Bab 122 Ketahuan Menguntit   1/    
已经是第一章了
Bab 122 Ketahuan Menguntit
Bab >22 Ketahuan Menguntit Setelah Darlene menemani Hendrik makan, lalu menolak niat baik Hendrik mengantarnya pulang. Karena dia memiliki 1 hal penting yang ingin dia lakukan. Masalah Nyoya Belinda, dia tidak bisa membiarkannya begitu saja, karena dia juga adalah seorang ibu. Dalam hati berpikir seperti itu, tapi sebenarnya dia sangat tegang. Memegang ponsel begitu lama dan tidak berani menghubungi nomor yang tidak asing itu. Darlene berjalan kesana kemari sendiri, saat ragu dia juga mengetuk ponselnya ke kepalanya, telepon atau tidak, adalah sebuah masalah. Akhirnya dia pun menjerit, "Pantas mati, kenapa aku harus datang ke depan tempat tinggal Yose?" Benar, dia tidak bisa menahan diri, tubuhnya tidak bisa dikendalikan oleh otaknya, dia pergi sendiri ke tempat Yose, ingin menunggunya pulang. Dia seharusnya pulang ke rumah, bagaimana kalau dia bertemu dengan Yose yang membawa Jane kembali, bukankah dia menyakiti dirinya sendiri. Darlene tidak berhenti menasehati dirinya sendiri, setelah pulang baru telepon dia saja, lagian juga tidak perlu buru-buru mengatakannya sekarang, setelah ragu sejenak, setengah jam pun berlalu lagi. Setelah itu memutuskan, dia malah melihat sebuah bayangan yang berjalan masuk, hatinya berdetak kencang, buru-buru bersembunyi dibelakang pohon besar, tatapan yang tegang pun melihat setiap gerakan Yose. Untung, untung, Yose terus berjalan ke dalam. Darlene lalu menutup mata, tidak tahu kenapa dia merasa dirinya seperti penguntit, hus hus, bagaimana bisa dia mengatakan dirinya sendiri seperti ini. Dia dengan berhati-hati menyodorkan kepalanya, ingin memastikan Yose benar-benar sudah pergi atau belum. "Untuk apa mengikutiku." Dari balik punggungnya terdengar suara yang dingin dan mengejutkan Darlene, dia dengan terkejut melihat pria yang ada dihadapannya, dengan tersendak balik bertanya, "Yose, bukannya kamu sudah kembali!!" Kenapa keluar lagi. Yose menatapnya dengan merendahkan, dia mengira dirinya bersembunyi dengan baik, setengah bahu bahkan terlihat, Yose hanya berpura-pura tidak melihatnya saja, dan berputar keluar lagi. Suara yang rendah berkata, "Kamu masih belum menjawabku." Darlene merasa dirinya dipermalukan, "Kenapa aku harus memberitahumu, ini bukanlah rumahmu, aku ingin berada dimana yah dimana." Yose menatap ke arah apartmennya, tatapannya terlihat serius, "Lanjutkan." Setelah selesai berkata pun tidak memperdulikan Darlene, membalikkan badan berjalan ke gedung apartmennya. Darlene melihat Yose yang sudah akan pergi lansung gegabah, dia membuka mulut dan tidak tahu harus mengatakan apa, ingin menarik Yose juga tidak ada alasan, hanya melihat bayangan Yose yang hampir menghilang. Dia seperti melewati batas dan berkata kebayangannya, "Yose, aku ingin pergi duduk di rumahmu." Darlene mendengar ucapanya sendiri pun ingin mengigit lidahnya sendiri, apa maksud dari pergi duduk di rumahnya? Duduk apanya, dia hanya ingin membicarakan sesuatu padanya, diwaktu yang begitu penting dia malah salah berkata dan menjadi seperti ini. Dia tidak mau duduk, menangis. Tapi Yose sudah membalikkan badan, tidak membiarkannya menarik ucapannya kembali, hanya berpura-pura bodoh dan tersenyum, "Itu, Yose hari ini bulan sangat indah kan?" Yose dengan dingin mendengus, "Bodoh." "Yose bagaimana bisa kamu memarahi orang, kenapa aku bodoh, katakan dengan jelas." Darlene mengangkat kaki dan berjalan 2 langkah, ingin tahu apa maksud Yose, mengangkat kepala melihat langit yang begitu gelap, wajahnya pun terlihat buruk. Hari ini ternyata tidak ada bulan, bahkan tidak ada bintang, pantesan Yose menertawainya. Demi tujuannya hari ini, Darlene tetap mengikuti Yose. Akhirnya, dia pun masuk ke kamar Yose dan duduk. Duduk sendiri di sofa Yose dan sangat tidak tenang, seperti asalkan bergerak dia akan melompat dari sofa dan berlari keluar. Yose membawa secangkir kopi, seperti tidak ada orang dan duduk di hadapan Darlene, sepasang mata yang gelap menatapnya dan tidak berkata. Darlene yang ditatapi seperti itu oleh Yose pun merasa tidak nyaman, dia diam-diam menyemangati dirinya berkata, "Yose, ada suatu hal yang ingin aku tanyakan padamu." Berhenti sejenak, dia menegaskan, "Adalah masalah pekerjaan." Bibir tipis Yose dengan elegean menyedup kopi, sepasang mata menatapnya dengan heran, "Kalau ingin minum ambil sendiri, aku rasa kamu seharusnya masih ingat dimana letak barang." Darlene menelan ludah, berpura-pura tenang berkata, "Aku tidak mau minum." Yose pun bersandar di sofa, satu tangan diletakkan dipegangan sofa, dia terlihat sedang bersandar dengan malas dan mengerikan. Memang mengerikan, Darlene selalu merasa malam ini Yose sedikit berbeda, untuk lebih tepatnya apa yang berbeda, dia tidak bisa mengungkapkannya. "Bukankah kamu mencariku ingin membicarakan masalah pekerjaan." Yose memotong dia yang sedang memikir. Mengatakan hal penting, Darlene langsung berkata, "Hari ini aku mencatat sebuah case perceraian, ada hal yang ingin aku tanyakan pada pengacara Yose." Pengacara Yose, Yose memikirkan ??panggilan?? ini, berkata, "Katakanlah." "Disaat bukti tidak bisa menjadi bukti, apakah ada cara lain yang bisa membantu penuntut?" Hary mengatakan Yose sangat hebat, dia seharusnya akan ada cara kan. Yose dengan nada yang menaik berkata, "Tidak ada, bukti yang tidak cukup hanya ada satu hasil, tuntutan gagal." "Tidak seharusnya begitu, kamu tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya, nyonya Belinda bukan tidak memiliki bukti, hanya saja sipria brengsek itu sangat mengerikan, nyonya Belinda mungkin akan kehilangan harta dan orang." Bagaimana bisa begitu, dia mana boleh begitu mudah memutuskan hidup mati seseorang. Terhadap nyonya Belinda, tuntutan yang gagal berarti kehilangan semua pendukung dan juga membawa seorang anak, apa bedanya ini dengan mati. "Darlene." Nada Yose terdengar berat, sepasang mata yang dingin terlihat sangat mengerikan, sepatah kata demi kata berkata, "Kita adalah pengacara, bukan polisi, bukan relawan, bukti tetap harus diserahkan penuntut sendiri, kita hanya bertugas dengan tugas kita saja." "Apakah kamu mengerti." Didunia ini tidak ada tempat memakan orang dan tidak memuntahkan tulangnya, orang yang menanglah yang akan bertahan. Darlene melihat Yose yang dingin, seketika tidak tahu harus mengatakan apa. Apakah dia mengerti? Dia mana mungkin tidak mengerti, hanya saja dia mengira masih ada sedikit keberuntungan, dia tidak bisa membantu orang itu, hanya ingin berusaha semampunya menolong orang yang ingin dia bantu. Malam ini Yose benar-benar memberikan sebuah pembelajaran padanya, sebuah pembelajaran yang bernama tidak boleh melakukan semuanya seenaknya saja. Darlene pun bangkit dari sofa, rambut yang panjang menutupi tatapannya, dengan suara tenang berkata, "Maaf, pengacara Yose, sudah menganggumu, aku pergi dulu." Sudah tidak ada yang ingin dia tanyakan. Kelihatannya dia terlalu tidak tahu sadar diri, mengira dirinya bisa membantu nyonya Belinda, sekarang kalau dipikir-pikir dia memang bodoh, padahal dirinya saja sudah tidak bisa menjaga dirinya sendiri.
已经是最新一章了
加载中