Bab 127 Setiap Gugatan Pasti Menang   1/    
已经是第一章了
Bab 127 Setiap Gugatan Pasti Menang
Bab >27 Setiap Gugatan Pasti Menang "Aku hanya mengumpamakan, ucapanmu membuatku tidak ada nafsu makan." Kepala Ferlina terlihat menggelap. Yanti tertawa, "Haha, Lina kemampuanmu menahanmu perlu ditingkatkan." Darlene melihat Ferlina yang tidak memutuskan mencari Jane lagi pun merasa lega, "Kalian ingin makan apa, aku pergi ambilkan." "Aku mau daging tomat dan satu ayam paha." Yanti langsung mengangkat tangan berkata. "Yanti, kamu kira menjawab pertanyan yang harus mengacungkan tangan yah." Ferlina masih tidak senang, kalau saat itu dia ada di sana, dia pasti akan merobek mulut Jane dulu, melihat dia masih bisa berpura-pura baik atau tidak. Darlene tersenyum dan tidak memperdulikan ucapan Ferlina, "Aku tahu, Lina kamu ingin makan ikan asam manis kan." Ferlina mendesah dan tidak membantah. Darlene menganggukkan kepala mengerti, bangkit dan pergi mengantri mengambil makanan. Yanti yang melihat Darlene pergi pun dengan penasaran menarik Ferlina bertanya, "Apakah Jane dan Darlene ada salah paham, aku lihat dia sengaja membalas dendam." "Semuanya karena rasa cemburu wanita, pokoknya wanita itu sangat keji, hati-hati padanya, aku tidak bekerja di tempat kalian, kalau wanita itu menyakiti Darlene lagi, kamu katakan padaku, lihat bagaimana aku menghabisinya." Ferlina berpura-pura galak dan melambaikan tinjunya. "En en, aku tahu apa yang harus aku lakukan." Yanti dengan senang menganggukkan kepala. Mereka berdua menunduk dan dengan suara kecil membahas rencana. Setelah Darlene mengambil makanan dan kembali, mereka berdua dengan kompak berpura-pura tidak ada apapun yang terjadi, dia mengangkat alis, dengan lucu berkata, "Kalian bukan sedang membahas untuk menjualku dengan harga yang tinggikan." Yanti melihat Darlene sejenak, dengan tersenyum berkata, "Kamu terlalu kurus, kalau dijual perkilo sangat rugi." "Masih lumayan bernilai." Ferlina menatap dadanya dan tertawa. Darlene dengan kesal berkata, "Malas bicara dengan kalian, cepatlah makan." Mereka bertiga sambil makan sambil ngobrol. "Nanti setelah makan siang aku akan kesana, tidak tahu Yose ada di kantor atau tidak." Yanti mengigit paha ayam, dengan tidak jelas bertanya, "Lina, untuk apa kamu mencari pengacara Yose." "Masalah apa lagi, tentu saja wawancara." Tatapan Ferlina terlihat menggoda, tidak tahu nanti dia akan mendapatkan gosip apa. Darlene tidak tertarik, kalau merek atahu, dia sudah mengkhiantai grup obrolan itu, tidak tahu apakah mereka akan sesenang ini. "Apa, kamu mau mewawancarai pengacara Yose kami." Yanti yang mendengar Ferlina akan mewawancarai Yose, makanan yang barusan ditelan pun tersendak di dada, dia buru-buru memukul dadanya, hampir saja matanya memutih. Darlene buru-buru memberikan air padanya berkata, "Yanti, kamu cepat minum dulu." Yanti buru-buru mengambil air dan meminumnya, dengan kuar menelan makanan itu, setelah lebih nyaman baru berkata, "Tuhan, aku kira aku akan mati tercekik." "Itu pasti adalah berita heboh." Ferlina terdiam sejenak menjawab, bukankah hanya mewawancarai Yose, apakah pergi begitu berlebihan? "Benar juga, tapi sunggu memalukan, tidak ini bukanlah intinya." Yanti hampir dibawa lari topik olehnya, mata kecil yang bersinar melihat Ferlian bertanya, "Lina, kamu menggunakan cara apa yang membuat bos kami menyetujui wawancaramu, kalu tidak tahu customer service kami tidak tahu berapa kali mengeluh padaku, ada banyak wartawan majalah yang ingin mewawancari bos kami, semuanya datang dengan percaya diri dan pulang dengan kecewa." "Tidak begitu berlebihan seperti yang kamu katakan. " Ferlina dengan ekspresi hal kecil saja. Yanti menganggukkan kepala, "Ada, tentu saja ada, ternyata ada sebuah majalah yang tidak mendapatkan persetujuan bos kami dan langsung mengeluarkan foto dan berita bos kami, akhirnya hari kedua mereka pun menerima surat gugatan." "Kami adalah kantor pengacara, yang paling banyak adalah pengacara, setelah itu perusahaan itu pun digugat sampai bangkrut." "Apa, bukankah hanya sebuah foto, apakah perlu begitu berlebihan." Ferlina tidak percaya. "Ini benaran, kalau kamu ingin mengecek catatannya masih ada, Lina, kamu yakin bos kami sudah menyetujui wawancaramu yah, walaupun majalah Matahari Pagi adalah majalah yang sangat terkenal di kota Leidong, tapi bos kami adalah pengacara, apapun tidak bisa, tapi mengenai gugutan sangat fasih." Yanti merasa tidak cukup, menambah, "Setiap gugatan pasti menang." Ferlina pura-pura batuk, melihat Darlene yang tidak bersuaram mengetuk meja berkata, "Aku akan segera pergi perang, tidak tahu kabar ini pasti atau tidak." Darlene mengikuti sikap Yose biasanya, dengan tenang melepaskan sumpit berkata, "Kabar pasti dan tidak ada kesalahan." "Baguslah kalau begitu." Ferlina merasa lega, dia tidak ingin digugat. Yanti dengan heran bertanya, "Darleen, Lina, kalian sedang mengatakan tanda-tanda apa." "Yanti kamu jangan bertanya lagi, aku pasti memiliki senjata rahasia, hehe, tenang saja, setelah semuanya beres aku rasa Darlene akan mentraktir makan." Menerima bonus begitu banyak pasti harus mentraktirkan. Darlene dengan loyal menganggukkan kepala, "Tidak masalah, tempatnya kalian yang pilih." Yanti semakin tidak mengerti, "Lina, kenapa kamu yang berhasil mewawancarai tapi Darlene yang traktir." "Begitu banyak pertanyaan, aku hanya tanya kamu ikut atau tidak, tempatnya kamu yang pilih." Ferlina langsung menggodanya. Yanti langsung menganggukkan kepala, "Ikut, tentu saja ikut, hehe aku memastikan kalian berdua puas." Setelah makan siang, Darlene mengikuti Yanti kembali ke kantor, Ferlina masih harus pergi mengambil barang baru kemari. Begitu masuk ke dalam kantor, Darlene merasa suasana kantor berbeda, walaupun tidak ada yang berbicara, tapi tatapan mereka melihatnya tidak setenang tadinya. Semakin banyak memiliki maksud buruk, ingin tahu, membenci dan merendahkan. Tidak perlu berpikir pasti adalah Jane yang mengatakan sesuatu yang membuat mereka semua salah paham padanya. Yanti merasa sangat marah dan ingin mengatakan sesuatu, Darlene sudah duluan menariknya menggelengkan kepala berkata, "Yanti, jangan katakan lagi, meriak tidak akan." Karena ucapan Yose semalam, walaupun tidak menyukainya, mencurigainya, disaat mereka tidak ada bukti, mereka hanya bisa mengatakannya dalam hati. Yanti mengerti ucapan Darlene, tapi tetap merasa tidak senang, orang-orang ini ingin membelanya juga bukan begitu caranya kan, paling benci dengan orang yang begitu sombong, melakukan hal yang lebih keji dari penjahat. "Darlene yang kamu katakan benar, orang yang tidak bersalah walaupun tidak menjelaskan dia juga tetap bersih, kita hanya perlu melakukan hal yang baik menurut kita sendiri saja." Yanti sengaja mengeraskan suaranya. Ada orang yang merasa bersalah, bertemu dengan tatapan Yanti yang galak, buru-buru menundukkan kepala berpura-pura sedang sibuk. Darlene merasa lucu dan melihat Yanti yang imut, "Yanti, apakah kamu sudah selesai merapikan gugatan nyonya Belinda, apakah kamu bisa menujukkannya padaku." "Tidak masalah, nanti aku akan berikan padamu." Yanti pun berlari ke tempatnya. Darlene kembali ke mejanya dulu, tidak menduga ada satu notifikasi.
已经是最新一章了
加载中