Bab 130 Siapapun Tidak Ada Yang Menang   1/    
已经是第一章了
Bab 130 Siapapun Tidak Ada Yang Menang
Bab >30 Siapapun Tidak Ada Yang Menang Darlene tidak melihat orang lain, langsung berdiri, dengan wajah yang canggung berkata, "Aku sudah kenyang, kalian makanlah, aku pergi kerja dulu." Setelah berkata, tidak menunggu orang lain menjawab, menarik kursi dan buru-buru pergi. Ferlina yang melihat Darlene pergi, buru-buru ikut berdiri dan mengejarnya, "Darlene, tunggu aku, aku ikut denganmu." Jasper yang melihat makanan belum banyak dimakan pun berkata, "Ada orang yang menghancurkan sarang lebah, tapi emosi Darlene benar-benar besar." Yose melihatnya, tersenyum dingin, "Aku dengan kakeknya sudah menyuruhnya pergi kencan buta." ??Dia?? yang Yose katakan, mereka berdua sangat jelas. Tatapan Jasper bersinar, dengan yakin berkata, "Aku percaya dengan daya tarikku." Intinya dia sangat percaya diri dengan dirinya sendiri. Kalau Yose tidak lanjut berkata, dia akan. "Apakah kamu masih ingat Kai." Ucapan Yose ini menghancurkan kepercayaan dirinya. ??Duang?? kursi didorong jatuh, bayangan Jasper yang ada di sana sudah menghilang. Yose dari luar sudah menang, wajahnya malah tidak begitu baik, tatapannya terlihat sangat dingin. ************ Dipinggir jalan, Ferlina menarik Darlene yang terus berlari bertanya, "Darlene, ada apa denganmu, kenapa reaksimu begitu berlebihan." Ferlina tidak lah bodoh, bagaimana mungkin tidak mengerti kesedihan dimata Darlene, "Denganku juga menyembunyikan." "Bukan." Darlene menggelengkan kepala, dia hanya tidak tahu harus bagaimana, dia adalah hasil yang sudah dia prediksi, tidak bisa menyalahkan orang lain dan juga tidak bisa menyalah Yose. Mereka tidak pernah adalah pasanga kekasih kan? Jadi apa haknya menanyakan pada Yose kenapa tidak membawanya bertemu dengan keluarganya. Ferlina merangkul bahu Darlene, berkata, "Ayolah, hari ini anggap cuti saja, aku bawa kamu pergi menenangkan diri." Darlene ragu beberapa detik dan menganggukkan kepala, "Aku katakan pada Yanti dulu, suruh dia bantu aku minta izin." "En." Ferlina menunggu Darlene selesai menelepon, mengangkat tangan memanggil taksi, menarik Darlene masuk ke dalam dan memberikan sebuah alamat. Mobil dengan cepat melaju. Tidak sampai setengah jam, mobil berhenti disebuah club yang tenang, tdai seperti klub terakhir kali yang begitu ribut, di dalam memainkan saksofon yang merdu, suasana di dalam membuat perasaan orang menjadi tenang. Darlene melihat keadaan disekitar, hanya ada beberapa orang yang duduk di bar sambil minum bir. Ferlina sepertinya adalah tamu langganan, pelayan dengan sangat kenal membawanya ketempat paling sudut. "Seperti biasa." Ferlina berkata pada pelayan. Pelayan pun menganggukkan kepala dan pergi. "Di sini tidak ada banyak orang, katakanlah." Ferlina dengan malas bersandar di sofa. "Aku hanya merasa tidak nyaman, kamu masih perlu wawancara, apakah tidak apa-apa kamu pergi begitu saja." Darlene juga tidak mood bersandar di sofa. Pantesan semua orang menyukai sofa yang lembut, saat berbaring di sana bahkan tidak ingin bangkit lagi. Ferlina menyilang kakinya di meja, dengan kesal berkata, "Kalau Yose sudah setuju, dia pasti tidak akan mengingkari janji, yang aku khawatirkan adalah kamu." "Tidak apa-apa, aku tidak bisa menggantikan Yose, aku sama sekali tidak mengetahui masa lalu nya." Darlene menertawai dirinya sendiri. Yose benar-benar merahasiakan dengan sangat keterlaluan, "Kalian sudah begitu lama bersama, dia bahkan tidak memberitahumu sedikitpun informasi padamu?" "Hehe, iya, dia adalah pria yang begitu mengontrol diri dengan baik." Yang perlu dikatakan tidak akan dikatakan lebih, yang tidak perlu dikatakan, dia tidak akan mengatakannya sedikitpun, selama 4 tahun ini dia juga pernah bertanya, jawaban yang dia dapatkan hanya diam. Hati yang betapa panas pun juga akan ikut dingin. "Aku merasa Yose adalah pria yang mengerikan, kalau tidak kamu dengan Hendrik juga sangat baik." Tatapan Ferlina juga sangat tajam, tapi dia sama sekali tidak mengerti Yose, sampai sekarang dia sama sekali tidak mendapatkan informasi yang berguna tentangnya dari Jasper. Darlene menggelengkan kepala berkata, "Aku tidak ingin menunda waktu Hendrik, dia tidak seharusnya membuang waktu padaku." Saat ini pelayan membawa selusin bir kemari, diikuti dengan buah-buahan yang ditaruh dihadapan mereka, menganggukkan kepala padanya dan pergi. "Untuk apa memikirkan begitu banyak, semuanya akan indah pada waktunya, minum bir." Ferlina mengambil 1 botol, dan memberikan satu botol pada Darlene, tahu dia ragu, menenangkannya berkata, "Ini hanya bir biasa, tidak masalah." Darlene mengambilnya, mereka berdua mengetos, dan minum dengan lahap. Kadar alkohol bir ini sangat rendah, juga adalah bir, begitu minum rasa langsung terasa rasa panas di perut, Darlene mengangkat kepala dan meminumnya lagi. "Lihat dirimu, orang yang tidak tahu akan mengira kamu putus cinta." Ferlina dengan tidak sungkan berkata, menyodorkan tangan melambaikan tangan ke arah pelayan. Pelayan yang melihat kode Ferlina pun menghampirinya, "Kak Ferlina, ada perintah apa." "Berikan aku mancis." "Baik." Pelayan membalikkan tubuh dan pergi. Darlene melihat Ferlina menghidupkan rokok dan mengeluarkan asap ke samping, menggerutkan dahi berkata, "Lina, bukankah kamu sudah tidak merokok." "Tidak merokok, tunggu aku mati saja." Ferlina berkata dan menghisap lagi, asap pun bertebaran disekitarnya, di sudut yang gelap ini menjadi semakin kabur. "Kenapa, Jasper membuatmu marah lagi." Selain dia, Darlene tidak bisa mengingat siapa yang bisa membuat Ferlina begitu kacau sampai perlu menggunakan rokok untuk menenangkan perasaannya. ??Bukan, aku tidak ada hubunga dengannya." Ferlina berkata dengan mata yang sedikit dikecilnya, berkata, "Kai sudah kembali." Darlene menyeduk bir, hampir tersembur keluar, Ferlina juga tidak peduli, biasanya dia pasti akan mengatainya. "Bukankah Kai ada di provinsi lain." Dia ingat Lina sudah pergi kemana-mana selama 8 tahun, Kai juga mengikutinya selama 8 tahun, awalnya mengira mereka paling mungkin akan bersama, akhirnya Kai malah pergi ke provinsi lain sendiri. Kenapa dia kembali lagi. "Iya, tidak hanya pulang, dan juga adalah pasangan kencang butaku, kamu rasa bukankah ini sangat membunuhku." "Memang sangat tidak terduga." Darlene mendesah, tidak tahu harus mengatakan apa. Dia selalu tahu kalau Ferlina tidak begitu tidak peduli seperti dirinya yang terlihat dari luar, siapapun memiliki masa lalu yang tidak bisa mereka lupakan. "Emangnya kenapa kamu memaksaku." Ferlina mengubah ucapannya, mengatainya, "Tapi Darlene, kenapa kamu begitu takut dengan Jane si keji itu, kalau aku adalah kamu, aku pasti akan merebut Yose kembali." "Bukan takut, hanya saja tidak ingin membuat semuanya menjadi hancur, Lina, aku tahu diri." Tatapan Darlene terlihat sedih, dia mana mungkin tidak ingin, hanya saja takdir tidak bisa dipaksa. Tidak ingin sampai akhir hanya percuma saja. "Aku merasa Yose juga bukan benar-benar menyukai Jane, tapi dia sepertinya sedang menggantungnya, juga tidak tahu karena apa." Ferlina mengatakan hal yang dia rasakan. "Kamu juga jangan merendahkan dirimu sendiri, kalau Yose sama sekali tidak peduli padamu, dia juga tidak akan menyuruhmu bekerja dikantornya." Darlene merasa bir yang dia telasn menjadi teratai kuning, begitu pahit sampai membuat hatinya tidak berasa, "Lina, ada hal yang tidak kamu mengerti, tidak semudah yang kamu pikirkan." Hubungannya dengan Yose tidak bisa diselesaikan dengan mudah, dan tidak ingin menarik Ferlina masuk ke dalamnya. 
已经是最新一章了
加载中