene, dia dengan kacau ingin merapikan rambutnya, tapi semakin gegabah rambutnya semakin kacau. Tangan Hendrik yang bersih pun dengan lembut menyentuh dari kepala sampai ketelinganya, melihat tatapannya dengan lembut, "Begini sudah bisa." "Terima, terima kasih Hendrik." Darlene dengan canggung menunggu tangan Hendrik ditarik pergi darinya. Setelah menunggu tangan Hendrik masih berada dibelakang telinganya, sepasang mata yang lembut itu menunjukkan sinar yang tidak dia mengerti, setelah dia melihatnya dengan seksama, sama sekali tidak ada yang tersisa. "Aku sudah tidak apa-apa, sekarang angin tidak kencang lagi...." Hendrik mengiyakan, dengan tidak rela melepaskan tangannya, "Dengar-dengar kamu bekerja di kantor Yose yah." Ini adalah alasan yang membuatnya langsung datang kemari, kenapa dia merasa semuanya sudah berubah, apakah karena dia memilih untuk membereskan urusan perusahaan dan kehilangan dirinya? Tidak, dia tidak ingin menerima kenyataan ini. "Iya, iya, awalnya aku ingin pergi bekerja di perusahaan kak Jasper, dengar-dengar tempatnya sudah tidak kekurangan orang, kebetulan aku dan Ferlina pergi ke gedung itu bersama, dilantai bawah aku kebetulan mendapatkan tawaran." Saat berbicara Darlene tidak berani melihat mata Hendrik, takut kalau Hendrik menyadari kegugupannya. Hendrik dengan nada santai berkata, "En, dia tidak menyulitkanmu kan." "Tidak, aku hanyalah asisten kecil saja, sangat jarang bertemu dengannya." Darlene buru-buru menjelaskan hubungan mereka. Hanya saja semakin Darlene buru-buru menghidari hubungan mereka, itu berarti hubungan mereka tidak biasa, sepasang tangan Hendrik digenggam dengan erat, dia tidak akan membiarkan Darlene menjadi orang yang dikorbankan dalam hubungan Yose dan Jane. "Darlene, kalau kamu ingin, kamu juga bisa bekerja di perusahaanku, gaji juga tidak akan lebih rendah dari di tempat Yose, dan juga tidak perlu bertemu dengan mereka berdua, agar kamu tidak akan menjadi penganggu." Darlene benar-benar sangat ingin menyetujuinya, apalagi setelah mengalami hari itu, dia bahkan ingin menjauhi Yose dan Jane, sayangnya dia memiliki perjanjian dengan Yose. Hanya bisa dengan menyayangkan menolak niat baiknya, "Awalnya aku juga memikirkan itu, hanya saja saat aku pergi mencarimu, kamu tidak ada, jadi aku menyetujui Jane untuk pergi bekerja diperusahaan Yose, sekarang aku barusan mulai terbiasa dengan pekerjaan, tidak mungkin ganti kerjaan lagi." Mendengar Darlene pergi mencarinya, Hendrik pun merasa ada sinar matahari yang menembus awan gelap dihatinya, dengan senang berkata, "Darlene, kenapa kamu tidak meneleponku. Dia mengira Darlene langsung memilih Yose. Darlene tersenyum pahit berkata, "Sekretasrimu memberitahuku kalau kamu sedang keluar kota." Hendrik teringat dengan sekretaris yang keluarganya tugaskan, bisa dibayangkan bagaimana Darlene dipersulit saat pergi mencarinya, dengan merasa bersalah berkata, "Maaf Darlene, aku yang tidak mengabarkanmu." Kalau bukan karena dia tiba-tiba memutuskan dan menunggu Darlene, apakah akhirnya akan berbeda, dia tidak tahu, tapi saat ini dia merasa dia tidak pernah begitu menyesal. "Tidak apa-apa, sekarang aku juga sangat baik, kamu bekerja juga sangat lelah, cepatlah pulang istirahat." Darlene dengan nada tenang berkata, dalam hati merasa khawatir kalau Hendrik mengetahui dia dan Jane bertengkar, tidak tahu bagaimana dia melihatnya. Dia benar-benar menganggap Hendrik sebagai teman baiknya. Hendrik menatapnya, "En, besok malam setelah pulang kerja aku akan pergi menjemputmu, bolehkah Darlene." Darlene terdiam sejenak, menganggukkan kepala berkata, "Baik." Setelah mendapatka jawaban yang diinginkan, Hendrok akhirnya tersenyum, "Baik, sampai jumpa besok, Darlene kamu juga cepat istirahat." "En." Darlene menganggukkan kepala. Setelah Darlene melihat mobil Hendrik pergi, dia barusan kembali ke apartmennya. Melihat apartmen yang gelap, hatinya pun merasa sedih. Dia sedang mengharapkan apa, apakah dia berharap Yose akan datang? Darlene menertawai dirinya sendiri, sama sekali tidak membuka lampu dan kembali ke kamar. Malam ini pria itu tidak datang lagi.
已经是最新一章了
加载中