Bab 133 Rencana Derik
Bab >33 Rencana Derik
"Benar juga, kita sebaiknya lebih menghindar." Derik dengan serba salah memuncungkan bibirnya, "Kalau begitu lain kali aku pikirkan cara lagi saja."
Dengar-dengar belakangan ini sedang terkenal mencari pasangan di dunia maya, bagaimana kalau dia mendaftarkan ibunya, tapi dia juga tidak begitu paham dengan komputer, kalau tidak besok dia tanyakan pada tante saja.
Darlene melihat Derik seperti sedang membuat rencana pun berkata, "Derik, sudah malam, ibu bawa kamu pergi cuci muka dan gigi lalu tidur yah."
Derik dengan patuh menganggukkan kepala.
Pagi-pagi Darlene membeli 2 porsi sarapan dan membawa Derik pergi membuka pintu apartmen Ferlina.
Ferlina dengan rambut yang kacau dan mata yang kecil berkata, "Siapa, kenapa begitu pagi."
"Aku, hari ini aku harus pergi kerja, kamu bantu aku menjaga Derik yah." Darlene memberikan sarapan padanya, mengatakan dia tidak datang dengan tangan kosong.
Jari telunjuk Derik menunjuk ke dahi, melakukan gerakan yang keren berkata, "Tante, dan juga aku."
"Masuklah, sicerdik." Ferlina pun sudah sadar setengah, mencubit ringan wajahnya.
Derik menggerutkan dahi memprotesnya, "Tante, aku bukan pria mulut manis, aku sangat setia."
"Kalau begitu tante, kamu setia dengan siapa." Ferlina tersenyum bertanya, masih kecil sudah mengatakan setia.
"Ibu dong." Derik menjawab.
Ferlina dengan penuh makna berkata, "Anak, setelah 20 tahun kemudian, kalau kamu masih mengatakan ini, ibumu pasti akan menangis keras."
"Tidak mungkin." Derik tidak setuju menjawab.
Darlene sudah terlambat, menaruh sarapan di meja makan dan buru-buru berlari keluar, tidak lupa memperingati, "Lina, biarkan Derik sarapan dulu, kalau mau tidur nanti baru tidur lagi, ada masalah telepon aku."
"Aku tahu." Ferlina sedang menatap Derik, dengan tidak peduli melambaikan tangan.
Hanya terdengar suara pintu, dia sudah pergi.
"Sayang, tante suapin kamu yah?" Ferlina melihat Derik yang terlihat begitu dewasa pun ingin mengerjainya, anak kecil seharusnya memiliki sifat anak kecil, suka cemberut akan sulit mencari pacar loh.
Derik melihatnya, berkata, "Tante, kamu sebaiknya pergi mencuci wajahmu saja, disudut mulutmu ada air liur."
Setelah berkata, dia dengan tenang melangkah ke arah meja makan.
Meninggalkan Ferlina sendiri yang sedang kacau, dia direndahkan oleh seorang anak kecil berumur 3 tahun, dia tidak salah lihat, di tatapan Derik terlihat rasa merendahkannya.
Benar-benar ada air liur? Ferlina menyentuh sudut mulutnya, sepertinya ada sedikit bekas, image nona besarnya!!
Ferlina buru-buru kembali ke kamarnnya, pintu kamar ??bang?? menutup pintu dengan kuat, menggetarkan dinding.
Derik menggelengkan kepala, wajah nya yang tembam dengan serius mendesah berkata, "Wanita-wanita."
Setelah 15 menit, Ferlina sudah ganti baju dan mencuci wajah, keluar dari kamar, melihat Derik sudah selesai sarapan dan juga membersihkan meja.
Mendesah, "Sayangku, kamu benar-benar adalah pria kecil yang pengertian, kamu harus mempertahankannya."
"Tante, cepatlah makan, kalau tidak roti akan dingin." Derik membuat sampah ke tong sampah, tidak lupa mencuci tangan, menggelap tangannya dan menghilangkan kerutan di dahinya.
Ferlina terdiam, kenapa dia tidak menyadari kalau Derik terlalu suka bersih, rambutnya juga sangat rapi, bahkan sepatunya juga sangat bersih.
Merasa dirinya bahkan lebih buruk dari seorang anak kecil berusia 3 tahun, sungguh gagal.
Mengambil roti dan mengigitnya, isinya daging, rasanya juga enak, dia lanjut memakannya.
Derik duduk di hadapan Ferlina, dengan suara imut bertanya, "Tante, hari ini kita kemana."
Ferlina masih belum benar-benar sadar, langsung bertanya, "Derik ingin pergi kemana."
"Kita pergi menemui ayah saja yah." Derik dengan tatapan polos yang bersinar, berkata.
"Chi??" Ferlina barusan meminum satu teguk air tahu dan menyemburkannya keluar, dia tersendak, batuk sampai wajahnya memerah.
"Uhuk uhuk uhuk....... Derik apa yang kamu katakan?"
Derik menghindari air yang tersembur padanya, wajah yang tersenyum itu belum berubah, mengulang berkata, "Pergi mencari ayah."
"Tunggu, berhenti." Ferlina buru-buru menyodorkan tangan menghentikannya berkata, membuka mata dengan heran bertanya, "Derik, ibumu sudah menyetujuimu pergi mencarinya, atau kamu sendiri yang ingin pergi mencarinya."
Darlene seharusnya tidak mungkin memberitahukan informasi Yose pada Derik, kenapa Derik ingin pergi mencari Yose, jangan-jangan dia merindukan ayahnya.
Derik menggoyangkan bahu kecilnya, berkata, "Aku ada urusan yang ingin ditanyakan pada pria jahat itu."
"Pria jahat."
Ferlina memikirkan ucapan Derik itu, dengan setuju menganggukkan kepala, setelah berpikir pun merasa terpaksa berkata, "Derik, walaupun aku setuju kamu mengatakan dia adalah pria jahat, tapi begitu kamu pergi semuanya akan terungkap, kalau kamu dibawa pergi olehnya, ibumu pasti akan menangis."
Menangis sudah terlalu ringan, kalau Yose benar-benar membawa Derik pergi, Darlene pasti akan hancur. Beberapa tahun ini Darlene bisa bertahan sampai sekarang, semua itu karena ada sebuah semangat yang membuatnya bertahan.
Itu adalah Derik, siapa pun tidak bisa menggantikannya.
"Aku tahu, jadi kita harus menyamar." Derik dari awal sudah memikirkannya, mengedipkan matanya yang besar, dengan polos berkata, "Tante ingat terakhir kali saat kami pergi ke disney land, paman badut memberikan sebuah hadiah untukku."
Ferlina pun teringat dengan hadiah itu, "Maksudmu......"
"Benar, yang lainnya aku perlu bantuan tante." Derik tersenyum.
Ferlina tiba-tiba menyadari gen benar-benar adalah hal yang mengerikan, Yose sudah sangat hebat, anaknya juga tidak kalah, otaknya ini benar-benar berisi.
Tapi dia tidak merasa ini adalah masalah besar, tersenyum, "Hehe, serahkan pada tante."
"Tante semoga kerja sama kita berhasil." Derik menyodorkan tangannya yang gendut.
Ferlina terdiam, tersenyum dengan maksud buruk, menyodorkan tangan perlahan menyentuh tangan kecilnya yang gendut, "Hehe, semoga kerja sama kita berhasil."
Mereka berdua mengetos, dan dengan cepat melepaskan.
"Derik, kamu pergi cari dimana hadiah itu diletakkan, itu semuanya disimpan ibumu, aku juga tidak tahu ada dimana." Ferlina tiba-tiba teringat.
Derik dengan tenang berkata, "Tante kamu sudah lupa, hadiah itu aku simpan sendiri, aku tahu ada dimana."
"Uhuk uhuk, baiklah, pergi ambil, tante akan memakaikannya padamu." Ferlina batuk untuk menyembunyikan rasa malunya.
Derik menganggukkan kepala, berlari ke kamarnya, Ferlina juga tidak hanya diam, menghabiskan sarapannya, Derik tadi sudah selesai memberishkan sarpannya dan membuangnya ke tong sampah, dia juga malu membiarkannya begitu saja.
Mengambil bungkusan dan membuangnya ke dalam tong sampah.
Derik juga sudah membawa hadiah dan barang itu keluar.