Bab 116 Tampang Pria Sangat Penting   1/    
已经是第一章了
Bab 116 Tampang Pria Sangat Penting
Bab >16 Tampang Pria Sangat Penting "Darlene barusan benar-benar mengagetkanku." Yanti pun menepuk dadanya. Darlene melihat bayangan Yose yang menghilang sampai melamun, sebenarnya Yose tidak perlu membantunya kan, dia hanyalah seorang asisten kecil, betapa terkenalnya Aurelia, kurang lebih dia juga tahu. Demi membantunya, apakah melakukan ini benar-benar pantas. Dia tidak tahu apa yang sedang hatinya rasakan, tapi ucapan terakhir Yose itu sangat menusuknya. Tugas seorang asisten? Tugas apa, kenapa dia merasa bahunya menjadi berat. "Darlene kenapa kamu tidak berbicara, kamu terkejut yah." Yanti menyodorkan tangan dan melambaikan tangannya didepan wajahnya, namun dia sama sekali tidak ada reaksi. "Yanti, aku tidak apa-pa, terima kasih kamu sudah membelaku." Terhadap hubungan rekan kerja yang barusan tidak lama, Yanti membantunya sampai tahap ini, Darlene sudah sangat berterima kasih. Yanti dengan marah berkata, "Sungkan apaan, apakah kamu tidak menganggapku sebagai teman." "Bukan begitu." Darlene menggelengkan kepala. "Baguslah kalau begitu." Yanti pun tersenyum. "Darlene, nanti kamu datang ke ruanganku sebentar, aku juga tiba-tiba merasa lalai dalam tugasku." Hary seperti teringat sesuatu dan buru-buru mengingatkan, kembali ke ruangannya sendiri. "Baik." Darlene menjawab. Hanya tersisa Aurelia yang hanya diam dan wajah yang begitu mengerikan. "Darlene, sepertinya sudah hampir jam makan, ayo kita turun dulu." Yanti menggandeng tangan Darlene berkata, dia tidak ingin bersama dengan wanita pembohong. "En." Darlene melihat Aurelia sejenak, dengan wajah yang tenang mengikuti Yanti pergi. Aurelia terus menatap Darlene, dia bahkan berharap untuk melubangi tubuhnya, kuku yang panjang sampai putus karena dikopek olehnya, Darlene waktu masih panjang, kita lihat saja, siapa yang bisa tersenyum sampai akhir masih belum pasti. "Darlene apakah kamu merasa punggungmu sangat dingin." Mungkin karena dendam Aurelia terlalu dalam, setelah berjalan begitu jauh Yanti masih merasa punggungnya merinding. "Iya." Darlene juga merasakan hal yang sama, tapi dia juga sudah mengatakan, orang tidak mengangguku aku tidak akan mengganggu orang lain, Aurelia sama sekali tidak sungkan padanya, dia juga tidak perlu mengalah lagi. "Lain kali sebaiknya menjauh dari wanita cantik yang berbisa itu, oh iya bajumu seperti ini juga tidak bisa pergi makan, kebetulan aku ada bawa mantel, kamu pakai dulu saja." Yanti menggetarkan tubuhnya yang bulat berkata. "Yanti, terima kasih, kamu benar-benar sangat baik." Darlene melihat baju ditubuhnya dan merasa tidak cocok, rambutnya hanya terkena sedikit saja, yang paling penting adalah walaupun bajunya hitam juga terlihat dengan jelas. "Tidak apa-apa, masalah kecil saja." Yanti dengan malu menyentuh kepalanya. Mereka berdua pergi ke kantin, Ferlina dari tadi sudah mengambil tempat dan menunggu mereka, saat melihat Darlene dia pun melambaikan tangan, menyuruh mereka berdua kemaro. "Darlene, hari ini kamu lambat sekali, eh, yang disampingmu siapa." Darlene memperkenalnya, mereka berdua pun saling berbasa basi, menyadari sifat mereka sangat cocok, merasa sangat menyayangkan mereka barusan bertemu. "Oh iya, Yanti kalian belum mengatakan kenapa begitu pelan baru turun." Ferlina tidak lupa bertanya. Oleh karena itu Yanti pun menceritakan semua yang terjadi tadi pada Ferlina, masih belum selesai, dia bahkan ingin memperagakannya pada Ferlina. ??Bang??. Ferlina tiba-tiba memukul meja, seluruh tubuhnya berdiri dan dengan marah berkata, "Apa? Yanti cepat bawa aku ke atas, aku akan mengupas kulitnya." Orang yang sedang makan di samping pun melihat ke arah mereka. "Lina, kamu duduk dulu, masalah sudah selesai." Darlene dengan wajah merah buru-buru menarik Lina yang emosi. Yanti tidak menduga sifat Ferlina begitu mengerikan, tatapannya terlihat sangat kagum, "Iya iya, Lina, bos kami sudah membantu Darlene balas dendam." Lina benar-benar sangat keren. Ferlina dengan tidak rela duduk kembali, dengan tidak puas berkata, "Huh, Yose dengan begitu mudah membiarkan wanita itu, ini juga termasuk balas dendam, pei." Yanti membuka matanya yang kecil, mengedipkan mata melihatnya, "Lina mendengar cara bicaramu, apakah kamu sangat kenal dengan bosku?" "Tentu saja????" Ferlina barusan ingin bilang kenal, baju dibawah meja ditarik oleh seseorang, dengan tidak berdaya dia pun memutar berkata, "Tentu saja tidak kenal, siapa yang ingin kenal dengan gunung es kalian." Darlene pun merasa lega, walaupun dia sangat berterima kasih dengan perbuatan Yanti, tapi dia tidak ingin memberitahukan hubungannya dengan Yose, tidak hanya demi dirinya sendiir, juga demi kebaikan Yanti. "Sebenarnya aku merasa musim panas bertemu dengan bos sangat baik, tidak perlu AC juga merasa dingin." Hati yang dingin bukan berarti benar-benar dingin, Yanti juga tidak mengatakan masalah ini lagi, dengan wajah kagum berkata, "Aku malah sangat ingin kenal dengan bosmu." Ferlina teringat bosnya, langsung menasehati berkata, "Yanti, kamu masih muda, dunia ini sangat gelap, pria tidak hanya boleh dilihat dari tampang, harus lihat sifatnya, pendidikannya,dan berbagai macam, apakah kamu mengerti?" Bos mereka adalah sibrengsek yang terus mencari kesalahan orang, apa gunanya tampan, tidak bisa menutupi kotornya hatinya, dia bahkan dengan kejam ini melihatnya tersiksa. "Kalau pria yang tampangnya sangat jelek, apakah kamu masih ingin melihat sifatnya, cara bicaranya, pendidikannya?" Yanti pun menjawab Ferlina. Ferlina terdiam, dia dengan tidak menyerah bertanya, "Seberapa jelek?" Yanti melihat sekitaran kantin, langsung menarik tatapannya, tangan yang gendut menunjuk pria yang duduk sedikit jauh dari mereka, berkata, "Lebih kurang seperti dia." Ferlina hanya melihatnya sejenak dan menarik nafas, langsung menyimpan tatapannya, "Yanti, aku rasa tampang tidak begitu penting." "Aku juga merasa seperti itu." 2 orang bersalaman. Darlene penasaran kenapa reaksi mereka berdua begitu berlebihan, lalu ikut melihat dan tidak berani melihatnya untuk kedua kalinya lagi. Orang itu sedang duduk makan disana, sepasang mata sangat besar, hidungnya pesek tapi bukan intinya, intinya adalah lubang hidungnya sangat besar, seperti bawang putih, dan juga yang berbulu. Makan dengan sangat lahap dan membuka mulut dengan sangat besar, mulutnya berminyak, dan ada beberapa butir nasi yang menempel di wajahnya, dagunya juga ada sebuah tahi lalat yang besar, ditahi lalatnya juga ada bulu yang tebal dan panjang. Saat makan dia sepertinya menyadari tatapan Darlene, menyodorkan tangan yang berminyak dan menyapanya. "Hai??." Darlene langsung merasa tidak enak. Ferlina menenangkannya dengan menepuk bahu Darlene berkata, "Darlene, bukankah aku menyuruhmu jangan begitu cari sial." "Iya, iya, aku merasa dia terus menatapmu." Yanti dengan setuju berkata. Darlene menutup mulut berkata, "Jangan katakan lagi, kalau katakan lagi aku sudah tidak sanggup makan." "Baiklah, jangan bicarakan ini lagi, masalah yang aku suruh kamu tanyakan bagaimana?" Ferlina tidak boleh mengatakan nama Yose, jadi hanya bisa bertanya seperti itu. Tatapan Darlene menggelap berkata, "Aku belum tanya." "Hari ini harus tanyakan, besok aku sudah mau datang." Pimpinannya sudah hampir meneriakinya. "En." Darlene dengan tidak yakin menganggukkan kepala. "Apa yang sedang kalian katakan." Yanti yang mendengar percakapan mereka seperti ada makna di dalamnya. "Tidak apa-apa, hanya mengatakan malam ini mau pergi bermain dimana." Ferlina asal mencari alasan. "Bermain yah, aku ada tempat bagus, nanti malam pergi bersama yah." Mengatakan bermain, Yanti terlihat sangat senang. "Baik." Ferlina belakangan ini juga merasa sangat bosan. Mereka berdua kebetulan cocok. 
已经是最新一章了
加载中