Bab 137 Begitu Mempelajari Langsung Menggunakannya   1/    
已经是第一章了
Bab 137 Begitu Mempelajari Langsung Menggunakannya
Bab >37 Begitu Mempelajari Langsung Menggunakannya Tidak menduga Derik langsung menggunakan hal yang baru dia pelajari, Yose melihatnya dengan tatapan kagum, tapi dengan cepat menyembunyikannya, "Apa yang ingin kamu tanyakan." Yose juga menyadari tindakannya ini sangat aneh, tapi dia tidak memikirkannya lagi, hanya menganggap belakangan ini dia terlalu sibuk, bertemu dengan hal yang menarik, makanya dia menjadi santai. Derik mendengar Yose menyetujui dirinya bertanya, tersenyum polos, "Paman Yose kamu rasa seorang pria dalam keadaan seperti apa baru akan meninggalkan istri dan anaknya." Yose melihat Derik yang tersenyum dalam waktu yang lama, hanya menganggap hubungan orangtuanya bermasalah, nadanya dengan tenang menjawab, "Tidak peduli pria dalam keadaan apapun, dia tidak memiliki alasan untuk meninggalkan istri dan anaknya, kalau seorang pria bahkan tidak bisa menanggung tanggung jawabnya, maka dia bukanlah seorang pria." "Ternyata begitu, aku sudah mengerti." Derik dengan mengerti menganggukkan kepala, jadi ayah sedang mengatakan dirinya sendiri bukanlah seorang pria yah, Derik tidak mengatakan apapun. Yose tiba-tiba bangkit dan menghampiri Derik, mengangkat tangan mengelus rambut keritingnya. Derik terdiam dan berdiri diam, masih belum sadar, seperti sedang mengingat elusan ibunya. Dielus kepalanya oleh ayah, ternyata rasanya seperti ini, tangan ayah besar dan hangat, dielus olehnya rasanya sangat geli dan membuatnya ingin menggaruk kepalanya, teringat rambut keritingnya dia pun berhenti. Wajah yang tembam menjadi merah, dia tidak akan begitu mudah menyerah. "Kamu adalah seorang pria, hanya kuat agar bisa melindungi ibumu." Yose tidak berhenti lama, mengangkat kaki dan berjalan ke arah sofa. Hati Derik berdetak kencang, mengigit bibir, menahan rasa senang dihatinya, mengikuti dibelakang Yose dan duduk di sisinya, tatapan yang bersinar pun melihat ke arah Yose dari balik kacamatanya. Ayah benar-benar sangat tinggi, apakah setelah dia besar dia juga akan begitu tinggi dan bisa melindungi ibunya. Tapi kenapa dia ingin menjadi pria jahat? "Paman Yose ada pacar?" Yose menunduk dan melihat wajah kecil yang menunggu dirinya menjawab, berkata, "Bibimu yang menyuruhmu menanyakannya yah." "Bukan, aku hanya penasaran, paman Yose begitu hebat, seharusnya ada banyak wanita yang menyukaimu kan." Derik menggelengkan kepala, mengikuti Yose dan ingin bersandar di sofa, karena tubuhnya yang kecil, saat mundur kaki pendeknya juga ikut terangkat. Terlihat lucu dan imut, Derik merasa dirinya tampak memalukan di hadapan Yose, wajahnya memerah, dan ingin turun ke bawah. Tiba-tiba tubuhnya terasa kosong, lalu dengan stabil bersandar di sofa, hanya kaki kecilnya yang ada di tepi sofa, dia menyadari dirinya digendong ayahnya duduk di sofa. Uh uh, menjengkelkan, kenapa begitu dekat dengannya. Derik tidak tahu sedang malu atau merasa aneh dan menggerakkan bibirnya, telinganya sangat panas, namun tidak menolak tindakan Yose. Dia menggendong Derik ke sofa, lalu Yose perlahan berkata, "Ini bukanlah masalah yang seharusnya kamu pikirkan, pria harus mengutamakan pendidikan." "Aku tahu, aku sudah hampir melompat ke SD, nilaiku tentu saja bagus." Derik buru-buru menunjukkan kehebatannya disekolah, langsung mengatakan dia akan segera lompat ke SD. Dengan kemampuannya, melompat kelas adalah hal yang wajar, tapi ibunya tidak ingin dia begitu lelah, ingin dia menikmati waktu yang berbahagia di TK. Walaupun kenyataannya tidak begitu menyenangkan, dia harus berpura-pura senang. Yose tidak terkejut, karena saat Tk dia juga sering lompat kelas, merasa itu adalah hal yang lazim, "Banyak-banyak baca buku untuk memperluas pengetahuanmu." Tapi dia melupakan satu hal, orang biasa hanya beberapa anak yang bisa melompat kelas. Ada satu jenis orang merasa dirinya adalah orang yang jenius, juga melihat orang lain sama sepertinya. Tidak mendapatkan pujian yang seharusnya, Derik pun merasa kecewa, berkata, "Aku masih adalah anak kecil, sudah sangat kerja keras loh." Saat ibu tahu dia bisa melompat kelas, bahkan terus memujinya, malam hari juga memberikan hadiah membawanya pergi bermain. Yose melihat kepala keriting yang menunduk dan terlihat sedih pun tersenyum dan tidak berkata, dia tahu Puding ingin mendapatkan pujian, hanya saja pujian dari orang tua sudah cukup, dia perlu menyesuaikan diri dan tumbuh besar. Saat ini Ferlina membawa kue dan buru-buru masuk ke dalam, melihat Derik sedang bersandar di sisi Yose, matanya terbuka dengan besar, untung reaksinya cepat, berpura-pura tidak ada apapun yang terjadi dan menghampirinya. "Puding, ayah dan ibumu meneleponku untuk membawamu pulang." Seketika Derik pun mengerti, sudah saatnya pergi, dia pun merasa sangat cepat, begitu cepat sampai membuatnya tidak merasa sudah harus berpisah dengan pria di sisinya. Dia sudah melupakan dengan tujuan awal dia datang menemui Yose. Yose dengan tatapan dingin melihatnya, "Bukankah kamu mau mewawancaraiku." "Benar-benar maaf pengacara Yose, ibu Puding ingin bertemu dengannya secepatnya, sepertinya ada urusan penting, bagaimana kalau wawancara kita diganti besok saja?" Ferlina tertawa, kalau dia biasanya pasti tidak akan berbicara dengan lemah lembut pada Yose. Bukankah ini karena Derik. Derik dengn patuh bangkit dari sofa, sepasang tangan mengepal dengan erat, seperti sedang menahan emosinya, berkata, "Paman Yose aku pergi dulu, lain kali, lain kali kalau ada kesempatan kita baru bertemu lagi." Tidak tahu lain kali itu kapan, atau mungkin kedepannya tidak akan ada kesempatan lagi. Yose melihat Derik yang terlihat sedih pun merasa tersendak, setelah dia sadar, tangannya sudah berada di bahu Derik. Dia tidak langsung menarik tangannya kembali, menyodorkan satu tangan lagi dan mengeluarkan kartu nama dari kotak, menaruhnya ke tangan Derik, dengan kelembutan yang sangat jarang terlihat, "Kalau ingin datang mencari paman, langsung telepon paman saja." Tindakan Yose ini hampir membuat mata Ferlina melompat keluar, ada apa ini, dia hanya keluar tidak sampai 1 jam, hubungan mereka berdua tiba-tiba menjadi begitu dekat. Apakah ini adalah kekuatan ikatan darah? "En, aku tahu paman Yose." Derik langsung tersenyum gembira, menganggukan kepala dan menyimpan kartu nama itu. "Derik cepatlah, kalau tidak ibumu akan khawatir." Ferlina mulai mendesak, merasa kalau berada di sini lagi, mungkin akan terjadi hal yang mengerikan. Derik menganggukkan kepala, melambaikan tangan pada Yose berkata, "Paman Yose sampai jumpa lagi." Yose menganggukkan kepala dan menggandeng Ferlina pergi. Darlene berdiri di sudut, melihat senyuman di wajah Derik, dia pun merasa sedih, mungkin dia seharusnya mendengar kan saran Ferlina, memperjuangkan demi Derik.
已经是最新一章了
加载中