Bab 158 Lagi-Lagi Ciuman   1/    
已经是第一章了
Bab 158 Lagi-Lagi Ciuman
Bab >58 Lagi-Lagi Ciuman Walaupun sudah bukan pertama kalinya mendengar cara bicara Yose yang meyebalkan ini, memberikan harapan lalu menyirami orang dengan air. Darlene tetap merasa marah dan hampir meledak, wajah yang pucat karena marah pun menjadi merah, "Yose, masalah ini sudah melibatkanku, bukankah aku memiliki hak untuk mengetahui tujuannya." Yose dengan tatapan dingin menatapnya, dengan suara yang serius dan dingin berkata, "Masalah ini aku akan mengatasinya secepat mungkin, selama ini kamu tinggal denganku dulu." "Aku tidak mau, kamu beritahukan padaku dulu apa maksud Leo." Tinggal dengannya, apakah dia merasa hidup terlalu lama, tidak hanya ancaman dari Leo, Jane saja sudah cukup membuatnya tidak bisa bertahan. Yose sepertinya sudah menduga jawabannya, tidak memaksa, "Besok aku antar kamu ke tempat tinggal Ferlina." Dia tentu tidak bisa kembali ke tempat tinggalnya lagi, bagaimanapun Ferlina adalah adik Richard, kalau Leo ingin menyentuhnya, dia juga harus memikirkan kemampuannya juga. "Aku tidak mau." Darlene kali ini menolak dengan lebih tegas dari pada tadi. Darlene tidak ingin tinggal dengannya masih masuk akal, tidak ingin tinggal dengan Ferlina, pasti ada masalah. Melihat kecurigaan dimata Yose, Darlene hampir melupakan betapa pintarnya pria dihadapannya ini, buru-buru berkata, "Kamu juga tahu masalah Lina dan Jasper sekarang, kalau aku pergi kesana, bukannya menganggu mereka." Yose menarik tatapannya dan berkata, "Dia tidak ada waktu." "Oh, baiklah, besok aku akan menyuruh Ferlina datang menjemputku saja." Darlene dengan tidak fokus menjawab. Leo sudah tertuju padanya, apakah itu berarti kemanapun dia pergi, ditempat itu kemungkinan akan berbahaya, dia bisa tidak peduli pada dirinya sendiri, tapi tidak bisa tidak mempertimbangkan Derik. Dan masalah ini ada hubungannya dengan Yose, sampai saat itu Yose pasti akan menemukannya, kalau sampai dia melihat Derik, maka akan gawat. "Kamu tenang saja, Ferlina lebih pintar dari yang kamu bayangkan." Yose mengira Darlene sedang mengkhawatirkan Ferlina, dan langsung mengatakan pertimbangannya. "Akan sangat berbahaya?" Darlene mengangkat kepala melihatnya, tatapan yang jernih pun terlihat khawatir, tidak hanya karena Derik, dan juga karena pria dihadapannya ini. Meskipun dia tidak ingin mengakui, dalam hati yang paling dalam, dia masih mengkhawatirkan pria ini. Yose menatap wajahnya, begitu lama dan berkata, "Bahaya." "Aku masih ada pertanyaan terakhir untukmu." Darlene dengan nada bertanya, karena dia tidak yakin Yose akan mengatakannya dengan jujur padanya atau tidak. Yose perlahan menganggukkan kepala, menyetujui permintaannya. "Kamu dan Leo memiliki dendam apa, bukankah kamu hanya seorang pengacara?" Darlene tidak mengerti Yose yang begitu berhati-hati kenapa bisa berhubungan dengan orang yang begitu membahayakan, dan juga terjadi saat 4 tahun mereka berdua bersama. 4 tahun ini, sebenarnya Yose sudah menyembunyikan berapa banyak hal yang tidak dia ketahui. Dia tiba-tiba teringat ada 1 tahun Yose tiba-tiba keluar kota dalam waktu yang lama, sering tidak terlihat, setelah itu menjadi 10 hari sampai setengah bulan, yang paling lama adalah dia pergi selama 3 bulan. Saat itu dia juga pernah menebak, juga pernah memikirkan, namun tidak berpikir ke arah itu, setelah itu Yose kembali lagi, hari demi hari pun kembali tenang. Hubungan mereka yang tidak jelas membuatnya tidak bisa bertanya. Tatapan Yose yang gelap terlihat mengerikan, lalu dengan cepat dia sembunyikan di balik tatapannya yang gelap, dengan nada rendah perlahan berkata, "Dendamku dengannya, sama seperti maksud yang ingin dia sampaikan, tidak mati tidak akan berakhir." Mengenai dirinya, Yose tidak mengatakan apapun. Dari nadanya Darlene bisa merasakan rasa yang mengerikan itu, sebenarnya apa yang terjadi diantara Yose dan Leo? Dia pun semakin penasaran. "Kamu dengan tenang tinggal saja di rumah sakit, besok aku akan datang menjemputmu." Dia masih memiliki urusan penting yang harus diurus, jika Leo sudah berani menantang, dia tentu juga akan memberikannya sebuah hadiah yang besar. Bahu Darlene menjadi tegang, apakah Yose akan pergi. Darlene dengan begitu tenang dan hampir tidak ada getaran disuaranya berkata, "En, kamu pergi sibuk saja." Setelah dia mengalami hal yang begitu menakutkan, Yose bahkan tidak bersedia menemaninya. Darlene, apakah kamu bodoh, kamu masih mengharapkan dia akan tidak tega, kamu seharusnya sudah bersyukur, paling tidak dia sudah langsung datang. Padahal dia sudah mempersiapkan diri dari awal, namun saat benar-benar mendengar dia akan pergi, hatinya tetap merasa sakit. Tiba-tiba sebuah bayangan menyelimuti dari atas kepalanya, Darlene terkejut dan mengangkat kepala, menatap wajah Yose yang tampan itu perlahan mendekatinya. Bibir tipis diikuti dengan nafas dingin yang hanya dimilikinya, bagaikan bulu yang perlahan menyentuh dahinya. Sekujur tubuh Darlene membeku, seluruh tubuhnya membeku di sana, seperti ciuman Yose bukan tertuju di dahinya, tapi dihatinya. Lembut dan hangat. Tatapan Yose terlihat memanjakan, bibirnya berpindah ke telinganya yang sensitif, dengan lantang dan lembut berkata, "Berdiamlah di sini, jangan asal berpikir." Darlene langsung merinding, membuka mata dengan sangat besar, seperti kayu yang menganggukkan kepala. Melihat ekspresi imut Darlene, Yose pun tersenyum, kalau bukan karena ada masalah penting, dia lebih bersedia menekannya di ranjang dan menyakitinya habis-habisan. Dia sudah sangat lama tidak menyentuh keindahannya, memikirkan ini, tatapan Yose terlihat panas, tapi keadaan tidak mengizinkan dia melanjutkan. Daya tahan yang kuat kembali berperan penting. Saat Darlene sadar, bayangan Yose sudah hilang. Dia dengan tangannya yang tidak terluka, bagaikan wanita yang sedang jatuh cinta, dengan malu menutup wajahnya yang panas, Yose, apa maksud Yose? Menenangkannya, atau...... "Menjengkelkan! Sebenarnya apa maksudmu." Bagian yang dicium Yose pun terasa geli dan kebas, ingin menyodorkan tangan menggaruknya, memikirkan bibirnya yang seksi dan lembut, menggaruh rambut dan menghentikan gerakannya. Kecepatan detak jantungnya seperti mengendarai mobil, bahkan kecepatan kereta api tidak bisa menyeimbangi. Darlene tidak tahu sedang kepikiran hal memalukan apa, perlahan memasukkan tubuhnya ke dalam selimut, memasukkan kepalanya kedalam, bahkan ada keinginan untuk menjerit, melampiaskan di bawah selimut dengan berkata, "Benar-benar memalukan, memalukan sekali!" Langit di luar sudah gelap, lampu jalan yang warna warni juga menyala, setelah perasaan senang Darlene menjadi lebih tenang, setelah akal sehart kembali, mulai dengan tenang memikirkan. Derik tidak boleh tinggal di sisinya, paling tidak untuk sekarang tidak boleh, harus menunggu sampai masalah yang berbahaya ini diselesaikan, nenek juga sudah lumayan lama tidak melihat Derik, kebetulan bisa menggunakan alasan ini untuk membawanya pulang sementara waktu. Walaupun tidak tega, tapi keselamatan Derik dia tidak bisa mempertaruhkannya. 
已经是最新一章了
加载中