Bab 124 Kamu Melupakan Barangmu   1/    
已经是第一章了
Bab 124 Kamu Melupakan Barangmu
Bab >24 Kamu Melupakan Barangmu Ekspresi Yose tidak berubah, dengan santai mengambil satu kotak dan meletakkannya di kasir, berkata, "Tapi ukurannya salah." Kasir mengambil dan melihatnya, bersiul dan berkata, "Ukuran paling besar, pria tampan kamu jangan terlalu memaksakan diri." Ukuran paling besar biasanya adalah ukuran orang asing, biasanya adalah ukuran normal. "Bayar." Yose berkata. Kenapa Darlene merasa tatapan Yose padanya begitu membuat hati orang berdetak kencang. "Yose, barangku sudah beli semua, ayo kita pulang." Tatapannya terus melototi kasir. Pegawai kasir terlihat tidak bersalah, kali ini gerakannya sangat cepat dan menghitung totalan untuk Yose, "Pria tampan wanita cantik, selamat jalan." Yose seperti tidak ada yang terjadi melemparkan kotak itu kedalam plastik, tersenyum pada Darlene, "Ayo." Dia tersenyum? Dia bahkan tersenyum, kali ini bukan dia yang salah lihat, tapi kenapa dia barusan menjadi semakin takut, Darlene tanpa sadar menelan ludah, "Yose barusan aku benar-benar salah ambil." "En." Yose menganggukkan kepala mengartikan dia tahu. Walaupun Yose menganggukkan kepala, Darlene tetap merasa dia sedang menertawainya, pasti sudah asal berpikir, Darlene tidak mungkin terus mempermasalahkan hal ini, terlihat sangat sengaja. Mereka berdua kembali ke apartmen, Darlene dengan wajah tenang, dalam hati malah berdetak kencang, mengambil barang yang dia beli kembali ke dapur, tangan dan kakinya sangat lincah dan mulai memasak mie. Kali ini setelah Darlene membuat mie, dia langsung buru-buru berkata, "Yose, kamu makan sendiri saja, aku pergi dulu." Yose memanggilnya, "Tunggu." "Ada apa lagi?" satu tangan Darlene diletakkan dipegangan pintu, seperti asalkan Yose mengatakan permintaan yang keterlaluan dia akan langsung pergi. "Barangmu lupa diambil." Yose perlahan menarik kursi dan duduk. "Barangku?" Darlene berkata, dia tidak ingat kalau dia ketinggalan barang apa. Yose menggunakan tatapan untuk mengatakannya barang yang tertinggal. "Bajingan!" setelah Darlene melihat barang yang ditunjuk Yose, wajahnya langsung memerah, menahan nafas dan memarahinya, lalu langsung melarikan diri. Langsung turun ke bawah, Darlene menyentuh wajahnya, masih panas, apakah Yose sudah mabuk, otaknya sudah tidak jelas, dia bahkan menggodanya. Malam hari setelah pulang ke rumah Darlene pun mimpi buruk, dia bermimpi Yose memakai celana dalam anak kecil, tangannya memegang garpu kecil dan sedang melubangkan bajunya. Yose juga lari ke pegawai kasir itu, menyentuhnya, memanggilnya sayang, aku akan buatkan makanan untukmu, kamu ingin makan rasa apa. Darlena pun terkejut dan bangun karena itu, Yose memeluk pria itu ternyata adalah hal yang sangat mengerikan. Kalau sampai Yose tahu dia membuat mimpi seperti ini, mungkin di akan berakhir mengerikan. Malam yang lelah, Darlene pun pergi ke kantor dengan tidak bersemangat, membuat kopi dan menaruhnya di ruangan Yose, membawa kain dan mulai mengelap dengan teliti. Yose adalah orang yang sangat disiplin, biasanya tidak perlu dibersihkan terlalu detail, meja kerjanya juga sangat bersih, berkasnya juga ditraruh dengan sangat rapi. Darlene datang sangat pagi, kantor juga tidak ada orang yang masuk, Darlene pun sambil membersihkan sambil bernyanyi. ??Aku memilik seekor keledai, aku tidak pernah menunggangnya." ??Suatu hari aku tiba-tiba menunggangnya ke pasar, tangannku memegang sebuah cambuk dan merasa sangat bangga.?? Ini adalah lagu kesukaan Derik, karena sudah lama mendengarnya dia pun merasa sangat enak didengar, tanpa diketahui ada orang yang membuka pintu dan masuk. Darlene masih sedang mengelap lemari buku, pemandangan ini dilihat oleh orang itu. Orang yang datang juga tidak buru-buru, melihat wanita yang susana hatinya terlihat baik dan sedang bernyanyi, menunggunya menyadari dirinya. Darlene menyadari ada sebuah buku aneh di lemari buku, menarinya keluar dan melihatnya berkata, "Tidak menduga anak ini juga melihat buku seperti ini." "Apakah sangat aneh kalau aku melihat itu." Yose dengan dingin menjawab. Darlene pun terkejut dan buku ditangannya ikut jatuh di lantai, dengan canggung melihat pria yang tidak tertebak itu, sejak kapan dia masuk, kenapa Dirinya sama sekali tidak dengar. "Kamu terlalu fokus bernyanyi." Yose dengan baik hati membantunya menjawab. "....." apa namanya hancur, Darlene merasa dia sudah merasakannya, wajahnya langsung memerah. Dia bahkan mendengar suara nyayiannya. Darlene pun berpura-pura bodoh, meletakkan kembali buku itu, menundukkan kepala melewati Yose, mempercepat langkahnya berjalan kearah pintu. Disaat dia ingin melarikan dari ruangan, dari belakang terdengar satu kalimat, "Nyanyianmu sangat bodoh." Darlene menekan telapak tangannya, dia menahan. Membuka pintu dan keluar, samar-samar dia juga mendengar suara tawa pria. Darlene 100 % yakin Yose sedang menertawai dirinya!! Mulai dari hari ini saat bekerja Hary mengetahui Darlene sudah memiliki pacar, suasana hatinya sangat buruk, kenapa dia selalu diam-diam menyukai, kenapa dia selalu terlambat, melihat Darlene dia yang sesak dan bersandar di pintu, dia dengan perhatian bertanya, "Darlene, ada apa denganmu, wajahmu sangat merah." ??Tidak apa-apa, mungkin membersihkan ruangan sangat panas, kak Hary aku pergi sibuk dulu." Darlene seperti melarikan diri, seperti dibelakangnya ada makhluk aneh yang memegang garpu ingin menusuknya. Pagi hari, Darlene terus tidak fokus, tidak hanya itu, wajahnya juga terus merah. Ini membuat Yanti yang penasaran pun bertanya, "Darlene dari tadi kamu sudah melamun 7-8 kali, apakah aku boleh menanyakan hal apa yang membuatmu begitu berbunga-bunga?" "Yanti kamu asal berkata apa, aku mana ada." Darlene berkata dan tanpa sadar menyentuh wajahnya sendiri, sepertinya sangat panas. Yanti mendekatinya, dengan mengejek berkata, "Masih bilang tidak, cepat katakan dengan juju, apakah semalam kamu dan pacarmu bertepuk tangan atas cinta kalian." "Apa-apaan, semakin berkata semakin parah." Darlene yang melihat Yanti asal berkata pun langsung menyubah topik, "Yanti apakah kamu ada nomor telepon nyonya Belinda?" Yanti dengan heran bertanya, "Ada, ada apa." "Ada sedikit urusan yang ingin aku katakan padanya." Darlene menjawab. Yanti melihatnya ekspresinya dan sudah mengerti, "Darlene kamu sudah ada ide." "Tidak juga, paling tidak tetap harus dicoba." Darlene malu mengambil keuntungannya sendiri, hanya bisa mengatakan coba dulu. "Baik, aku akan segera mengirimkan nomornya padamu." Yanti juga tidak bertanya lagi, memberikan nomor nyonya Belinda pada Darlene. 
已经是最新一章了
加载中