Bab 151 Tingkat Toleransi   1/    
已经是第一章了
Bab 151 Tingkat Toleransi
Bab >51 Tingkat Toleransi Jane menyetir mobil, membawa Yose dan Darlene ke rumah sakit. Dokter melihat luka Darlene juga merasa sangat aneh, bertanya, "Kamu terjatuh seberapa kuat makanya bisa tertusuk sampai begitu dalam." Tidak menunggu Darlene menjawab, dia lanjut berkata, "Aneh sekali, kalau terjatuh dari depan masih ada kemungkinan tertusuk begitu dalam, kalau kamu terduduk, refleks orang juga tidak mungkin akan langsung tembus." Jane dengan tegang melihat tatapan Yose yang mengerikan, dalam hati menyalahkan dokternya yang terlalu ikut campur, dengan wajah peduli menjelaskan, "Dokter, mungkin temannku saat bangkit tidak hati-hati menarik lukanya ada terduduk kembali, makanya menjadi begitu parah." Dokter menganggukkan kepala dan tidak mengatakan apapun lagi, melihat sejenak wanita yang duduk di hadapannya dengan wajah pucat dan tidak menjerit kesakitan, kalau adalah orang lain mungkin dari tadi sudah menanggis keras, tidak menduga wanita ini begitu bisa bertahan. Tapi sebentar lagi akan membersihkan luka dan dijahit, dia pun dengan baik hati memperingatinya, "Selanjutnya akan sedikit sakit, kalau kamu tidak bisa tahan, menangislah, itu akan lebih baik." Darlene menganggukkan kepala, memegang kursi dibawah tubuhnya. Proses pembersihan luka sangat menyakitkan, setiap menit dan detik adalah siksaan, dia bisa merasakan alkohol yang seperti garam yang ditabur ke lukanya, rasa sakit itu membuatnya gemetar, membuat keringatnya terus mengalir. Walaupun sudah hampir tidak tahan, Darlene hanya mendesah ringan, sama sekali tidak menangis. Tatapan Yose terlihat mengerikan, membuat orang tidak bisa menebak pemikirannya yang sebenarnya. Jane sama sekali tidak tahu, tapi melihat wajah Darlene yang menderita, dia pun merasa sangat senang. Setelah luka dibersihkan, dokter dengan heran ingin berkata, melihat wanita di depannya melihat dirinya dan menunjukkan sebuah isyarat, lalu melihat Jane yang ada di samping, dia pun mengerti dan menganggukkan kepala, tidak mengatakan apapun lagi. Telapak tangan wanita selain ada luka yang dalam, juga ada bekas berbentuk kotak, tidak tahu dendam yang seberapa dalam yang bisa membuatnya menginjaknya hingga lukanya begitu dalam. Tatapannya pun mengarah pada tangan pria yang hanya diam dan dingin itu, dari penampilannya bisa terlihat jelas kalau identitas pria tinggi dan tegap ini tidak biasa. Jadi para wanita saling berebutan dan saling cemburu, benar-benar pembunuhan yang tidak berdarah, melukai orang tapi tidak terlihat pisaunya. Melihat wanita ini juga tidak seperti wanita yang bisa menggeluarkan cara, mungkin adalah cinta segitiga, dokter sembarangan menebak, akhirnya membereskan lukanya. Punggung Darlene juga basah kuyup, kering dan basah lagi, seluruh tubuhnya seperti barusan ditarik keluar dari dalam air, wajahnya juga terlihat sangat pucat, seperti tertiup angin akan langsung terjatuh. Dia tahu dibelakangnya adalah Yose, jadi dia tidak berani terjatuh, karena Jane sedang melihat di samping. "Sudah, dirawat setengah bulan akan sembuh, kalau kamu masih menginginkan tanganmu ini, ingat jangan mengangkat barang yang berat, dan juga jangan menyentuh air dan makana dingin dan pedas." Dokter mengingatkan dan menyuruh Darlene pulang istirahat. "Terima kasih dokter." Darlene tidak ada kekuatan untuk mengucapkan terima kasih lagi. "Ini adalah kewajibanku, kamu tidak perlu berterima kasih, cepat pulang." Dokter benar-benar tidak tahan melihatnya lagi, melambaikan tangan mengusir orang. Darlene masih ada pertanyaan, dengan perlahan bertanya, "Dokter, tanganku ini kapan baru bisa digunakan." Dia tidak begitu kaya, tidak bisa menahan begitu lama. Yose yang ada dibelakang mendengar Darlene masih mengkhawatirkan pekerjaan, wajahnya langsung menjadi sangat dingin, tidak hanya marah karena Darlene tidak menyayangi dirinya sendiri, juga karena alasan lain, wajahnya terus begitu mengerikan. Dokter tidak pernah melihat wanita yang begitu keras kepala, dengan tidak berdaya berkata, "Kalau kamu begitu peduli dengan pekerjaanmu, seminggu lagi kamu sudah bisa memegang pena, tapi tidak boleh terlalu lama." Darlene menganggukkan kepala mengerti, asalkan bisa memegang pena sudah bagus, kalau dia sama sekali tidak bisa mencatat, dia bisa merekamnya dulu dan mencatatnya pelan-pelan, tidak akan mempengaruhi pekerjaannya. Saat ini ponsel Yose berdering, dia sepertinya tahu siapa yang menelepon, tidak langsung mengangkat, dan tatapannya melihat ke arah Darlene. Darlene mengerti, Yose tidak tenang membiarkannya, tapi dia juga tidak bisa menyuruhnya tenang dan pergi saja. Menggunakan tangan yang tidak terluka, mengeluarkan ponsel dari tasnya, menelepon Lina. Telepon sudah terhubung, dia langsung memberitahukan alamatnya, tidak menunggu Ferlina dengan marah bertanya, dia langsung menutup teleponnya. Dengan terpaksa tersenyum berkata, "Aku sudah menyurh Lina datang, kalian pergi saja." Jane melihat ponsel Yose yang terus berdering namun tidak diangkat, dan menatap ke arah Darlene, mana mungkin dia tidak mengerti, dalam hati pun merasa cemburu, tidak mengerti apa baiknya Darlene hingga mmebuatnya begitu memperhatikannya. Bukankah dia yang duluan bertemu dengan Yose. Jane menahan rasa marah dihatinya, dengan baik hati berkata, "Yose aku lihat kamu ada urusan penting kan, kamu pergi urus dulu, aku saja yang menjaga Darlene." Yose menggunakan tatapannya untuk bertanya pada Darlene. Darlene menganggukkan kepala, mengikuti ucapan Jane, "Hanya luka kecil, tidak apa-apa." "Iya, lihatlah Darlene juga sudah mengatakan tidak apa-apa, dan dia adalah teman baikku, aku pasti akan menjaganya dengan baik." Jane demi menunjukkan kedekatannya dengan Darlene, dia pun meletakkan tangannya di bahu Darlene, tersenyum berkata padanya, "Darlene, benarkan." Saat tangan Jane diletakkan dibahu Darlene, dia dengan refleks bergetar, dengan cepat menyembunyikannya, dengan bersemangat berkata, "Iya, sebentar lagi Lina juga akan datang." Ponsel sudah berdering dan mati lagi, terus berlanjut, bisa diketahui betapa buru-burunya orang dibalik telepon itu. Yose yang mendengar Ferlina akan datang, akhirnya menganggukkan kepala dan pergi. Setelah Jane melihat Yose pergi, senyuman di wajahnya pun disimpan, karena dokter masih ada di sini, dia juga tidak menunjukkan kebenciannya dengan jelas, tapi dia tidak bermaksud untuk bertemu dengan Ferlina. "Darlene, sekarang kamu ingin pulang atau ingin menunggu Lina." Darlene tahu maksud Jane, begitu Yose pergi dia juga tidak perlu berakting lagi, "Kamu pulang dulu, aku tunggu Lina di sini." Jane dengan pura-pura berbincang dengan Darlene, lalu pergi. Darlene yang melihat dia sudah pergi, akhirnya tidak bisa menahan dan terjatuh. Dokter di samping pun tidak tahan melihatnya, berkata, "Kenapa kamu harus begini, aku melihat dengan jelas kalau pria itu sangat peduli padamu, lukamu pasti adalah perbuatan wanita itukan." Darlene menunduk dan tidak berbicara, emangnya kenapa kalau iya, dia yang terlalu kelewatan, bahkan Derik lebih mengerti melindungi diri darinya, dia malah sama sekali tidak merasakan. Jadi keadaan seperti ini, adalah pengalaman untuknya. "Aku tidak ada hubungan dengannya, dia hanyalah atasanku." Hanya atasan saja. Dokter tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka, hanya bisa menggelengkan kepala. 
已经是最新一章了
加载中