Bab 164 Dokter Bukankah Kita Sudah Sepakat   1/    
已经是第一章了
Bab 164 Dokter Bukankah Kita Sudah Sepakat
Bab >64 Dokter Bukankah Kita Sudah Sepakat "Darlene, setiap kali mendengar namaku yang keluar dari mulutmu, aku merasa ingin muntah, apakah kamu mengerti?" Jane menggunakan kesempatan ini langsung menarik tangan Darlene yang terluka, jarinya dengan kuat menggengam, tanpa ragu menusukkan kukunya yang tajam ke dalam lukanya, hanya dalam beberapa detik, perban Darlene langsung dilapisi oleh warna merah. Darah langsung menetes melalui perban dan mengenai seprei, melihatnya saja sangat mengejutkan. Darlene meraung kesakitan, "Ahh------" Rasa sakit terasa dari lukanya, seperti gelombang yang akan menenggelam kannya. Dia berusaha untuk menarik tangannya dari tangan Jane, bagian yang terluka begitu sakit sampai dia tidak bisa menggeluarkan tenaga, setelah sejenak, dahinya pun terlihat keringat. "Cepat lepaskan." "Aduh, benar-benar maaf aku tidak memperhatikan lukamu." Jane seperti barusan menyadari bagian yang dia tarik adalah tangan Darlene yang terluka, mulutnya meminta maaf, namun tidak langsung melepaskan tangannya. Dan menggenggamnya dengan semakin kuat, perban di tangan Darlene sudah dilumuri darah. Jane malah tersenyum, dengan suara yang lembut berkata, "Darlene, kamu tidak akan menyalahkanku kan." Darlene dengan tatapan yang jernih menatapnya, berkata, "Iya." Dia tidak akan menyalahkannya, hanya akan memaafkannya. "Darlene, kamu benar-benar adalah orang baik." Jane begitu senang seperti anak kecil, seperti sama sekali tidak keberatan tangannya penuh dengan darah Darlene. "Apakah kamu bisa melepaskan tanganku?" karena kehilangan darah terlalu banyak, mata Darlene sudah mulai tidak fokus, dia berusaha untuk tetap sadar. Luka di tangannya begitu sakit sampai tidak berasa, sebenarnya tidak sakit lagi, hanya merasa darah ditubuhnya tidak berhenti keluar. Jane menikmati ekspresi Darlene yang kesakitan, dia benar-benar tidak mengerti kenapa di dunia ini ada orang sebodoh ini, disakiti juga tidak tidak mengatakan apapun, tapi semakin begitu, dia semakin marah, dia bahkan ingin menyakitinya berkali-kali lipat lagi. Orang seperti Darlene tidak seharusnya ada di dunia ini, bahkan lebih buruk dari semut yang ada di tanah, dia paling membenci orang yang begitu munafik, mengira dirinya sangat berbeda dengan orang lain. Akhirnya, Jane melepaskan tangannya, kalau Darlene pingsan begitu saja, maka permainannya seterusnya tidak bisa diteruskan lagi. Dia menyodorkan tangan mengeluarkan sebuah undangan berwarna gold dan memberikannya ke hadapan Darlene, tersenyum berkata, "Darlene, ingat datang ke pesta ulang tahunku yah." Darlene melihat alamat diatas, menganggukkan kepala dengan sulit, "Baik." Jane bertindak seperti mereka masih adalah teman baik, dengan manja berkata, "Istirahatlah, kamu harus sampai tepat waktu yah, kalau tidak aku akan marah loh." Darlene dengan heran mengira, Jane benar-benar bersedia memaafkannya yah, "En, aku tidak akan terlambat." Jane tersenyum melambaikan tangan dan pergi, setelah keluar dari ruangan, wajahnya langsung menjadi dingin, sampai hari ini dia akan membiarkan Darlene melihat apa itu perbedaan awan dan tanah. Didalam ruangan, Darlene tersenyum pahit melihat lukanya, luka ini sudah robek 3 kali, dia bahkan sudah merasa tidak enak terus memanggil dokter itu. Tapi kalau tidak diobati, luka di tangannya juga tidak mungkin dibiarkan begitu saja. Setelah ragu sejenak, Darlene menekan bel di samping ranjangnya. Suster melihat tangannya seperti dikeluarkan dari cairan darah, wajahnya juga sangat pucat seperti selembar kertas, menenangkan Darlene, buru-buru pergi memanggil dokter. Tidak tahu apakah ini adalah takdir, yang bertugas lagi-lagi adalah dokter Lay, melihat tangan Darlene yang robek lagi, kali ini dia tidak berbasa-basi lagi, langsung mengobati lukanya. Darlene dengan merasa bersalah melihat wajah dokter Lay yang terlihat sangat buruk, dia tahu walaupun dokter Lay dihadapannya ini sangat cerewet, tapi adalah orang yang baik. Dengan merasa bersalah berkata, : "Maaf dokter Lay, lagi-lagi merepotkanmu." Dokter Lay mendesah, tidak tahu marah pada Darlene karena tidak menjaga dirinya sendiri atau marah karena Darlene tidak mendengar ucapannya, dengan nada yang aneh berkata, "Tangan adalah milikmu, kamu tidak perlu meminta maaf padaku, walaupun tanganmu cacat juga adalah masalahmu sendiri." "En, aku mengerti." Darlene tersenyum, tidak mengambil hati ucapannya. "Aih, kenapa kamu begitu tidak hati-hati, aku sudah bertemu begitu banyak pasien, pertama kali bertemu dengan orang yang lukanya robek 3 kali." Kalau dokter Lay memiliki jenggot, pasti akan terlihat sangat galak. "Aku sendiri yang tidak hati-hati." Darlene menghindari tatapannya berkata. "Nona, kamu ini sedang menghina profesiku yah, aku adalah dokter, mana mungkin tidak tahu lukamu ini kenapa bisa robek." Dokter Lay melihat sejenak, di dalam ruangan hanya ada Darlene. "Dimana temanmu itu." Darlene tahu siapa yang dimaksud dokter Lay, "Dia sibuk." "Pria yang tidak bertanggung jawab seperti ini buang saja, bagaimana kalau aku memperkenalkan padamu." Orang yang sudah tua pasti sangat tertarik menjodohkan orang. Darlene barusan ingin menolak, ujung matanya melihat pria tampan yang datang, dengan patuh menutup mulut, dan juga berbaik hati memberikan tatapan pada dokter Lay. "Nona, tanganmu terluka dan matamu juga bermasalah yah." Dokter Lay merasa harus menanyakannya dengan jelas, agar kedepannya dia bisa mengatakan dengan jelas pada orang lain. "Bukan..." Darlene melihat tubuh Yose yang tinggi semakin mendekat, suhu ruangan bahkan ditarik olehnya, dia tidak berani melihat tatapan yang menggerikan itu. Beberapa suster di samping juga melihat pria yang mengerikan itu, tatapannya begitu tajam, kalau bukan karena dia begitu dingin, pasti sudah ada orang yang pergi menyapanya. "Apakah AC ruangan ini rusak, kenapa tiba-tiba menjadi dingin." Dokter Lay dengan tidak mengerti bergumam. Bukan AC yang rusak, tapi ada mesin pendingin dibelakangmu, Darlene sangat ingin memperingati dokter Lay, tapi dia merasa dirinya lebih berbahaya. "Darlene, kamu sangat hebat." Dia hanya pergi mengurus masalah tidak sampai 2 jam, Darlene bahkan sudah melukai dirinya sendiri. Darlene yang mendengar nada Yose yang dingin, merasa takut, dengan nada yang lemah berkata, "Aku, aku tidak hati-hati merobek lukaku." Dokter Lay memalingkan kepala melihat Yose sudah kembali, saat itu dia membantu Darlene menyembunyikannya karena baik hati, sekarang Darlene melukai dirinya lagi, dia merasa harus memperingati pria yang tidak bertanggung jawab ini. "Temanmu ini tidak tahu sudah melakukan kesalahan pada siapa, berkali-kali terus begitu, walaupun tangannya sudah sembuh, juga tidak bisa melakukan pekerjaan berat lagi." "Dokter..." barusan bukankah kita sudah sepakat, Darlene terlihat ingin menangis, dokter melakukan ini demi kebaikannya atau ingin mencelakainya. Ucapan ini bukannya menambah minyak diatas api. Menyadari tatapan Yose melihat ke tangannya, tiba-tiba teringat undangan yang Jane berikan padanya diletakkan disana, hanya saja saat dia ingin mengambilnya sudah tidak sempat. Orang itu sudah melihatnya. 
已经是最新一章了
加载中