Bab 156 Yose Yang Penuh Amarah
Bab >56 Yose Yang Penuh Amarah
Jasper dengan perlahan meletakkan cangkirnya, dengan santai berkata, "Ingin tahu?"
Mereka menganggukkan kepala, tentu saja ingin tahu, siapa yang tidak ingin mendengar gosip rubah?
Jasper melihat tatapan penasaran mereka dan menunjukkan giginya yang putih, perlahan berkata, "Aku tidak akan mengatakannya pada kalian."
"Dasar, membuatku berharap saja."
"Makanya, kamu benar-benar mengesalkan."
"Dasar, apakah kamu manusia, begitu memancing selera orang."
Berbicara sampai setengah, apakah ingin membuat orang mati penasaran? Tapi mereka melihat Jasper masih dengan tenang seperti tidak mengetahui apapun.
Apakah ada yang ingin membalikkan meja, tapi memikirkan sikap rubah yang pendendam itu, mereka pun menahan keinginan ini.
Yose yang berada di sana akhirnya selesai mendengar jawaban Darlene yang dengan terpaksa dirangkum, setelah menutup telepon, menggerutkan dahi, tatapannya sekarang begitu dingin dan berkata, "Masalah selanjutnya kalian yang urus saja."
"Yose, kamu mau pergi kemana." Ada orang yang berpura-pura perhatian bertanya.
Menerima tatapan Yose yang dingin, langsung menarik kembali lehernya, dasar, tatapan Yose benar-benar sangat menakutkan.
Tidak lama, pria yang tadinya masih berdiri di sini sudah pergi.
Beberapa pria saling memandang, betapa pentingnya masalah hari ini Yose seharusnya mengerti, masalah ini belum selesai dibicarakan dan dia sudah pergi duluan, bukannya tidak terlalu cocok.
Rafa yang mengangkat telepon pun tersenyum seperti seekor rubah.
Yang lainnya dengan tidak mengerti melihatnya, "Rafo, apakah kamu mengetahui sesuatu, cepat katakan."
Rafa sangat marah, "Berani-beraninya memanggilku Rafo dan ingin aku mengatakannya, bermimpi saja."
Yang lainnya terus bertanya-tanya, itu adalah gosip pria gunung es yang sangat jarang ada, memikirkannya saja membuat orang senang.
Selain Jasper, tatapannya terlihat khawatir, apakah terjadi sesuatu pada Darlene, hanya karena Darlene dalam masalah yang akan membuat hati Yose yang dingin tergerak.
Mereka membahasnya dengan sangat heboh.
Yose sudah sampai di apartment Darlene, membuka pintu dan masuk, hanya melihat kotak yang ada di meja, sama sekali tidak melihat bayangan wanita itu.
Melihat kesekitar, menyadari tirai diujung sedikit tertarik, mendengar dengan seksama, ada suara isak tangis.
Yose merasa hatinya seperti dipukul, terasa sakit, langkah kakinya sangat pelan, takut mengejutkan wanita yang sudah ketakutan itu.
Saat Yose mendekat, mendengar suara isak tangis menjadi semakin keras, hati Yose ikut merasa sakit.
Dia menyodorkan tangan membuka tirai jendela, melihat tubuh Darlene yang ada dipaling sudut, perban yang putih terlihat ada darah diatasnya, sebuah wajah kecil yang indah penuh dengan airmata, mata yang jernih dipenuh ketakutan.
Tatapan Yose sangat mengerikan, dia bahkan ingin menghancurkan mayat orang yang mengejutkannya itu.
Tatapannya langsung berubah saat melihat ke arah Darlene, membungkukkan badan dan menggendongnya, "Darlene, aku sudah datang."
Dia sudah datang, jadi jangan takut lagi.
Darlene yang mendengar suara Yose, mengira dirinya berhalusinasi, menunggu sampai dia benar-benar merasakan suhu panas dari tubuh pria, dia tidak bisa lagi menahan rasa takutnya, memeluk leher Yose dengan erat dan tidak ingin melepaskannya, sepeti seorang anak kecil yang menangis keras.
Dia benar-benar sangat takut, sangat ingin meninggalkan kamar ini, tapi memikirkan pria yang mengerikan itu mungkin ada diluar, dia mana mungkin berani kelur.
Dia hanya bisa bersembunyi disudut menggunakan tirai menutupi dirinya.
"Uh uh uh...Yose kenapa kamu begit lama, apakah kamu tahu betapa takutnya diriku."
Sebenarnya Yose tidak lama, 15 menit setelah Darlene menutup telepon Yose sudah muncul, tapi Darlene tetap tidak bisa menahan dan menyalahkannya, seperti hanya dengan begitu dia akan merasa lebih baik.
Yose adalah orang yang tidak suka kotor, dia bahkan tidak menghalangi Darlene yang penuh dengan ingus dan air mata menempel di tubuhnya, hanya menggunakan tangan besar yang hangat, sekali demi sekali menepuk tubuhnya yang gemetaran, dengan sabar menunggunya tenang.
Setelah menangis sejenak, Darlene pun kembali pada akal sehatnya, menyadari dirinya terus memeluk Yose, wajahnya pun memerah, dan juga tidak berani melepaskan, hanya memeluknya dengan erat.
Dengan suara kecil berkata, "Ma, maaf, aku, aku bukan sengaja, e."
Akhirnya dia cekukan, dia tahu Yose tidak suka kotor, air mata dan ingusnya mengalir ke tubuhnya, Darlene benar-benar sangat malu.
Yose sama sekali tidak menyalahkannya, mengubah topik bertanya, "Apakah kamu ingat wajah orang itu."
Darlene tahu orang yang dia katakan itu siapa, mengingat sejenak, tubuhnya langsung gemetaran, Yose sepertinya menyadari kalau Darlene takut, dengan menenangkan menepuk punggungnya.
"Jangan takut."
Telinga Darlene terasa panas dan menganggukkan kepala berkata, "Dia memakai topi, aku tidak melihat tampangnya, tapi aku menyadari dipergelangan tangannya ada tato kalajengking."
Dia juga tidak sengaja melihat kait beracun yang ada di kalajenging itu.
Yose mengiyakan, mengangkat kaki berjalan ke ruang tamu, dia barusan hanya memperhatikan wanita yang ada dipelukannya, belum melihat barang yang ada di dalam kotak itu.
Darlene merasakan arah Yose berjalan, kedua tangannya secara refleks memanjat ke bahunya, memasukkan kepalanya ke dalam pelukannya, tubuhnya terus gemetaran.
Langkah kaki Yose terhenti, dia tahu Darlene takut, dengan nada rendah dan lembut berkata, "Aku bawa kamu ke kamar dulu."
Darlene menggelengkan kepala dengan kuat, "Tidak mau."
Dia lebih baik bersama dengan Yose dan juga tidak ingin sendirian di dalam kamar.
Setelah itu menambah, "Aku tidak takut."
Jadi jangan tinggalkan dia.
Yose melihat Darlene yang bersikeras pun tidak berbicara lagi, satu tangan merangkul pinggulnya dan berjalan ke depan.
Darlene seperti seekor koala yang memeluk pohonnya dengan erat untuk menemukan kenyamanan.
Terhadap Darlene, Yose adalah pohon besarnya, hanya dengan memeluknya, dia baru akan merasa tenang.
Tatapan Yose yang dingin melihat ke arah jantung yang penuh darah di dalam kotak, es di dalamnya sudah meleleh, bau amis yang kuat pun tercium, pantesan wanita di pelukannya ini begitu ketakutan.
Dia dengan suara yang tenang berkata, "Ini adalah jantung babi."
Mendengar di dalam kotak itu adalah jantung babi, Darlene pun merasa lega, untung saja adalah jantung babi.
Kalau adalah jantung seseorang yang di taruh di sana, memikirkannya saja dia merasa mual.
Yose sudah mengerti maksud Leo, menggendong Darlene dan langsung meninggalkan apartmennya.
Turun ke bawah, Yose langsung berjalan ke arah mobilnya, mengosongkan 1 tangannya menarik pintu mobil, membungkukkan badan memasukkan Darlene ke dalam.
Hari ini Darlene sudah terlalu terkejut, bagian pantatnya barusan menyentuh kursi, secara refleks dia mengira Yose ingin meninggalkan dirinya, dia pun memeluk lehernya dan tidak ingin melepaskan.
"Yose, jangan tinggalkan aku."
Yose mendengar suara Darlene yang menyedihkan pun mendesah berkata, "Aku bawa kamu ke rumah sakit untuk membalut kembali lukamu dulu."
Mengatakan tentang lukanya, Darlene barusan menyadari kalau tangannya terasa sakit, ternyata tidak tahu sejak kapan lukanya sudah robek.