Bab 143 Ini Adalah Urusan Pekerjaan
Bab >43 Ini Adalah Urusan Pekerjaan
"Masalah pengacara Yose aku juga tidak jelas." Hary mengira Darlene sulit mengatakan pada pacarnya, nadanya pun menjadi serius, "Darlene, ini bukan pergi bermain, ini adalah pekerjaan."
Darlene yang melihat Hary mengatakan ini adalah pekerjaan, dia mana mungkin mencari alasan lagi, hanya bisa menyetujuinya, "Sekretaris Hary, aku mengerti."
Hary yang mendengar Darlene setuju langsung tersenyum menenangkannya berkata, ??Darlene, kamu tidak perlu merasa begitu terbebani, kali ini ada pengacara Yose di sisimu, kamu akan baik-baik saja."
Darlene diam-diam mengeluh dalam hati, karena ada Yose maknya bahaya, tapi dia tidak berani mengatakannya, hanya bertanya, "Sekretaris Hary, apakah aku boleh bertanya, siapa yang menyuruhku pergi."
Hary dengan ekspresi mengerti berkata, "Pengacara Yose menyerahkan masalah pribadi ini padaku, aku tentu harus memikirkan keamanannya, kamu mengerti itu."
Iya, dia mengerti, menggerti pantatnya.
Darlene yang mendengar ini hampir muntah darah, dia berada di ??masalah pribadi?? ini karena dia aman, karena dia memiliki ??pacar??dimata orang-orang, jadi tidak akan memiliki maksud pada Yose!
"Sekretaris Hary, aku benar-benar berterima kasih padamu!"
Hary masih tidak menyadari Darlene sedang mengatakan ucapan kebalikan, mengira dia sedang berterima kasih padanya karena memberikannya kesempatan menghadiri acara seperti itu, dengan malu menjawab, "Tidak perlu sungkan, hari ini kamu lebih cepat pulang, ganti baju dan pengacara Yose akan pergi menjemputmu."
"Aku tahu." Darlene dengan tidak bertenaga keluar dari ruangan Hary.
Beberapa tatapan tajam dan dingin mengarah padanya, Darlene akhirnya sadar, kenapa saat dia kembali ke ruangan merasa AC hari ini sangat dingin, ternyata mereka semua sudah tahu, ??orang yang beruntung?? hari ini adalah dia.
Jadi tidak rela dan membuat mereka memiliki pandangan ini, dia juga tidak mau pergi, siapa yang ingin pergi yah pergi saja.
Yanti berlari ke arahnya dan menggerutkan dahi berkata, "Darlene kamu seharusnya sudah tahu kan."
"Iya, iya." Dia benar-benar dicelakai Hary.
Yanti menepuk punggung Darlene dengan keras, dengan serius berkata, "Darlene, walaupun pengacara Yose sangat menggoda, tapi aku percaya kamu bisa bertahan."
"Uhuk uhuk, Yanti pelan sedikit." Darlene tidak tahu dengan pukulan Yanti, hampir saja terlempar, ukuran tubuh Yanti ini benar-benar sesuai dengan tenaganya.
Yanti dengan malu berkata, "Hehe, maaf Darlene, begitu senang aku pun tidak bisa mengatur tenagaku."
"Sudahlah, aku hanya bercanda." Darlene melambaikan tangan berkata.
Selena membawa setumpuk berkas menghampirinya, dengan nada cemburu berkata, "Darlene aku benar-benar kagum padamu, malam hari bisa menemani pengacara Yose menghadiri acara yang begitu penting."
Kenapa Darlene bisa dia tidak, bukankah posis mereka berdua termasuk sama, walaupun sekarang dia hanyalah pengacara magang, tapi setelah dia tamat, dia akan menjadi pengacara sah, tidak peduli betapa Darlene berusaha, dia tetap hanyalah seorang asisten.
Dia tidak rela.
"Selena, kalau kamu begitu kagum, bagaimana kalau kamu mengatakannya pada sekretaris Hary, suruh dia memberikan kesempatan ini padamu." Yanti berkata, kagum apaan, jelas-jelas dia bahkan berharap bisa menggantikan Darlene pergi dengan pengacara Yose.
"Yanti, kamu asal berkata apa." Selena dengan khawatir melihat Darlene, melihat dia tidak marah, dia lanjut berkata, "Keputusan sekretaris Hary tidak bisa diganggu gugat oleh pengacara magang sepertiku."
Ucapan Selena terdengar tidak ada masalah,tapi sebenarnya sangat bermakna, dia tidak bisa mengganggu gugat keputusan Hary, namun Darlene bisa menolak, atau membiarkannya pergi saja.
"Selena otakmu ini....." Yanti masih ingin mengatakan ucapan yang lebih kasar, namun ditahan oleh Darlene.
"Selena, ini adalah pekerjaan, aku hanya mendengar perintah atasan." Maksudnya dia juga tidak bisa melakukan apapun.
Selena tesenyum, "Yang Darlene katakan benar, kita sebagai karyawan hanya bisa mendengar perintah, benarkan."
Mendengar perintah apaan, bukankah itu karena dia ingin pergi dengan Yose, Darlene benar-benar adalah wanita paling palsu yang pernah dia temui.
Darlene tersenyum dan tidak menyahutnya lagi.
Selena juga menyadari dirinya sudah mengatakan terlalu bayak, mencari alasan untuk pergi.
Yanti dengan merasa kesal berkata, "Orang apaan, Darlene, jangan hiraukan orang seperti ini."
"Sudahlah, cepat pergi kerja." Darlene tidak peduli dengan ucapan Selena, dia hanya menganggap Selena masih muda dan belum mengalami banyak hal.
Setelah dia mengerti, dia akan tahu, ada banyak hal yang bisa dia tolak hanya karena dia ingin menolaknya.
Darlene kembali ke mejanya, melihat dekstopnya, otaknya terasa kosong dn tidak bisa fokus bekerja, seluruh pikirannya terus memikirkan tujuan nyonya Belinda.
Setelah itu, tidak peduli bagaimana berpikir, dia tetap tidak menemukan hasilnya.
Jarak dengan waktu pulang kerja masih ada 1 jam.
Darlene melihat sejenak ke arah kiri dekstop, grup obrolan sangat ramai , tidak perlu lihat juga tahu Yanti dan Lina sedang ngobrol, dia tiba-tiba teringat, id Yose.
Lagian hari ini dia tidak ada mood bekerja, lebih baik dia mengatakan padanya dulu mengenai masalah hari ini.
Setelah itu Darlene pun mengklik ruang obrolan dengan Yose, setelah ragu sejenak, dia akhirnya tetap mengetik dan mengirimnya.
---apakah kamu disana?
Setelah itu menjadi hening, saat Darlene asal berpikir, sambil memikirkan apakah dirinya sudah terlalu bergantung pada Yose, sambil memikirkan apakah Yose sedang sibuk dan tidak ada waktu.
Atau dia bahkan tidak ingin membalasnya.
Masalah ini sudah mengganggu kerjanya, tidak menunggu Yose membalas, Darlene dengan kecewa menutup laptop.
Dia barusan keluar dari gedung pun mendengar ponselnya berdering, sepertinya ada orang yang tahu kalau dia sudah turun ke bawah, sengaja meneleponnya pas pada waktunya.
Darlene melihat ponselnya, ternyata telepon dari Yose, dengan tidak bersedia mengangkatnya, "Ada apa."
Yose dari balik telepon mungkin tidak menduga nada bicara Darlene akan sekesal ini, terdiam sejenak lalu berkata, "Turun ke parkiran."
Darlene sangat ingin menolaknya, memikirkan masalah nyonya Belinda adalah sebuah bom yang mungkin akan meledak kapanpun, dia pun menjawab, "Aku mengerti."
Yose pasti adalah hukuman yang dikirim Tuhan padanya.
Darlene menyimpan ponsel, seperti pencuri yang melihat ke kiri dan kanan, tidak ada yang melihatnya, dia pun berjalan kearah parkiran.
Tidak perlu berjalan terlalu jauh dia sudah bisa menemukan mobil Yose yang berhenti di tempat yang sangat mudah terlihat.
Dia berjalan dengan cepat ke sana, membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam, dengan tidak tenang melihat ke sekitar, setelah yakin tidak ada yang melihat, dia baru berani santai.
Yose yang melihat tindakan Darlene yang seperti pencuri pun dengan dingin berkata, "Kamu mencuri yah."
"Tidak." Darlene dengan heran menjawab.
Yose dengan menjahilinya berkata, "Tidak mencuri kenapa kamu bersembunyi."
Darlene sangat ingin menyindirnya, tapi tidak berani, menggerakkan bibir dan tidak membantah.
Tubuh Yose yang tinggi tiba-tiba mendekat.
"Apa yang kamu lakukan." Darlene pun terkejut dan mundur.